Geografi Kota Binjai Analisis Data

54 Laju pertumbuhan penduduk yang tercatat adalah dalam dua interval tahunan, pertama dalam interval 10 tahun dan interval satu tahun 2000-2009, 2000-2010 dan 2010-214. Pada perhitungan dengan dua model interval tahunan tesebut, menghasilkan nilai laju pertumbuhan dengan kecendrungan menurun. Kesadaran masyarakat kota Binjai untuk melaksanakan program pengendalian kelahiran atau berkeluarga berencana dapat dikatakan cukup berhasil. Tabel 4.11 Laju Pertambahan Penduduk No. Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2009- 2010 Tahun 2011- 2012 Tahun 2013- 2014 1 Persentase 1.20 0.97 0.86 Sumber: Binjai Dalam Angka 2013 dan 2014, BPS Kota Binjai.

4.3 Geografi Kota Binjai

Kota Binjai sebagai salah satu kota di Propinsi Sumatera Utara yang hanya berjarak ± 22 Km dari Kota Medan ± 30 menit perjalan , bahkan batas terluar Kota Binjai dengan batas terluar Kota Medan hanya berjarak ± 8 Km. Kota Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat, serta berada pada Jalur Trasportasi Utama yang menghubungkan Propinsi Sumatera Utara dengan Propinsi Nangroe Aceh Darurralam NAD serta ke Objek Wisata Bukit Lawang Kabupaten Langkat. Secara geografi Kota Binjai berada pada 33140 - 3402 Lintang Utara dan 98273 - 983232 Bujur Timur dan terletak 28 m diatas permukaan laut. Wilayah Kota Binjai seluas 90,23 km2, terletak 28 M diatas permukaan laut dan Universitas Sumatera Utara 55 dikelilingi oleh Kab.Deli Serdang, Batas area disebelah Utara adalah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab.Langkat. Kota Binjai yang memiliki luas 9.023,62 Ha ± 90,23 Km2 terdiri dari 5 lima Kecamatan dan 37 tiga puluh tujuh Kelurahan. Kota Binjai adalah daerah yang beriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Di Kecamatan Binjai Selatan curah hujan cukup besar dibanding dengan kecamatan lainnya di Kota Binjai yaitu 214 mm14 haru hujan, diikuti dengan Kecamatan Binjai Barat 207 mm8 hari hujan. 4.4 Lokasi Anak Jalanan Kota Binjai 4.4.1 Tanah Lapang Merdeka Kota Binjai Tanah Lapang Merdeka Kota Binjai merupakan jantung kota Binjai. Tempat ini menjadi lokasi hampir segala kegiatan acara yang diadakan di Kota Binjai. Lokasi tanah lapang merdeka ini berada tepat ditengah-tengah pusat Kota Binjai dan berada diantara pos militer dan pusat kantor Pemerintahan Kota Binjai. Tanah lapang kota Binjai juga menjadi tempat berolahrga dan tempat berkumpulnya para remaja yang ingin berkumpul dengan teman-temannya, selain itu di lokasi ini juga menjadi tempat berkumpulnya komunitas-komunitas yang ada di Kota binjai dalam melakukan aktivitasnya. Lokasi ini juga banyak terdapat Universitas Sumatera Utara 56 para pedagang yang berjualan, dan menjadi tempat bermain bagi anak-anak yang dibawa oleh orang tuanya. Keadaan tanah lapang merdeka yang selalu ramai dan dipenuhi oleh segala macam kegiatan, menjadikan lokasi ini menjadi salah satu lokasi yang strategis bagi anak jalanan dalam melakukan aktivitasnya. Aktivitas anak jalanan di lokasi ini pada umumnya mengamen, berjualan asongan, dan meminta-minta.

4.4.2. Pasar Kaget Kota Binjai

Pasar kaget kota Binjai merupakan pasar dadakan yang hanya buka pada sore hingga malam hari saja. Pasar kaget terletak di Jalan Irian Kota Binjai, dimana pada waktu pagi hingga sore hari jalan ini terlihat seperti biasa yang ada hanya ruko ruko para pedagang di sepanjang Jalan Irian tersebut, akan tetapi ketika memasuki waktu sore hari ketika ruko-ruko yang ada disepanjang Jalan Irian mulai tutup, aktivitas di jalan ini berubah menjadi pasar yang menjual segala jenis makanan dengan mendirikan tenda-tenda tempat berjualan disepanjang sisi jalan Irian tersebut. Maka dari itu pasar ini dinamakan pasar kaget oleh masyarakat Kota Binjai dikarenakan pasar ini buka dadakan pada sore hari ketika ruko-ruko para pedagang di Jalan Irian sudah tutup. Pasar Kaget sudah sangat terkenal oleh masyarakat Kota Binjai, pasar ini sangat ramai pada malam hari, pengunjungnya dari segala usia, mulai dari anak- anak, remaja, hingga orang dewasa. Pasar ini menjadi tempat berkumpulnya masyarakat Kota Binjai yang ingin ngumpul bersama teman-teman atau keluarga sambil membeli makanan yang tersedia. Aktivitas pasar kaget yang sangat ramai Universitas Sumatera Utara 57 menjadi lokasi yang strategis bagi anak-anak jalanan untuk melakukan aktivitasnya ditempat tersebut, aktivitas anak jalanan di pasar kaget beragam, mulai dari meminta-minta, mengamen, mengatur tempat parkir dan berjualan asongan.

