Satuan Lahan 3 Pengamatan HA. 7,

- Satuan Lahan 2 pengamatan HA.4, nilai kejenuhan basanya adalah 35,07 . Kejenuhan basa ini tergolong rendah. - Satuan Lahan 3 pengamatan HA.6, nilai kejenuhan basanya adalah 3,37. Kejenuhan basah ini tergolong sangat rendah. - Satuan Lahan 3 pengamatan HA.7, nilai kejenuhan basanya adalah 26,35 . Kejenuhan basa ini tergolong rendah. - Satuan Lahan 4 pengamatan HA.5, nilai kejenuhan basanya adalah 41,07. Kejenuhan basa ini tergolong sedang. - Satuan Lahan 5 pengamatan HA.1, nilai kejenuhan basanya adalah 12,45. Kejenuhan basa ini tergolong sangat rendah. - Satuan Lahan 6 pengamatan HA. 8, nilai kejenuhan basanya adalah 15,25. Kejenuhan basa ini tergolong sangat rendah; dan - Satuan Lahan 6 pengamatan 9, nilai kejenuhan basanya adalah 21,91. Kejenuhan basa ini tergolong rendah. c. Nilai pH Nilai pH tanah dapat memberikan keterangan tentang kebutuhan kapur, respon tanah terhadap pemupukan, proses kimia yang mungkin berlangsung dalam proses pembentukan tanah Hardjowigeno, 1993. Nilai pH tanah pada Tabel 16, menunjukkan bahwa : - Satuan Lahan 1 pengamatan HA.2, nilai pH tanahnya adalah 7,10. Reaksi tanah ini tergolong netral. - Satuan Lahan 2 pengamatan HA.3, nilai pH tanahnya adalah 6,10. Reaksi tanah ini tergolong sedikit masam. - Satuan Lahan 2 pengamatan HA.4, nilai pH tanahnya adalah dan 5,75. Reaksi tanah ini tergolong agak masam. - Satuan Lahan 3 pengamatan HA.6, nilai pH tanahnya adalah 4,80. Reaksi tanah ini tergolong masam sangat kuat . - Satuan lahan 3 pengamatan HA.7, nilai pH tanahnya adalah 5,60. Reaksi tanah ini tergolong agak masam. - Satuan Lahan 4 pengamatan 5, nilai pH tanahnya adalah 4, 5 Reaksi tanah ini tergolong masam sangat kuat. - Satuan Lahan 5 pengamatan 1, nilai pH tanahnya adalah 6,60. Reaksi tanah ini tergolong netral. - Satuan Lahan 6 pengamatan 8 dan pengamatan 9, nilai pH tanahnya adalah 5,40. Reaksi tanah ini tergolong masam kuat. d. C-organik, - Satuan Lahan 1 pengamatan 2, nilai C-organik adalah 1,08 menunjukkan nilai C-organik rendah. - Satuan Lahan 2 pengamatan 3, nilai C-organik adalah 0,35 menunjukkan nilai C-organik sangat rendah. - Satuan Lahan 2 pengamatan 4, nilai C-organik adalah 1,57 menunjukkan nilai C-organik rendah. - Satuan Lahan 3 pengamatan 6, nilai C-organik adalah 0,73 menunjukkan nilai C-organik sangat rendah. - Satuan Lahan 3 pengamatan 7, nilai C-organik adalah 1,17 menunjukkan nilai C-organik rendah. - Satuan Lahan 4 pengamatan 5, nilai C-organik adalah 1,66 menunjukkan nilai C-organik rendah. - Satuan Lahan 5 pengamatan 1, nilai C-organik adalah 1,04 menunjukkan nilai C-organik rendah. - Satuan Lahan 6 pengamatan 8, nilai C-organik adalah 0,98 menunjukkan nilai C-organik sangat rendah. - Satuan Lahan 6 pengamatan 8, nilai C-organik adalah 0,86 menunjukkan nilai C-organik sangat rendah.

5.2.7. Topografi, Penggunaan Lahan Utama, Jenis Teras dan Penyiapan Lahan

a. Topografi Topografi atau bentuk wilayah suatu area ditentukan oleh perbedaan ketinggian dan besarnya lereng yang dominan. Penilaian topografi didasarkan pada satuan topografibentuk wilayah yang ditentukan oleh perbedaan ketinggian dan lereng. Hasil pengamatan mengenai topografi, penggunaan lahan utama, jenis teras, penyiapan lahan pada tanah contoh disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Topografi, Penggunaan Lahan Utama, Jenis Teras dan Penyiapan Lahan Nomor Pengamatan Satuan Lahan Topografi Penggunaan Lahan Utama Jenis Teras Penyiapan Lahan HA. 1 5 5 Kebun campuran Teras tanaman dan petakan Tanpa batuan HA. 2 1 1 Lahan kering Teras tanaman Tanpa batuan HA. 3 2 2 Semak belukar Teras tanaman Tanpa batuan HA. 4 2 5 Semak belukar Teras tanaman dan petakan Tanpa batuan HA. 5 4 13 Kebun campuran Teras tanaman Tanpa batuan HA. 6 3 6 Kebun campuran Teras tanaman Tanpa batuan HA. 7 3 3 Semak belukar Teras tanaman Tanpa batuan HA. 8 6 10 Kebun campuran Teras tanaman Berbatu HA. 9 6 8 Kebun campuran Teras tanaman Berbatu Sumber: Hasil pengamatan Berdasarkan Tabel 17 tersebut di atas, topografi wilayah penelitian dapat di bagi pada 4 kategori yaitu datar HA.2, HA.3 dan HA.7, berombak HA.1, HA.4 dan HA.6, bergelombang HA.8 dan HA.9 dan berbukit HA.5. b. Penggunaan lahan utama. Pola penggunaan lahan utama secara umum dipengaruhi oleh keadaan tanah dan ketersediaan air. Informasi mengenai penggunaan lahan utama tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan penggunaan lahan pada saat dilakukan pengamatan. Berdasarkan pengamatan pada masing- masing Satuan Lahan di wilayah penelitian, penggunaan lahan utama dikelompokkan sebagai berikut : - Satuan Lahan 1 pengamatan HA.2, penggunaan lahan utama adalah lahan kering. - Satuan Lahan 2 pengamatan HA.3, penggunaan lahan utama adalah semak belukar. - Satuan Lahan 2 pengamatan HA.4 dan Satuan Lahan 3 HA.7, penggunaan lahan utama adalah semak belukar. - Satuan Lahan 4 pengamatan HA.5, Satuan Lahan 3 pengamatan HA.7, Satuan Lahan 5 HA.1 dan Satuan Lahan 6 HA.8 dan HA.9, penggunaan lahan utama adalah kebun campuran. e. Jenis teras. Berdasarkan Tabel 17 tersebut di atas, teras tanaman di wilayah penelitian dapat dibagi menjadi 2 kategori yakni Satuan Lahan dengan teras tanaman dan satuan dengan teras tanaman plus petakan.