4.4.3. Jalan Jendral Sudirman Kota Binjai

Jalan Jendral Sudirman merupakan jalan utama yang berada di pusat Kota Binjai, tempat ini sekaligus merupakan kawasan perdagangan di kota Binjai. Disepanjang Jalan Jendral Sudirman ini hampir dipenuhi oleh ruko-ruko para pedagang disisi kiri maupun disisi kanan jalan. Aktivitas di jalan ini sangat padat dari pagi hingga malam hari dikarekan jalan ini merupakan jalan utama pusat Kota Binjai. Aktivitas jalanan yang sangat padat dan ramai dikunjungi para pembeli yang berlalu-lalang di Jalan tersebut. Menjadikan tempat ini menjadi salah satu lokasi yang strategis di Kota Binjai untuk anak jalanan melakukan aktivitasnya, aktivitas anak jalanan di lokasi ini pada umumnya menjual koran, berdagang asongan sertaa meminta-minta kepada para pembeli yang berlalu-lalang di Jalan tersebut. Universitas Sumatera Utara 58 BAB V ANALISIS DATA Pada bab ini akan dibahas mengenai dataa – data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di lapangan melalui observasi dan wawancara dengan Informan. Peneliti mengumpulkan data dari lima orang informan utama dan tiga orang informan kunci. Dalam hal ini, data yang diperoleh langsung dari anak jalanan yang beraktivitas di tiga lokasi yang telah ditentukan dalam penelitian yaitu di tanah lapang merdeka Kota Binjai, pasar kaget Kota binjai, serta di jalan Jendral Sudirman Kota Binjai. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lapangan, maka diperoleh berbagai data - data serta informasi melalui observasi dan wawancara mendalam dengan para informan. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci mengenai data - data yang telah didapat dari hasil penelitian dilapangan tersebut, maka penulis mencoba menguraikan data - data yang telah didapatkan dari wawancara dengan informan dengan narasi penulis tentang data – data tersebut. 5.1 Hasil temuan 5.1.1 Informan Utama I Nama : Iqbal Maulana Umur : 17 Tahun Universitas Sumatera Utara 59 Jenis Kelamin : Laki – laki Pendidikan Terakhir : SD Sekolah Dasar Agama : Islam Aktivitas di jalan : Tinggal, bekerja menyablon dan mengamen Lokasi Aktivitas : Tanah Lapang Merdeka Kota Binjai Lama aktivitas di jalan : Sepenuhnya hidup di jalanan Hungan dengan keluarga : Sudah putus hubungan dengan keluarga Alamat : Tidak memiliki tempat tinggal tetap Informan pertama dalam penelitian ini bernama Iqbal Maulana, Iqbal merupakan anak pertama dari 4 empat orang bersaudara, Ia memiliki 3 orang adik yang saat ini masih tinggal bersama Ibunya. Saat ini Iqbal sudah putus hubungan dengan keluarganya, dengan kata lain Iqbal merupakan anak jalanan yang tergolong dalam kategori children of the street yaitu anak – anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya hidup dan tinggal dijalanan tanpa pulang atau kembali kerumah dan telah memutuskan hubungan dengan keluarganya. Saat ini Iqbal berumur 17 tahun dan sudah putus sekolah sejak Ia menginjak kelas 5 SD. Kehidupan Iqbal sebelum menjadi anak jalanan dimana Ia hidup bersama kedua orang tuanya dan tiga adik – adiknya, mereka tinggal di jalan badar senembah kota Binjai. Ayah Iqbal bekerja sebagai supir bus lintas provinsi dan Ibunya bekerja sebagai tukang cuci jika ada orang yang melakukan hajatan. Universitas Sumatera Utara 60 Keadaan ekonomi yang lemah membuat Iqbal sudah terbiasa hidup mandiri dari kecil, Ia sering ikut membantu Ibunya bekerja atau bekerja pada orang yang membutuhkan tenaganya. Sejak kecil Iqbal tidak medapatkan perhatian yang cukup dari orang tuanya, Ayah Iqbal yang bekerja sebagai supir bus lintas provinsi membuat Ayahnya jarang pulang kerumah, biasanya Ayahnya pulang kerumah hanya dua hari dalam seminggu, hal tersebut membuat Iqbal jarang mendapatkan pengawasan dari orang tuanya, sehingga Iqbal menjadi anak yang cenderung nakal dan bermain dengan teman – teman sebayanya yang nakal juga. Permasalahan – permasalahan itu ditambah rumit karena Ayah Iqbal memiliki kebiasaan buruk yaitu suka meminum minuman keras, hal ini membuat Ayahnya memiliki sikap yang cenderung kasar terhadap istri dan anak – anaknya, keadaan ini membuat sering terjadinya pertengkaran antara Ayah dan Ibu Iqbal yang membuat keadaan didalam rumah menjadi tidak harmonis. Kehidupan didalam rumah yang tidak harmonis tersebut membuat Iqbal sering mendapatkan perlakuan kasar dan kekerasan berupa kata – kata kasar dan makian dari Ayahnya. Pada Tahun 2007 saat itu Iqbal berusia 9 tahun Ayah Iqbal ketahuan oleh Ibunya memiliki Istri lagi diluar kota tempat persinggahan tujuan bus yang disupir Ayahnya, hal ini membuat keadaan dirumah semakin tidak harmonis, ditambah dengan keadaan ekonomi keluarga yang lemah membuat Iqbal merasa tidak betah tinggal dirumah. Mulanya Iqbal turun ke jalanan pada usia 10 tahun, pada saat itu Ia berada di jalanan hanya untuk bermain saat Ia pulang sekolah karena Ia sudah merasa tidak betah lagi jika dirumah, karena Universitas Sumatera Utara 61 sehari – hari Ia sering melihat orang tuanya bertengkar dan Ia sendiri juga sering menjadi sasaran kemarahan orang tuanya. Berawal dari hanya bermain di jalanan karena didasari oleh keadaan tidak harmonisnya keadaan didalam rumah, lama – lama Iqbal merasa nyaman ketika Ia berada di jalananan, karena Ia merasa bebas dan tidak ada orang yang memarahinya, pada saat itu Iqbal melakukan aktivitasnya dijalanan pada siang hingga sore hari. Kemudian karena keadaan ekonomi yang lemah membuat Iqbal putus sekolah, dan Iqbal jarang diberi uang saku oleh orang tuanya membuat Iqbal mulai bekerja mencari uang di jalanan, pada mulanya Iqbal bekerja sebagai peminta – minta disekitaran tanah lapang merdeka Kota Binjai, Ia meminta - minta kepada orang yang berkunjung disekitaran daerah tersebut. Setelah Iqbal memiliki banyak teman di jalanan, Ia mulai mengikuti teman – temannya mengamen, Iqbal mengamen pada malam hari, mulai dari jam 7 malam hingga jam 12 malam. Tahun 2012 orang tua Iqbal bercerai, Ayah Iqbal memilih hidup dan tinggal bersama Istri keduanya, serta Iqbal tinggal bersama Ibu dan ketiga adiknya. Karena keadaan ekonomi yang terus memburuk pada tahun 2013 membuat Ibu Iqbal memilih balik kekampung halamannya di Riau. Sejak saat itu Iqbal tidak memiliki hubungan lagi dengan keluarganya, Iqbal hidup sendiri disini bersama anak jalanan lainnya, sudah empat tahun Iqbal menjadi anak jalanan yang tidak memiliki lagi hubungan dengan keluarganya, saat ini iqbal bertahan hidup dengan bekerja pada siang harinya disebuah tempat usaha sablon, dan ketika malam hari Iqbal bersama teman anak jalanan lainnya mencari uang di sekitaran tanah lapang merdeka Kota Binjai dengan mengamen, dalam sehari Iqbal dapat Universitas Sumatera Utara 62 mengumpulkan 30.000 rupiah hingga 40.000 rupiah. Uang tersebut Ia gunakan untuk biaya makan serta membili rokok. Iqbal sudah sering terjaring razia oleh Dinas Sosial Kota Binjai, akan tetapi ketika mereka terjaring razia, Iqbal mengatakan pihak Dinas Sosial Kota Binjai hanya memberikan arahan – arahan agar tidak menjadi anak jalanan lagi, tetapi tidak memberikan penyelesaian masalah, hal tersebut mengakibatkan mereka tetap memilih kembali ke jalanan. Berdasarkan keterangan informan yang telah diuraikan oleh penulis, dapat terlihat bahwa faktor utama yang mendasari Ia memilih kehidupan menjadi anak jalanan adalah lebih didasari keadaan didalam keluarga yang tidak harmonis serta keadaan ekonomi keluarga yang lemah, sehingga Ia memilih untuk hidup di jalanan. Pada hal ini faktor tersebut masuk ke dalam tingkat mikro yaitu dimana bahwa anak memilih untuk turun ke jalanan lebih dilatar belakangi oleh keingina anak itu sendiri yang disebabkan oleh kekerasan yang diterimanya dirumah, penelantaran, sehingga jika hal tersebut sudah diluar batas toleransi anak, maka anak cenderung memilih keluar dari rumah dan hidup di jalanan, inilah yang terjadi pada keterangan informan pertama.

5.1.2 Informan Utama II

Nama : Robi Irawan Umur : 16 Tahun Jenis Kelamin : Laki – laki Pendidikan Terakhir : SMP Sekolah Menengah Pertama Universitas Sumatera Utara 63 Agama : Islam Aktivitas di jalan : Bekerja menjual asongan dan mengamen Lokasi Aktivitas : Tanah lapang merdeka Kota Binjai Lama aktivitas di jalan : 16 Jam Hubungan dengan keluarga : Pulang pada keluarga secara berkala Alamat : Jalan Suka Ramai Kota Medan Informan kedua dalam penelitian ini bernama Robi Irawan, Robi merupakan anak kedua dari 5 bersaudara, Ia memiliki seorang kakak perempuan dan lima orang adik. Robi merupakan anak jalanan yang tergolong kedalam kategori children on the street yaitu dimana dalam kategori ini merupakan anak – anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarganya, baik itu pulang kerumah setiap hari atau tinggal di jalanan tetapi masih berusaha mempertahankan hubungan dengan keluarganya dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan tidak rutin. Saat ini Robi berusia 16 tahun dan telah putus sekolah sejak Ia berada dibangku sekolah kelas 1 SMP. Kehidupan Robi sebelum Ia menjadi anak jalanan dimana Ia hidup bersama keluarganya di Kota Medan, Robi berasal dari keluarga yang memiliki keadaan ekonomi yang kurang mampu, Ayah Robi bekerja sebagai tukang becak sedangkan Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Keadaan ini memaksa Robi terbiasa untuk hidup mandiri dan berjuang sendiri untuk mendapatkan uang sakunya dan juga membantu ekonomi keluarganya, sebelum menjadi anak jalanan Universitas Sumatera Utara 64 Ia dahulunya sering bekerja sebagai pembuat sandal dirumah tetangganya dan hal itu dilakukanya setelah Ia pulang sekolah. Keadaan didalam keluarga Robi yang kurang harmonis dimana sering terjadinya pertengkaran antara orang tuanya akhirnya membuat kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai, pada saat itu Robi masih duduk dibangku kelas 6 SD, ketika kedua orang tuanya bercerai Robi memilih ikut tinggal bersama Ibunya dan dua orang adiknya, sedangkan saudara kandungnya yang lain tinggal bersama Ayahnya. Keadaan ekonomi yang terus mengalami kesusahan membuat Ia harus putus sekolah pada saat Ia berada dibangku sekolah kelas 1 SMP, berasal dari keluarga yang broken home serta memiliki perekonomian keluarga yang kurang mampu sejak saat itu Robi memilih untuk mencari kehidupan di jalanan. Pada mulanya Robi hidup di jalanan dengan menjual asongan, pada tahun 2012 Robi mengikuti temannya untuk menjadi anak jalanan di kota Binjai, sebenarnya Ia adalah seoang anak jalanan pendatang dari Kota Medan. Kehidupan Robi sebagai anak jalanan di Kota Binjai awalnya Ia bekerja sebagai penjual asongan di terminal Kota Binjai, lalu seiring berjalannya waktu Robi mulai mengikuti temannya yang mengamen, Ia mengamen pada waktu malam hari setelah Ia selesai berjualan asongan pada siang hingga sore hari, biasanya Ia memulai kegiatannya sebagai pengamen dari pukul 7 hingga pukul 12 malam, Robi mengamen di sekitaran tanah lapang merdeka Kota Binjai. Sehari – harinya dari aktifitas Ia mengamen Robi bisa mendapatkan penghasilan 15 hingga 30 ribu perhari, akan tetapi Ia mengaku kalau uang tersebut hanya habis pada hari itu juga, uang tersebut habis untuk membeli makanan dan rokok. Universitas Sumatera Utara 65 Robi tidak sepenuhnya hidup di jalanan dan memutuskan hubungan dengan keluarganya, Ia masih berusaha untuk tetap menjaga dan mempertahankan hubungannya dengan keluarganya dengan cara pulang tetapi tidak rutin, Ia tidak menetapkan berapa lama sekali untuk pulang kerumahnya, Ia pulang kerumah ketika Ia merasa ingin pulang saja dan tidak ditentukan waktunya. Jika pulang kerumah Robi biasanya hanya menginap di rumahnya selama satu sampai dua hari, kemudian Ia kembali ke Kota Binjai dan melakukan aktifitasnya di jalanan lagi. Setiap pulang ke rumah Robi tidak selalu memberikan uang kepada keluargnya, jika Ia masih memiliki sisa uang Ia akan memberikannya kepada Ibunya untuk membantu ekonomi keluarganya, akan tetapi jika Ia tidak memiliki sisa uang Robi hanya pulang saja ke rumah tanpa memberikan uang. Selama Robi menjadi anak jalanan, Ia sudah beberapa kali terjaring razia yang dilakukan oleh pihak Dinas Sosial Kota Binjai, akan tetapi setelah terjaring razia dan dilepaskan, Ia tetap kembali ke jalanan bersama para anak jalanan lainnya, Robi mengaku apa yang diberikan oleh pihak Dinas Sosial Kota Binjai hanya berupa arahan – arahan serta larangan untuk menjadi anak jalanan, hal tersebut sama sekali tidak membantu kehidupan anak jalanan untuk dapat keluar dari permasalahannya dan tidak menjadi anak jalanan lagi, oleh karena itu Robi mengatakan banyak anak jalanan yang terjaring razia tapi akan tetap menjadi anak jalanan kembali setelah dilepaskan. Sementara itu ketika ditanya mengenai faktor apa saja yang menyebabkan anak jalanan di Kota Binjai menjadi anak jalanan, Ia menjawab bahwa teman – temannya sesama anak jalanan menjadi anak jalanan kebanyakan karena didasari keluarga yang broken home dan ekonomi keluarga yang kurang mampu. Universitas Sumatera Utara 66 Berdasarkan keterangan informan yang telah di uraikan oleh penulis, dapat terlihat bahwa faktor utama yang menyebabkan Ia menjadi anak jalanan berasal dari faktor yang terdapat dari dalam keluarganya, informan yang berasal dari keluarga yang brokenhome serta perekonomian keluarga yang kurang mampu membuat Informan memilih sendiri keputusannya untuk hidup menjadi anak jalanan, hal tersebut mengartikan faktor yang menyebabkan Informan menjadi anak jalanan masuk ke dalam kategori mikro yaitu dimana bahwa anak memilih untuk turun ke jalanan lebih dilatar belakangi oleh keinginan anak itu sendiri yang disebabkan oleh kekerasan yang diterimanya dirumah, penelantaran, ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar, sehingga jika hal tersebut sudah diluar batas toleransi anak, maka anak cenderung memilih keluar dari rumah dan hidup di jalanan.

5.1.3 Informan Utama III

Nama : Iwan Hardi Umur : 17 Tahun Jenis Kelamin : Laki – laki Pendidikan terakhir : SD Sekolah Dasar Agama : Islam Aktivitas Di Jalan : Tinggal, bekerja menyablon dan mengamen Lokasi Aktivitas : Pasar kaget Kota Binjai Universitas Sumatera Utara 67 Lama Aktivitas Di Jalan : Sepenuhnya hidup di jalanan Hubungan Dengan Keluarga : Sudah putus hubungan dengan keluarga Alamat : Tidak memiliki tempat tinggal tetap Informan ketiga dalam penelitian ini bernama Iwan Hardi, Iwan merupakan anak pertama dari empat orang bersaudara, Iwan merupakan anak jalanan yang tergolong kedalam kategori children of the street yaitu anak – anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan sudah tidak memiliki hubungan atau memutuskan hubungan deegan orang tua atau keluarganya. Iwan sudah tidak memiliki lagi hubungan dengan orang tua dan keluarganya sejak 4 tahun yang lalu, sedangkan adiknya masing – masing ada yang tinggal bersama Ayahnya dan ada juga yang tinggal bersama Ibunya karena kedua orang tuanya sudah bercerai, Iwan berasal dari keluarga yang brokenhome dan sering mendapatkan perlakuan kekerasan oleh orang tuanya sewaktu Ia masih tinggal bersama keluarganya. Keluarga Iwan bukan merupakan keluarga yang harmonis, sewaktu Iwan masih tinggal bersama orang tuanya Ia sering mendapatkan perlakuan kekerasan, selain itu Ia juga sering melihat kedua orang tuanya bertengkar di hadapannya, kondisi di dalam keluarga Iwan yang tidak harmonis ini membuatnya merasakan rasa tidak nyaman ketika Ia berada didalam rumah, keadaan ini semakin di perburuk dengan kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarganya. Kedua masalah ini lah yang menjadi faktor pendukung pertama yang membuat Iwan memutuskan untuk memilih turun ke jalanan menjadi anak jalanan. Universitas Sumatera Utara 68 Iwan mulai menjadi anak jalanan pada tahun 2009, pada saat itu Iwan berusia 11 tahun, hingga saat ini Ia sudah menjadi anak jalanan selama 6 tahun sampai pada usianya 17 tahun. Sebelum Iwan menjadi anak jalanan, Ia tinggal bersama kedua orang tuanya dan adik-adiknya, Ayah Iwan bekerja sebagai kuli bangunan sedangkan Ibunya tidak bekerja, Ayahnya memiliki kebiasaan yang buruk yaitu suka bermain judi dan memiliki sifat yang kasar, Iwan juga jarang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Pertengkaran kedua orang tuanya merupakan hal yang sering Ia lihat sewaktu masih tinggal bersama orang tuanya, kebiasaan Ayahnya yang suka bemain judi membuat keadaan ekonomi keluarganya semakin bermasalah, karena sering uang yang seharusnya dipakai untuk keperluan keluarga habis di pakai untuk berjudi, hal inilah yang sering menjadi pemicu pertengkaran yang terjadi pada orang tuanya, dan jika sudah bertengkar tak jarang anak – anaknya yang menjadi sasaran kekerasan oleh orang tuanya seperti mendapatkan kata – kata kasar dan makian. Awalnya Iwan menjadi anak jalanan karena disuruh oleh orang tuanya, keadaan ekonomi keluarga yang tidak mencukupi membuat orang tuanya menyuruh Iwan mencari dana tambahan dengan bekerja mencari uang di jalanan. Iwan bekerja sebagai pedagang asongan di tanah lapang merdeka Kota Binjai, Iwan memulai aktifitasnya di jalan ketika Ia sudah pulang sekolah hingga menjelang malam, hasil yang didapatnya dalam sehari sebagian dipakainya sendiri unutuk jajan dan bermain dan sebagian lainnya diberikannya kepada orang tuanya. Lama hidup di jalanan membuat Iwan menjadi merasa nyaman ketika Ia berada di jalanan, karena Ia merasakan kebebasan dan tak ada yang memarahinya tidak seperti ketika Ia berada dirumah. Universitas Sumatera Utara 69 Setelah dua tahun Iwan menjadi anak jalanan pada tahun 2011 kedua orang tuanya bercerai, adik – adik Iwan ada yang mengikuti Ayahnya dan ada juga yang mengikuti Ibunya, setelah perceraian kedua orang tuanya tersebutlah Iwan memilih memutuskan hubungan dengan keluarganya dan memilih sepenuhnya hidup di jalanan, sudah terbiasanya Iwan hidup di jalanan dan merasa kecewa dengan perceraian yang terjadi antara kedua orang tuanya membuat Iwan memilih untuk hidup di jalanan saja dan tidak berhubungan lagi dengan keluarganya. Saat ini Iwan bertahan hidup menjadi anak jalanan dengan mecari uang sebagai pengamen, Iwan melakukan aktivitas mengamennya pada waktu malam hari bersama teman – teman sesama anak jalanan lainnya. Iwan mengamen didaerah pasar kaget Kota Binjai, pasar itu hanya buka pada waktu malam hari saja dan sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat yang Ingin membeli makanan sekaligus duduk – duduk disana, hal inilah yang membuat Iwan memilih untuk mengamen di tempat tersebut, dalam waktu satu malam Ia dapat mengumpulkan uang sebanyak 30.000 - 50.000 rupiah, namun uang tersebut harus dibagi lagi bersama kedua temannya yang mengamen bersamanya, maka Iwan biasanya mendapatkan uang sebanyak 15.000 rupiah dari aktivitas mengamen dalam waktu satu malam. Mengamen bukan satu – satunya mata pencarian Iwan sebagai anak jalanan, Ia juga bekerja di tempat sablon untuk mencari tambahan, biasanya dalam sehari Iwan mendapatkan gaji 20.000 - 30.000 rupiah tergantung dari banyaknya jumlah pesanan sablon yang dikerjakannya. Ketika ditanya mengenai apa yang menjadi faktor penyebab sesama anak jalanan lainnya menjadi anak jalanan, Ia Universitas Sumatera Utara 70 mengakatakan bahwa faktor ekonomi keluarga dan faktor keadaan keluarga yang tidak harmonis dan brokenhome yang menjadi faktor terbanyak yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan. Ketika ditanya mengenai apakah Ia pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah Kota Binjai, Ia mengatakan pernah sekali mendapatkan bantuan berupa uang dan ketika mereka terjaring razia yang dilakukan oleh dinas sosial kota binjai mereka hanya diberikan arahan – arahan untuk tidak menjadi anak jalanan dan kemudian dilepaskan lagi, setelah dilepaskan mereka tetap memilih kembali lagi menjadi anak jalanan karena mereka tidak mendapat solusi dari masalah mereka. Berdasarkan keterangan informan ketiga yang telah diuraikan oleh penulis, maka dapat dilihat bahwa faktor yang mendasari Ia memilih kehidupan menjadi anak jalanan adalah lebih didasari dari faktor keadaan didalam keluarga yang tidak harmonis serta keadaan ekonomi keluarga yang lemah, dan latar belakang keluarga yang brokenhome, sehingga Ia memilih untuk hidup di jalanan. Faktor tersebut masuk ke dalam tingkat mikro yaitu dimana bahwa anak memilih untuk turun ke jalanan lebih dilatar belakangi oleh keinginan anak itu sendiri yang disebabkan oleh kekerasan yang diterimanya dirumah, penelantaran, dan tidak sanggupnya orang tua memenuhi kebutuhan utama anak, sehingga jika hal tersebut sudah diluar batas toleransi anak, maka anak cenderung memilih keluar dari rumah dan hidup di jalanan, inilah yang terjadi pada keterangan informan ketiga.

5.1.4 Informan Utama IV

Nama : Rensiansyah Simamora Universitas Sumatera Utara 71 Umur : 15 Tahun Jenis Kelamin : Laki - laki Pendidikan Terakhir : SMP Sekolah Menengah Pertama Agama : Kristen Aktivitas Di Jalan : Menjaga parkir dan mengamen Lokasi Aktivitas :Jalan Jendral Sudirman Kota Binjai dan pasar kaget Kota Binjai Lama Aktivitas Di Jalan : 13 jam Hubungan Dengan Keluarga : Tinggal bersama keluarga Alamat : Jl. Candra Kirana Kota Binjai Informan ke empat ini merupakan seorang anak jalanan yang bernama Rensiansyah Simamora, saat ini Ia berusia 15 tahun, Rensi merupakan anak kedua dari 4 orang bersaudara, Saat ini Ia tinggal bersama orang tua dan adik – adiknya di jalan cadra kirana Kota Binjai. Rensi menghabiskan waktunya di jalanan atau melakukan aktivitasnya di jalanan hanya sebatas mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya dan membantu ekonomi keluarganya, sekaligus berjumpa teman – temannya sesama anak jalanan untuk bermain, ketika Ia sudah selesai melakukan aktivitasnya di jalanan Rensi kembali ke rumah untuk berkumpul lagi dengan keluarganya, dengan kata lain Rensi merupakan anak jalanan yang termasuk ke dalam kategori children on the street, yaitu anak – anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Universitas Sumatera Utara 72 Rensi sudah putus sekolah sejak Ia menginjak bangku sekolah kelas 1 SMP, keadaan ekonomi keluarga yang sulit dan rasa malas yang dimilikinya untuk bersekolah membuat Rensi harus putus sekolah, Ayah Rensi bekerja di Kota Aceh sebagai kuli bangunan, Ayahnya pulang dua kali dalam satu bulan, hal tersebut membuat Rensi tidak mendapatkan perhatian dan pengawasan yang cukup dari orang tuanya, sehingga keadaan itu membuat Rensi cenderung menjadi anak yang nakal dan memiliki pergaulan yang kurang baik juga, teman - temannya banyak yang berasal dari jalanan, hal tersebut membuat Rensi sudah terbiasa dengan hidup di jalanan, sebenarnya Ibu Rensi melarangnya untuk beraktivitas di jalanan, karena Ibunya menganggap masih sanggup berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga, akan tetapi Rensi yang sudah terlanjur memiliki teman – teman yang berasal dari anak jalan yang membuatnya tidak bisa melepaskan kebiasaannya untuk menjalani aktifitasnya di jalan dan melawan larangan Ibunya. Keadaan Rensi yang sudah terbiasa beraktivitas di jalanan membuatnya menjadi malas untuk bersekolah, ditambah keadaan ekonomi keluarga Rensi yang sulit sehingga pada saat Ia duduk dibangku sekolah kelas 1 SMP Rensi memutuskan untuk putus sekolah. Pada mulanya Rensi mulai menjadi anak jalanan pada tahun 2010, saat itu Ia berusia 11 tahun dan masih bersekolah, awalnya Rensi beraktivitas di jalanan hanya untuk bermain bersama teman – temannya yang berasal dari anak jalanan, hal tersebut membuat Rensi cenderung menjadi anak yang nakal dan susah diatur, ditambah rasa malas untuk bersekolah membuat Rensi tidak jarang untuk membolos sekolah dan bergabung dengan Universitas Sumatera Utara 73 teman – temannya, hal tersebut membuat Rensi memilih untuk putus sekolah dan bekerja di jalanan. Rensi sangat menikmati kehidupannya di jalanan hal tersebut di karenakan Ia merasa bebas ketika berada di jalanan dan dapat berkumpul bersama teman – temannya, selain itu Rensi juga mengatakan untuk apa bersekolah sementara Ia dapat memperoleh uang dari aktivitasnya di jalanan membuat Rensi tambah menikmati kehidupannya sebagai anak jalanan. Sehari – harinya Rensi beraktivitas di jalanan pada waktu pagi hingga sore hari disekitar jalan Jendral Sudirman Kota Binjai dengan bekerja sebagai tukang parkir, sementara ketika malam hari Rensi mengamen bersama teman – temannya di pasar kaget Kota Binjai. Dalam sehari Rensi dapat mengumpulkan uang 40 ribu rupiah dari aktivitasnya di jalanan, dimana uang tersebut Ia gunakan untuk kebutuhannya dan sebagian lainnya Ia berikan kepada orang tuanya untuk membantu ekonomi keluarganya. Rensi tidak sepenuhnya hidup di jalanan, Rensi masih memiliki hubungan dengan keluarganya dan pulang kerumahnya, Rensi mengatakan biasanya Ia memulai aktivitasnya di jalanan pada pukul 09.00 pagi, Ia bekerja sebagai tukang parkir di sekitaran jalan Jendral Sudirman Kota Binjai hingga pukul 04.00 sore, setelah itu Ia pulang kerumahnya untuk tidur dan beristirahat, kemudian Ia memulai lagi aktivitasnya di jalanan pada pukul 7 malam dengan mengamen besama teman – teman anak jalanan lainnya di pasar kaget Kota Binjai hingga pukul 12 malam, setelah itu Ia berbagi pendapatan bersama teman –temannya dan berkumpul sejenak dengan teman – teman sesama anak jalanan lainnya hingga Universitas Sumatera Utara 74 pukul 1 pagi, setelah itu barulah Rensi pulang kerumahnya kembali untuk beristirahat. Selama Rensi menjalani kehidupannya menjadi anak jalanan Ia tidak pernah terjaring razia oleh pihak Pemerintah Kota Binjai, dan Rensi juga tidak pernah menerima bantuan dari Pemerintah Kota Binjai. Ketika ditanya apakah Rensi ada keinginan untuk tidak menjadi anak jalanan lagi dan mencari pekerjaan yang lain, Ia menjawab bahwa dia sudah merasa sangat nyaman menjadi anak jalanan, disini adalah kehidupan Saya dan Ia juga mengatakan tidak ingin mencari pekerjaan yang lain karena Ia menyukai kegiatannya selama menjadi anak jalanan, oleh sebab itu Rensi mengatakan Ia akan tetap menjadi anak jalanan. Dari keterangan informan yang telah diuraikan oleh peneliti, peneliti menganalisis data yang sudah didapatkan dari keterangan informan keempat, bahwa faktor yang mendasari Ia memilih kehidupan menjadi anak jalanan adalah berawal dari memiliki pergaulan dan teman – teman dari kalangan anak jalanan, hal tersebut membuatnya merasa suka dan nyaman ketika berada dan hidup di jalanan, adapun faktor lain adalah faktor ekonomi keluarga yang sulit, namun faktor utama yang membuat perasaan Informan keempat untuk memilih menjadi anak jalanan adalah faktor lingkungan dan pertemanannya yang berasal dari kalangan anak jalanan, yang mengakibatkan Ia nyaman hidup dan beraktivitas di jalanan untuk menjadi anak jalanan. Dari uraian keterangan Informan dan analisis yang telah diberikan oleh peneliti, maka faktor penyebab Informan keempat menjadi anak jalanan masuk kedalam kategori messo, yaitu bahwa anak turun ke jalanan untuk menjadi anak jalanan dilatarbelakangi oleh masyarakat, lingkungan sosial dan pergaulan. Universitas Sumatera Utara 75

5.1.5 Informan Utama V

Nama : Diki Irawan Umur : 10 Tahun Jenis Kelamin : Laki - Laki Pendidikan Terakhir : SD Sekolah Dasar Agama : Islam Aktivitas di jalan : Tinggal dan mengemis Lokasi Aktivitas : Jalan Jendral Sudirman Kota Binjai Lama aktivitas di jalan : Sepenuhnya hidup di jalan Hubungan dengan keluarga : Tinggal Bersama orang tua di jalan Alamat : Tidak memiliki tempat tinggal tetap Informan kelima dalam penelitian ini bernama Diki Irawan, Diki merupakan anak keempat dari empat orang bersaudara, Ia memiliki 3 orang kakak yang menurut keterangan Ibunya saat ini ketiga kakaknya tersebut tinggal bersama Ayahnya. Saat ini Diki sudah tidak bersekolah lagi, kesulitan ekonomi membuatnya harus putus sekolah, setelah Ibunya bercerai dari Ayahnya lima tahun yang lalu Diki tinggal hanya bersama Ibunya, sedangkan kakak – kakaknya dibawa oleh ayahnya. Diki dan Ibunya saat ini tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, Ia bersama Ibunya hidup berpindah – pindah dari jalanan ke jalanan, oleh sebab itu Diki merupakan anak jalanan yang tergolong kedalam kategori children Universitas Sumatera Utara 76 from families of the street yaitu anak – anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya di jalanan juga. Kehidupan Diki sebelum hidup di jalanan dan menjadi anak jalanan, Ia tinggal bersama kedua orang tuanya dan tiga orang kakaknya di Kota Stabat, keadaan ekonomi keluarga Diki dari dahulu memang sudah kurang mampu, Ayahnya hanya bekerja serabutan dan tidak tetap dan Ibunya tidak bekerja. Hal tersebut membuat keluarga Diki sering berada dalam kekurangan untuk memenuhi kebutuhan hidup, keadaan tersebut ditambah parah dengan kebiasaan Ayahnya yang suka bermain judi togel, tidak jarang uang yang seharusnya dipakai untuk memenuhi kebutuhan keluarga digunakan Ayahnya untuk bermain judi togel, hal tersebut memicu sering terjadinya pertengkaran antara kedua orang tua Diki. Ketika tahun 2010 kedua orang tua Diki bercerai, hal tersebut dikarenakan kondisi ekonomi yang semakin buruk dan sering terjadinya keributan antara kedua orang tuanya membuat orang tua Diki memilih untuk bercerai, Diki di bawa Ibunya sedangkan ketiga kakaknya dibawa oleh Ayahnya. Setelah kedua orang tua Diki bercerai Ia dibawa oleh Ibunya tinggal dirumah saudaranya, namun akan tetapi lama – lama terjadi ketidak cocokkan antara Ibu Diki dengan saudara tempat mereka menumpang, hal tersebut membuat Diki dan Ibunya pada tahun 2013 akhirnya keluar dari rumah tersebut dan hidup dijalanan, mereka tinggal berpindah – pindah dari jalanan ke jalanan dan terkadang menumpang di halaman tempat Ibadah. Universitas Sumatera Utara 77 Saat ini Diki berusia 10 tahun dan Ia sudah putus sekolah pada bangku sekolah dasar kelas dua, Ia putus sekolah sejak saat Ibunya dan Ia keluar dari rumah saudaranya dan harus hidup di jalanan, keadaan untuk hidup menjadi anak jalalan bukanlah pilihan Diki, Ia tidak memiliki pilihan yang lain dan hanya mengikuti Ibunya yang saat ini juga hidup di jalanan dan tidak memiliki tempat tinggal yang tetap lagi. Aktivitas Diki di jalan pada pagi hari dimulai dengan mengikuti Ibunya mengemis di Jalan Jendral Sudirman tepatnya didepan supermarket Ramayana Binjai, Ia dan ibunya mengemis kepada pengunjung supermarket tersebut dan kepada orang - orang yang lewat berlalu lalang disekitaran jalan tersebut. Pendapatan Diki dan Ibunya dari aktivitasnya mengemis di jalan Jendral Sudirman tidak tetap, terkadang mendapatkan 15.000 rupiah sampai 20.000 rupiah dan terkadang mendapatkan kurang dari 15.000 rupiah. Diki dan ibunya mengemis di Jalan Jendral Sudirman dari pagi sampai sore hari, dan ketika malam hari tiba Diki dan Ibunya melakukan aktivitas kembali tapi ditempat yang berbeda, pada waktu malam hari tiba Diki bersama Ibunya menghabiskan waktunya untuk mengemis di sepanjang pasar kaget Binjai, Diki dan Ibunya berjalan mengitari pasar kaget Kota Binjai dan memohon belas kasihan dengan mengemis kepada para pengunjung pasar kaget Kota Binjai. Dalam waktu satu malam dari aktifitasnya mengemis bersama Ibunya di pasar kaget Kota Binjai Diki memperoleh pendapatan 15.000 rupiah hingga 20.000 ribu rupiah, dan hasil dalam sehari dari aktivitasnya mengemis tersebut dipakai untuk biaya makan Diki bersama Ibunya. Universitas Sumatera Utara 78 Dari keterangan informan kelima yang telah diuraikan oleh peneliti, peneliti menganalisis data yang sudah didapatkan dari keterangan informan kelima, bahwa faktor yang menyebabkan Ia hidup menjadi anak jalanan adalah berasal dari faktor keadaan dalam keluarga yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan utamanya seperti memperoleh tempat tinggal yang tetap dan kebutuhan – kebutuhan utama lainnya yang mengakibatkan Ia terpaksa harus tinggal dan hidup menjadi anak jalanan. Pada hal ini faktor yang berasal dari keluarga tersebut masuk ke dalam tingkat mikro yaitu dimana bahwa anak menjadi anak jalanan lebih dilatar belakangi sebab – sebab yang berasal dari anak itu sendiri atau dari keluarganya yang akhirnya menyebabkan Ia menjadi anak jalanan. Hal inilah yang terjadi pada keterangan informan kelima.

5.1.6 Informan Kunci VI

Informan ke enam dalam penelitian ini merupakan seorang informan kunci yang bernama Ibu Rosidah, Ibu Rosidah merupakan orang tua dari Diki yaitu salah satu informan yang menjadi informan utama dalam penelitian ini, Ibu Rosidah dipilih menjadi salah satu informan kunci dalam penelitian ini karena Ibu Rosidah merupakan orang tua dari salah satu informan utama dalam penelitian ini, maka Ibu Rosidah dianggap pantas dan mengetahui berbagai informasi – informasi pokok mengenai informan utama yang bertujuan untuk semakin melengkapi data dalam penelitian ini. Informan kuci sendiri merupakan orang – orang yang dianggap mengetahui berbagai informasi pokok yang diperlaukan dalam penelitian. Universitas Sumatera Utara 79 Ibu Rosidah saat ini berusia 49 tahun dan sudah tidak memiliki suami lagi karena telah bercerai lima tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2010. Saat ini Ibu Rosidah tidak memiliki tempat tinggal yang tetap lagi karena Ia tidak memiliki dana untuk memiliki tempat tinggal yang tetap, Ia saat ini hidup bersama seorang anaknya yang bernama Diki dan tinggal di jalanan, kehidupan seperti ini Ia jalankan karena Ia tidak memiliki pilihan lain karena tidak memiliki dana yang cukup untuk memiliki atau menyewa tempat tinggal yang tetap, keadaan seperti ini juga memaksa anaknya Diki harus berada di jalanan juga hidup dan tinggal bersamanya dari jalan ke jalan. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Ibu Rosidah bahwa kehidupan di jalanannya dimulai pada pertengahan tahun 2013, jadi hingga kini Ibu Rosidah bersama anaknya Diki sudah hidup dan tinggal di jalanan kurang lebih selama satu setengah tahun. Dahulu Ibu Rosidah memiliki keluarga yang utuh dan tinggal bersama suami dan ke tiga orang anak lainnya, namun keadaan perekonomian keluarganya memang kurang mampu dan sering mengalami kekurangan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berdasarkan keterangan yang diberikan Ibu Rosidah bahwa suaminya dulu hanya bekerja serabutan alias tidak memiliki pekerjaan yang tetap, hal tersebut membuat keadaan ekonomi keluarganya berada dalam kategori tidak mampu, dari pengakuan yang diberikan Ibu Rosidah hal tersebut ditambah parah lagi dengan kebiasaan buruk suaminya yang suka bermain judi togel, tidak jarang juga uang yang seharunya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga digunakan suaminya untuk bermain judi togel tersebut. Universitas Sumatera Utara 80 Hidup dalam keluarga yang memiliki keadaan ekonomi yang kurang mampu ditambah dengan kebiasaan buruk suami yang suka bermain judi, membuat rumah tangga Ibu Rosidah tidak harmonis, hal tersebut telihat dari sering terjadinya pertengkaran antara Ibu Rosidah dengan Suaminya, Ibu Rosidah mengatakan dari dahulu Ia sangat tidak menyukai kebiasaan buruk suaminya tersebut, namun suaminya tidak pernah mau mendengar perkataan Ibu Rosidah untuk behenti bermain judi, akhirnya hal tersebut memicu terjadinya pertengkaran demi pertengkaran antara Ibu Rosidah dengan suaminya. Hingga akhirnya Ibu Rosidah tidak tahan lagi melihat kelakuan suaminya tersebut dan bercerai pada tahun 2010, Sejak saat Itu Ibu Rosidah tinggal bersama seorang anaknya yang bernama diki dengan menumpang ditempat saudaranya di Kota Binjai, sedangkan tiga orang anaknya yang lain dibawa oleh suaminya ke Asahan yang merupakan kampung suaminya. Kehidupan jalanan Ibu Rosidah bersama anaknya yang bernama diki dimulai pada tahun 2013, awalnya Ibu Rosidah dan anaknya sempat hidup menumpang ditempat tinggal saudaranya sejak Ia berpisah dengan suaminya pada tahun 2010 hingga tahun 2013, namun keadaan hubungan Ibu Rosidah dengan saudara tempatnya menumpang memburuk dan akhirnya Ibu Rosidah memilih untuk keluar dan hidup di jalanan. Ibu Rosidah bertahan hidup dijalanan dengan tinggal berpindah – pindah dari jalan ke jalan, di bawah kolong jembatan serta dihalaman tempat beridah, untuk mencari pendapatan untuk membeli makanan, pada pagi hingga sore hari Ibu Rosidah bekerja dengan mengemis disekitaran jalan Jendral Sudirman tepatnya di depan supermarket Ramayana Binjai, Ia mengemis mengharap belas kasihan dari para pengunjung supermarket tersebut Universitas Sumatera Utara 81 dan kepada para orang – orang yang lewat disekitaran jalan tersebut, Ia mengemis bersama anaknya Diki dan beberapa pengemis lainnya ditempat tersebut, Diki juga harus ikut mengemis dan menjadi anak jalanan mengikuti Ibunya disebabkan Diki dan Ibunya saat ini sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi. Pendapatan sehari dari hasil mengemis Ibu Rosidah bersama anaknya disekitaran jalan Jendral sudirman dari pagi hingga sore hari adalah 15 sampai 20 ribu rupiah, dan ketika malam hari tiba Ibu Rosidah melanjutkan mengemis di pasar kaget Kota Binjai dengan berjalan disepanjang pasar kaget tersebut meminta belas kasihan kepada para pengunjung pasar kaget tersebut. Dalam satu malam mengemis disekitaran pasar kaget Kota Binjai, Ibu Rosidah bersama Diki mendapatkan biasanya 15 sampai 20 ribu rupiah, dan dari hasil mengemis satu harian tersebut uangnya digunakan untuk biaya makan mereka. Ibu Rosidah sebenarnya kasihan melihat Diki harus ikut tinggal dan hidup mengikuti dirinya di jalanan, akan tetapi dirinya tidak memiliki pilihan lain dan harus hidup seperti ini. Ketika ditanya mengapa tidak kembali tinggal bersama saudaranya yang lain, Ibu Rosidah mengatakan bahwa Ia tidak memiliki uang untuk pergi ke tempat saudaranya yang lain karena saudaranya yang alain bertempat tinggal jauh di pulau Jawa dan tidak tahu tempat tinggal mereka karena tidak pernah berhubungan lagi. Dari kerengan informan yang telah diuraikan oleh peneliti, peneliti memberikan analisis mengenai data yang telah diperoleh dari Informan tersebut bahwa faktor yang menjadikan anaknya menjadi anak jalanan karena anaknya tersebut harus mengikuti orang tuanya yang hidup di jalanan juga, sang anak tidak memiliki pilihan lain karena Ia tinggal bersama orang tuanya di jalanan dan tidak Universitas Sumatera Utara 82 memiliki tempat tinggal yang tetap lagi, faktor tersebut lebih didasari berasal dari permasalahan yang terjadi dalam keluarga anak tersebut. Maka faktor salah satu Informan utama yang bernama Diki menjadi anak jalanan masuk kedalam faktor ditingkat mikro yaitu merupakan faktor yang berasal dari diri anak itu sendiri atau berasal dari dalam keluarganya. Hal inilah yang terjadi pada keterangan yang didapati dari Informan keenam.

5.1.7 Informan Kunci VII

Informan ketujuh dalam penelitian ini merupakan seorang informan kunci yang bernama Ibu Mawarni Tobing, Ibu Mawarni merupakan orang tua dari Rensi yaitu salah satu informan yang menjadi informan utama dalam penelitian ini, Ibu Mawarni dipilih menjadi salah satu informan kunci dalam penelitian ini karena Ibu Mawarni merupakan orang tua dari salah satu informan utama dalam penelitian ini, maka Ibu Mawarni dianggap pantas dan mengetahui berbagai informasi – informasi pokok mengenai informan utama yang bertujuan untuk semakin melengkapi data dalam penelitian ini. Informan kuci sendiri merupakan orang – orang yang dianggap mengetahui berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Ibu Mawarni memiliki empat orang anak dan Rensi merupakan anak kedua dari Ibu Mawarni, Ibu Mawarni hanya seorang Ibu rumah tangga dan tidak bekerja sedangkan suaminya bekerja sebagai kuli bangunan di Kota Aceh, suami Ibu Mawarni pulang hanya dua kali dalam satu bulan sehingga Ibu Mawarni lebih banyak mengurus anak – anaknya seorang diri. Saat ini Ibu Mawarni bersama Universitas Sumatera Utara 83 keluarganya bertempat tinggal di Jalan Candra Kirana Kota Binjai, karena Ibu Mawarni lebih sering mengurus anak – anaknya seorang diri sehingga Ibu Mawarni tidak bisa mengontrol salah satu anaknya yang bernama Rensi yang menjadi informan utama dalam penelitian ini. Akibat dari kurangnya perhatian dari orang tuanya tersebut Rensi cenderung menjadi anak yang nakal dan liar, Rensi sering keluar Rumah dan memiliki teman – teman yang berasal dari jalanan. Ibu Mawarni mengatakan sejak Rensi memiliki teman – teman yang berasal dari jalanan tersebut membuat Rensi cenderung menjadi anak yang nakal dan suka melawan jika dilarang oleh orang tuanya, hal itu juga membuat Rensi menjadi malas ketika disuruh untuk bersekolah. Ibu Mawarni mengatakan Rensi sering ketauan membolos ketika disuruh untuk bersekolah, Ibu Mawarni juga mengatakan bahwa Ia pernah dipanggil oleh pihak sekolah karena Rensi dilaporkan sudah satu minggu tidak datang sekolah, sejak saat itu Ibu Mawarni mengetahui bahwa Rensi sering membolos sekolah dan pergi bermain bersama teman – temannya yang berasal dari jalanan tersebut, hal ini membuat Rensi memilih untuk putus sekolah karena Ia tidak mau lagi ketika disuruh untuk bersekolah. Keluarga Ibu Mawarni juga memiliki keadaan ekonomi yang kurang mampu akan tetapi Ibu Mawarni mengatakan bahwa Ia masih mampu untuk membiayai Rensi sekolah jika Rensi masih mau jika disuruh untuk bersekolah. Ibu Mawarni mengatakan bahwa walaupun keadaan ekonomi keluarganya kurang mampu tetapi sebenarnya Ia tidak menyukai anaknya tersebut hidup menjadi anak jalanan, Ibu Mawarni sebenarnya sering melarang Rensi untuk menjadi anak jalanan lagi, namun Rensi tidak bisa dilarang dan terus menjalani kehidupannya sebagai anak jalanan. Ibu Rensi mengatakan bahwa anaknya Universitas Sumatera Utara 84 tersebut sudah terlanjur memiliki teman – teman yang berasal dari anak jalanan, membuat Rensi terpengaruh dan mengikuti teman – temannya tersebut bermain dan beraktivitas di jalanan, yang akhirnya membuat Rensi tidak bisa lagi dilarang dan terus melakukan aktivitasnya di jalanan. Menurut keterangan yang diberikan oleh Ibu Mawarni bahwa hasil dari kegiatan Rensi di jalanan terkadang Rensi berikan juga kepada Ibunya untuk membantu ekonomi keluarganya dalam membiayai adik – adiknya. Walaupun Rensi memiliki aktivitas di jalanan akan tetapi Rensi tetap pulang kerumah sehabis Rensi selesai melakukan aktivitasnya di jalanan, Ibu Rensi mengatakan bahwa Rensi biasanya pulang kerumah ketika sore hari dan pergi lagi ketika malam hari dan pulang kembali pada waktu tengah malam kira – kira jam 1 hingga jam 2 pagi, Rensi beraktivitas pada pagi hingga sore hari menjadi tukang parkir di sekitaran jalan Jendral Sudirman Kota Binjai dan pada malam hari Rensi kembali melanjutkan aktivitasnya di jalan dengan mengamen bersama teman – teman sesama anak jalanan lainnya di sekitaran pasar kaget Kota Binjai. Berdasarkan keterangan informan kunci yang telah diuraikan oleh peneliti bahwa faktor utama yang mendasari anaknya turun ke jalanan menjadi anak jalanan bahwa hal tersebut disebabkan oleh pergaulan anaknya yang memiliki teman – teman yang berasal dari anak jalanan, hal tersebut membuat anaknya menjadi terpengaruh dan merasa nyaman mengikuti teman – temannya tersebut beraktivitas di jalanan. Berdasarkan data tersebut bahwa faktor yang mendasari informan utama yang bernama Rensi menjadi anak jalanan masuk kedalam faktor di tingkat messo yaitu faktor yang mendasari anak menjadi anak jalanan yang didasari dari keadaan lingkungan sosial dan pergaulan anak tersebut. Universitas Sumatera Utara 85

5.1.8 Informan Kunci VIII

Informan kedelapan dalam penelitian ini merupakan informan kunci dari Dinas Sosial Kota Binjai yang bernama Bapak Darwan Barus, Bapak Darwan Barus merupakan Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial di Dinas Sosial Kota Binjai, penunjukan beliau sebagai salah satu informan kunci dalam penelitian ini karena beliau merupakan Kepala di Bidang Rehabilitasi Sosial yang dianggap mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian ini. Jabatannya sebagai Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial di Dinas Sosial Kota Binjai membuatnya memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai permasalahan – permasalahan sosial yang ada di Kota Binjai termasuk mengenai permasalahan anak jalanan sehingga beliau dianggap pantas ditunjuk sebagai salah satu informan kunci didalam penelitian ini. Ketika ditanyai mengenai permasalahan anak jalanan di Kota Binjai Bapak Darwan Barus mengatakan bahwa sebenarnya permasalahan tersebut merupakan permasalahan sosial yang klasik dan cukup sulit untuk dituntaskan seperti halnya yang terjadi di kota – kota lainnya, karena seringkali dijumpai yang menjadi faktor yang menyebakan timbulnya anak jalanan tersebut bahwa mereka memilih turun ke jalan untuk menjadi anak jalanan berdasarkan kemauan mereka sendiri tanpa ada paksaan dari pihak lain, hal – hal tersebut dikarenakan mereka memiliki hubungan yang tidak baik dengan orang tuanya yang menyebabkan mereka tidak betah untuk berada dirumah, keadaan keluarga yang tidak harmonis dan brokenhome, serta faktor kesulitan ekonomi yang terjadi pada keluarga mereka yang akhirnya mengakibatkan mereka memilih untuk hidup menjadi anak jalanan. Universitas Sumatera Utara 86 Bapak Darwan mengatakan selain faktor yang berasal dari dalam keluarga terkadang juga ditemui beberapa kasus faktor lainnya anak menjadi anak jalanan seperti terbawa oleh pergaulan teman – temannya yang berasal dari anak jalanan, anak – anak yang putus sekolah, namun akan tetapi hal itu kembali lagi bahwa faktor permasalahan dari dalam keluarga tersebutlah yang akhirnya mengakibatkan terjadinya faktor - faktor lainnya tersebut, Bapak Darwan mengatakan namun sampai sejauh ini faktor ekonomi dan keadaan hubungan dengan keluarga yang tidak harmonis menjadi faktor yang paling sering ditemui pada kasus permasalahan anak menjadi anak jalanan di Kota Binjai. Ketika ditanyai mengenai apa saja program dan usaha yang dilakukan oleh pihak Dinas Sosial Kota Binjai untuk mengupayakan penyelesaian masalah anak jalan di Kota Binjai, Bapak Darwan mengatakan bahwa pihak Dinas Sosial bekerjasama dengan Satuan Polisi Pamong Praja melakukan razia rutin yang dilakukan setiap minggu yang dinamakan razia kasih sayang untuk mengurangi anak jalanan dan gepeng di Kota Binjai. Bapak Darwan mengatakan bahwa pihak Dinas Sosial Kota Binjai melakukan razia terebut sebagai bentuk kepedulian Dinas Kota Binjai terhadap anak jalanan tersebut, mereka ditangkap lalu diberi arahan agar mereka mencari kegiatan yang positif. Sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Kota Binjai kepada anak jalanan, Pemerintah Kota Binjai melalui Dinas Sosial Kota Binjai telah mebangun rumah singgah yang diperuntukkan kepada gepeng dan anak jalanan agar mereka tidak tidur di jalanan. Bapak Darwan mengatakan bahwa mereka diarahkan agar mereka bersedia tinggal dirumah singgah tersebut, agar mereka mau tidur disana, makan dan mandi juga disana. Soal biaya Bapak Darwan mengatakan disediakan oleh Universitas Sumatera Utara 87 Pemerintah Kota Binjai, hal tersebut sebagai bentuk upaya agar mereka tidak kembali ke jalanan. Selain itu Bapak Darwan juga menyebutkan telah mempersiapkan beberapa pelatihan untuk para anak jalanan agar mereka dapat mencari uang dengan cara yang positif. Para anak jalanan diberikan pelatihan kewirausahaan dan setelah selesai pelatihan para anak jalanan tersebut diberikan peralatan untuk berusaha susai dengan pelatihan yang telah mereka dapatkan. Menurut dari keterangan Bapak Darwan bahwa para anak jalanan tersebut tetap kembali ke jalan dan terus bertahan di jalan disebabkan hubungan keluarga yang tidak harmonis atau biasa disebut dengan keluarga brokenhome. Sebagian besar adalah yang tidak diperhatikan oleh keluarganya dan pernah mendapatkan kekerasan dari orang tuanya, sehingga ketika mereka disuruh untuk kembali kerumah bersama keluarganya, mereka bersikeras tetap tidak mau pulang karena tidak cocok dengan keluarganya. Oleh karena itu Bapak Darwan mengatakan bahwa pihak Dinas Sosial Kota Binjai juga telah bekerjasama dengan para rohaniawan dengan mengundang para rohaniawan tersebut untuk memberikan nasihat atau ceramah kepada para anak jalanan yang pergi karena memiliki hubungan keluarga yang tidak harmonis, setiap para anak jalanan tersebut ditangkap, selalu diberikan kesempatan kepada para rohaniawan tersebut untuk memberikan ceramah dan rujukan – rujukan agar mereka mau kembali kerumahnya dan berusaha menjalin lagi hubungan yang baik kepada keluarga mereka. Berdasarkan keterangan informan yang telah diuraikan oleh peneliti, peneliti menganalisis data yang sudah didapatkan dari keterangan informan kedelapan, bahwa faktor yang mendasari anak jalanan tersebut memilih kehidupan Universitas Sumatera Utara 88 menjadi anak jalanan adalah lebih banyak ditemui faktor yang didasari dari keadaan didalam keluarga yang tidak harmonis serta keadaan ekonomi keluarga yang lemah, sehingga para anak tersebut tersebut memilih untuk hidup menjadi anak jalanan, adapun faktor lainnya seperti terbawa oleh pergaulan dan anak – anak putus sekolah hanya sebagian kecil dan tidak menjadi faktor yang dominan anak mejadi anak jalanan di Kota Binjai. Berdasarkan keterangan tersebut maka dalam hal ini faktor dominan anak menjadi anak jalanan berdasarkan keterangan yang telah diberikan oleh Informan bahwa faktor tersebut masuk ke dalam tingkat mikro yaitu dimana bahwa anak memilih untuk turun ke jalanan lebih dilatar belakangi oleh keinginan anak itu sendiri yang disebabkan oleh kekerasan yang diterimanya dirumah, penelantaran, tidak dapat terpenuhinya kebutuhan utama anak oleh orang tuanya, sehingga jika hal tersebut sudah diluar batas toleransi anak, maka anak cenderung memilih keluar dari rumah dan hidup di jalanan, inilah yang terjadi pada keterangan informan kedelapan yang menjadi informan kunci didalam penelitian ini.

5.2 Analisis Data

Dalam tahap ini peneliti akan memberikan analisis data terhadap data – data yang telah dikumpulkan selama peneliti melakukan observasi dan wawancara di lapangan terhadap orang – orang yang menjadi informan dalam penelitian ini, seperti yang telah dilihat sebelumnya bahwa peneliti telah menguraikan data – data yang telah diperoleh dari masing – masing informan dan telah menganalisis data tersebut mengenai faktor apa yang sebenarnya menyebabkan anak menjadi Universitas Sumatera Utara 89 anak jalanan, selanjutnya pada analisis data ini seluruh informasi akan digabung serta di uraikan sehingga terjawablah pertanyaan dalam penelitian ini mengenai apa yang menjadi faktor dominan anak menjadi anak jalanan di Kota Binjai. Informan dalam penelitian ini berjumlah delapan orang yang terbagi menjadi lima orang informan utama yaitu para anak jalanan itu sendiri serta tiga orang informan kunci yaitu orang tua dari informan utama serta pihak Dinas Sosial Kota Binjai yang dianggap mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitiann ini. Data yang diperoleh dari informan utama yaitu para anak jalanan itu sendiri dimana para anak jalanan tersebut terbagi menjadi tiga kategori seperti apa yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu yang pertama children on the street yang merupakan anak –anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan tetapi masih memiliki hubungan dengan keluarganya dan tetap kembali kerumah baik itu rutin maupun secara berkala, kategori yang kedua children of the street yang merupakan anak – anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan sudah tidak memiliki hubungan lagi dengan keluarganya, yang terakhir adalah kategori Children from families of the street yang merupakan anak – anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya di jalanan juga. Dalam penelitian ini peneliti membagi faktor yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan ke dalam tiga tingkatan faktor yaitu faktor yang pertama adalah faktor tingkat mikro dimana dalam tingkat mikro ini yang menjadi faktor penyebab anak menjadi anak jalanan adalah berasal dari anak itu sendiri dan dari dalam keluarganya, yang kedua tingkat meso yaitu yang menjadi faktor anak Universitas Sumatera Utara 90 menjadi anak jalanan pada tingkat ini berasal dari lingkungan sosial anak tersebut, kemudian yang terakhir adalah tingkat makro dimana pada tingkat ini faktor yang menyebabakan anak menjadi anak jalanan berasal dari peluang pekerjaan, pendidikan, dan pemerintah. Dari data yang telah diperoleh dan telah diuraikan sebelumnya oleh peneliti, maka peneliti akan memberikan analisis data pada tingkat manakah yang sebenarnya menjadi faktor dominan penyebab anak menjadi anak jalanan di Kota Binjai. Data dari Informan utama yang pertama berasal dari Iqbal Maulana, Iqbal merupakan seorang anak jalanan yang tergolong kedalam children of the street yaitu anak – anak jalanan yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya hidup di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau telah memutuskan hubungan dengan orang tua atau keluarganya. Iqbal sudah memulai menjadi anak jalanan sejak usia 10 tahun hingga kini Ia berusia 17 tahun, saat ini iqbal melakukan aktifitasnya di jalan dengan mengamen pada waktu malam hari disektiran tanah lapang merdeka Kota Binjai dan siang harinya Iqbal bekerja sablon dengan para anak jalanan lainnya. Awalnya Ia turun ke jalanan hanya untuk sekedar bermain karena Ia merasa tidak betah tinggal di rumah akibat sering melihat kedua orang tuanya bertengkar dan tak jarang juga Ia mendapatkan perlakuan kasar juga dari orang tuanya, kemudian karena keadaan ekonomi keluarga yang sulit membuat Iqbal mulai mencari uang di jalanan hingga sekarang, sejak orang tuanya berpisah Iqbal memilih memutuskan hubungan dengan keluarganya dan sepenuhnya hidup dijalan. Dari data yang diperoleh melalui informan pertama bahwa Ia menjadi anak jalanan karena didasari dari keinginan dirinya sendiri dan dampak dari dalam Universitas Sumatera Utara 91 keluarganya yang tidak harmonis, maka faktor tersebut termasuk ke dalam tingkat mikro yaitu dimana penyebab seorang anak menjadi anak jalanan didasari dari dirinya sendiri dan dari dalam faktor keluarganya. Data dari Informan utama yang kedua berasal dari anak jalanan yang bernama Robi Irawan, Robi merupakan anak seorang anak jalanan yang tergolong kedalam children on the street yaitu dimana dalam kategori ini merupakan anak – anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarganya, baik itu pulang kerumah setiap hari atau tinggal di jalanan tetapi masih berusaha mempertahankan hubungan dengan keluarganya dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan tidak rutin. Keluarga Robi berada di Kota medan, Ia di Binjai sebagai pengamen pendatang mengikuti temannya, saat ini Robi melakukan aktifitasnya di jalanan dengan menjual asongan di sekitaran terminal Kota Binjai pada siang hari serta melanjutkan aktifitasnya pada malam hari dengan mengamen disekitaran tanah lapanng merdeka Kota Binjai. Robi masih memiliki hubungan dengan keluarganya, akan tetapi Ia tidak pulang dengan rutin melainkan pulang secara berkala sesuai dengan keinginannya sendiri. Berdasarkan data yang telah diuraikan peneliti sebelumnya bahwa faktor yang menyebabkan Robi memilih hidup menjadi anak jalanan karena keadaan keluarga yang tidak harmonis, Robi berasal dari keluarga yang brokenhome serta memiliki keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu, hal tersebutlah yang medasari Robi memilih untuk turun menjadi anak jalanan. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari informan kedua maka faktor yang mendasari Ia memilih untuk menjadi anak jalanan berada pada tingkat mikro yaitu dimana seorang anak Universitas Sumatera Utara 92 memilih untuk hidup menjadi anak jalanan karena didasari dari faktor – faktor yang berasal dari diri sendiri ataupun dari dalam keluarganya. Data dari informan utama ketiga berasal dari anak jalanan yang bernama Iwan Hardi, Iwan merupakan seorang anak jalanan yang tergolong kedalam children of the street yaitu anak – anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan sudah tidak memiliki hubungan atau memutuskan hubungan deegan orang tua atau keluarganya, Iwan sudah tidak memiliki lagi hubungan dengan orang tua dan keluarganya sejak 4 tahun yang lalu. Iwan menjadi anak jalanan pada tahun 2009 sejak usia 11 tahun hingga kini usia Iwan 17 tahun maka kurang lebih Iwan sudah hidup menjadi anak jalanan selama 6 tahun. Awal mula Iwan turun ke jalanan menjadi anak jalanan karena disuruh oleh orang tuanya mencari dana tambahan, keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu membuat orang tuanya menyuruh Iwan bekerja di jalanan mencari uang, awalnya Iwan bekerja dengan berdagang asongan setelah Ia pulang dari sekolah. Lama menjadi anak jalanan membuat Iwan merasa nyaman ketika Ia berada di jalanan karena tidak perlu melihat keadaan didalam rumahnya yang tidak harmonis, hingga pada tahun 2011 orang tua Iwan bercerai dan sejak itu Ia memilih memutuskan hubungan dengan orang tuanya. Berdasarkan data yang telah diuraikan peneliti sebelumnya bahwa faktor yang menyebabkan Iwan mulanya menjadi anak jalanan adalah karena disuruh oleh orang tuanya mencari uang sebab orang tuanya tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya, serta semakin lama Iwan manjadi anak jalanan Ia merasakan nyaman ketika berada di jalanan karena tidak ada yang memarahinya dan tidak perlu melihat keadaan didalam keluarganya yang kurang harmonis Universitas Sumatera Utara 93 sehingga pada saat orang tuanya bercerai Iwan memilih untuk memutuskan hubungan dengan keluarganya dan memilih untuk sepenuhnya hidup di jalanan. Maka dari data yang telah diperoleh dari informan ketiga bahwa faktor yang mendasari Ia menjadi anak jalanan adalah didasari dari faktor dalam keluarganya yang tidak harmonis dan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, maka faktor tersebut berada pada tingkat mikro yang berarti faktor yang mendasari anak menjadi anak jalanan berasal dari faktor diri sendiri dan faktor keluarga. Data dari informan utama ketempat berasal dari anak jalanan yang bernama Rensiansyah, Rensi merupakan seorang anak jalanan yang tergolong kedalam kategori children on the street yaitu anak – anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Saat ini Rensi berusia 15 tahun dan pada mulanya Rensi mulai menjadi anak jalanan pada tahun 2010saat itu usiaanya 11 tahun, awal mulanya Ia melakukan aktifitasnya dijalanan hanya sekedar untuk bermain bersama teman – temanya, memiliki teman – teman yang berasal dari jalanan membuat Rensi merasan nyaman ketiak berada di jalanan, sebenarnya orang tuanya melarangnya akan tetapi Rensi tetap bersikeras untuk tetap menjadi anak jalanan. Saat ini Rensi melakukan aktifitasnya di jalanan dengan mengamen sebagai pendapatan untuk kebutuhan hidupnya sekaligus bermain dengan teman – temannya. Berdasarkan keterangan informan yang telah diuraikan oleh peneliti sebelumnya, peneliti menganalisis data yang sudah didapatkan dari keterangan informan keempat, bahwa faktor yang mendasari Ia memilih kehidupan menjadi anak jalanan adalah berawal dari memiliki pergaulan dan teman – teman dari kalangan anak jalanan, hal tersebut membuatnya merasa suka dan nyaman ketika Universitas Sumatera Utara 94 berada dan hidup di jalanan, adapun faktor lain adalah faktor ekonomi keluarga yang sulit, namun faktor utama yang membuat perasaan Informan keempat untuk memilih menjadi anak jalanan adalah faktor lingkungan dan pertemanannya yang berasal dari kalangan anak jalanan, yang mengakibatkan Ia nyaman hidup dan beraktivitas di jalanan untuk menjadi anak jalanan. Dari uraian keterangan Informan dan analisis yang telah diberikan oleh peneliti, maka faktor penyebab Informan keempat menjadi anak jalanan masuk kedalam kategori messo, yaitu bahwa anak turun ke jalanan untuk menjadi anak jalanan dilatarbelakangi oleh masyarakat, lingkungan sosial dan pergaulan. Data dari informan utama kelima berasal dari anak jalanan yang bernama Diki Irawan, Diki merupakan seorang anak jalanan yang tergolong kedalam kategori children from families of the street yaitu anak – anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya di jalanan juga. Diki mulai menjadi anak jalanan pada pertenganan tahun 2013 saat itu usianya 8 tahun, hingga saat ini Diki berusi 10 tahun maka kurang lebih Diki sudah menjadi anak jalanan selama satu setengah tahun. Kehidupan menjadi anak jalanan terpakasa dijalaninya karena Ia harus mengikuti Ibunya yang tinggal di jalanan juga, sejak Orang tuanya bercerai pada tahun 2010 Diki tinggal bersama Ibunya dengan menumpang di rumah saudaranya, namun keadaan hubungan yang semakin lama semakin tidak cocok dengan saudaranya, membuat Ibu diki memilih keluar dari rumah dan hidup di jalan karena Ibunya tidak memiliki dan untuk mendapatkan tempat tinggal, hal tersebut membuat Diki terpaksa untuk hidup di jalanan juga mengikuti Ibunya. Universitas Sumatera Utara 95 Dari keterangan informan kelima yang telah diuraikan oleh peneliti, peneliti menganalisis data yang sudah didapatkan dari keterangan informan kelima, bahwa faktor yang menyebabkan Ia hidup menjadi anak jalanan adalah berasal dari faktor keadaan dalam keluarga yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan utamanya seperti memperoleh tempat tinggal yang tetap dan kebutuhan – kebutuhan utama lainnya yang mengakibatkan Ia terpaksa harus tinggal dan hidup menjadi anak jalanan. Pada hal ini faktor yang berasal dari keluarga tersebut masuk ke dalam tingkat mikro yaitu dimana bahwa anak menjadi anak jalanan lebih dilatar belakangi sebab – sebab yang berasal dari anak itu sendiri atau dari keluarganya yang akhirnya menyebabkan Ia menjadi anak jalanan. Hal inilah yang terjadi pada keterangan informan kelima. Informan yang selanjutnya untuk melengkapi data dalam penelitian ini adalah seorang informan kunci yang bernama Bapak Darwan Barus, beliau merupakan Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial di Dinas Sosial Kota Binjai, jabatannya sebagai Kepala Bidang Rehabilitasi membuat dirinya banyak mengetahui informasi – informasi pokok mengenai permasalahn dalam penelitian ini. Menurut pernyataannya bahwa keberadaan anak jalanan di Kota Binjai tidak terlepas dari keinginan anak itu sendiri yang memilih untuk hidup menjadi anak jalanan, hal tesebut didasari oleh faktor si anak tersebut tidak memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya, pernah mendapatkan tindak kekerasan dari orang tuanya serta memiliki keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu, membuat mereka memilih untuk hidup di Jalanan. Bapak Darwan Barus mengatakan bahwa Pihak Dinas Sosial Kota Binjai sebenarnya sudah melakukan usaha – usaha untuk menuntaskan permasalahan Universitas Sumatera Utara 96 anak jalanan tersebut, seperti melakukan razia kasih sayang, mengembalikan mereka kepada keluarganya, memberikan pelatihan – pelatihan keterampilan kepada anak jalanan, namun akan tetapi tetap membuat sebagian besar anak jalan tersebut memilih kembali anak jalanan kembali karena mereka tidak mau kembali kepada keluarganya lagi karena mereka sudah trauma ataupun sudah merasa tidak nyaman untuk kembali pada keluargnya kembali. Bapak Darwan juga mengatakan bahwa adapun beberapa faktor lain yang menyebabkan seorang anak menjadi anak jalanan seperti terbawa oleh pergaulan, putus sekolah, namu tetap saja keadaan internal dari dalam keluarga mereka yang bermasalah menjadi faktor utama yang mengakibatkan seorang anak menjadi anak jalanan di Kota Binjai. Berdasarkan data – data yang telah diperoleh dari semua informan, penulis memberikan analisis terhadap seluruh data tersebut bahwa terdapat berbagai faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi anak jalanan di Kota Binjai, faktor – faktor tersebut antara lain keadaan keluarga yang tidak harmonis dan sering mendapatkan kekerasan dari orang tuanya, latar belakang keluarga yang brokenhome, terbawa oleh pergaulan serta anak – anak putus sekolah. Akan tetapi dari berbagai faktor yang ada tersebut terdapat faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor yang lainnya yaitu berasal dari keadaan keluarga yang tidak harmonis, anak yang mendapatkan kekerasan dari orang tua serta ekonomi keluarga yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup anaklah yang menjadi faktor dominan menyebabkan seorang anak menjadi anak jalanan, hal tersebut dapat terlihat dari berbagai data yang telah didapatkan dari informan utama yaitu para anak jalanan itu sendiri serta diperkuat dengan informasi yang diberikan oleh informan kunci yang dalam hal ini dari Bapak Darwan Barus dari Universitas Sumatera Utara 97 pihak Dinas sosial Kota Binjai yang sekaligus menjabat sebagai kepala Bidang Rehabilitasi Sosial di Dinas Sosial Kota Binjai. Maka hasil dari penelitian ini memberikan jawaban bahwa faktor dominan yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan di Kota Binjai adalah faktor yang terjadi pada tingkat mikro yaitu faktor yang berasal dari anak itu sendiri dan permasalahan yang terjadi dari dalam keluarganya, faktor inilah yang menjadi faktor dominan anak menjadi anak jalanan di Kota Binjai. Universitas Sumatera Utara 98 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan