berdagang sebanyak 1 orang atau 2,50. Secara rinci pengelompokan ini disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26. Mata Pencaharian Responden Petani Kelapa No.
Mata Pencaharian Jumlah
orang Persentase
1. Berkebun
7 17,50
2. Bersawah irigasi teknis + Berkebun
21 52,50
3. Bersawah tadah hujan + Berkebun
10 25,00
4. PNS + Berkebun
1 2,50
5. Berdagang + Berkebun
1 2,50
Jumlah 60
100,00
Sumber: Hasil Wawancara
d. Luas Kepemilikan Lahan Responden Responden dengan kepemilikan lahan seluas lahan 0 – 1 Ha adalah sebanyak
29 orang atau 72,50; disusul kepemilikan seluas 1 – 2 Ha sebanyak 7 orang atau 17,50 dan responden dengan kepemilikan 2Ha sebanyak 4 orang atau 10,00.
Secara rinci pengelompokan ini disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Luas Kepemilikan Lahan Responden Petani Kelapa
No. Luas Lahan
Ha Jumlah Persentase
1. 1 – 2
29 72,50
2. 2 – 3
7 17,50
3. 3
4 10,00
Jumlah 40
100,00
Sumber: Hasil Wawancara
5.5. Input dan Output Usaha Tani.
Jenis input yang mempengaruhi pengeluaran petani adalah pembelian bibit, pembelian pupuk, pembelian pestisida, pembelian pohon pelindung, biaya tenaga
kerja mulai dari proses pembukaan lahan hingga pada proses akhir produksi asumsi 20 tahun usia tanaman. Jumlah dan jenis input yang digunakan petani dalam proses
usahatani tanaman kakao dan kelapa disajikan di bawah ini :
5.5.1. Input dan Output Usahatani Kakao a. Input Usahatani kakao
1. Bibit Jumlah bibit yang digunakan petani rata-rata di wilayah penelitian adalah 1000
bibit per-hektar. Jarak tanam yang digunakan adalah 3m x 3 m, dengan harga bibit Rp.750pohon.
2. Pohon naungan Susanto 1998 mengungkapkan bahwa penaung kakao sangat diperlukan dalam
mengatur intensitas penyinaran matahari, suhu, kelembaban udara, menahan angin, menambah unsur hara dan bahan organik, menekan tumbuhan gulma, dan
memperbaiki struktur tanah. Intensitas sinar matahari untuk tanaman muda yang berumur 12 – 18 bulan sekitar 30 - 60. Untuk tanaman yang produktif,
intensitas penyinaran adalah 50 - 75. Di daerah penelitian jenis pohon naungan yang digunakan adalah Lamtoro
Leucaena glauca. jumlah pohon naungan per hektar rata-rata di wilayah penelitian adalah 250 pohon, dengan harga pohon naungan Rp. 200pohon
3. Penggunaan pupuk Susanto 1998 mengungkapkan bahwa dosis unsur hara untuk tanaman perlu
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain faktor tanaman dan lingkungannya. Dalam hal tanaman yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah umur dan
produksi tanaman. Sedangkan dalam hal faktor lingkungan perlu
dipertimbangkan ada tidaknya penaung, curah hujan, sifat fisika dan kimia tanah. Berdasarkan hasil wawancara dengan 60 responden petani kakao, penggunaan
pupuk dilakukan sejak masa persiapan, penanaman bibit hingga tanaman berproduksi.
Jenis-jenis pupuk yang digunakan petani di wilayah penelitian adalah pupuk anorganik yakni Pupuk N urea, Pupuk P SP-36, Pupuk K KCL, Pupuk ZA,
Pupuk Cair PC, dan pupuk organik yakni pupuk kandang. Rata-rata jumlah pupuk yang digunakan per tahun per hektar petani disajikan pada Tabel 28 :
Tabel 28. Rata-rata Penggunaan Pupuk pada Tanaman Kakao di Wilayah Penelitian selama 20 tahun Umur Tanaman.
Umur tanaman Pupuk N
Urea Pupuk P
SP-36 Pupuk K
KCl Pupuk ZA
Pupuk PC Pupuk Kandang Tahun
Kgha Kgha
Kgha Kgha
Literha Tonha
Rp. 1.200 Rp. 1.650
Rp. 2.000 Rp. 1.300 Rp. 100.000
Rp. 25.000
1. 34.2
12.2 7.9
0.6 0.5
0.1 2.
84.2 46.3
34.7 12.1
0.7 0.1
3. 84.2
46.3 34.7
12.1 0.7
0.1 4.
85.0 47.6
35.9 13.8
0.7 0.1
5. 116.3
67.5 51.3
13.3 1.3
0.2 6.
123.8 69.2
53.8 15.0
1.3 0.2
7. 123.8
69.2 53.8
21.7 1.2
0.2 8.
135.8 72.1
53.8 26.7
1.2 0.2
9. 136.7
72.1 59.6
26.7 1.2
0.2 10.
138.3 72.1
59.6 23.3
1.2 0.2
11. 150.0
72.1 62.1
25.8 1.2
0.3 12.
155.0 77.5
62.5 25.8
1.2 0.3
13. 155.8
77.9 62.5
29.2 1.3
0.3 14.
155.8 79.6
62.5 30.8
1.2 0.2
15. 156.7
79.6 62.5
30.8 1.2
0.2 16.
156.7 79.6
62.5 30.8
1.1 0.2
17. 155.8
79.6 62.5
30.8 1.2
0.3 18.
155.8 79.6
62.5 30.8
1.2 0.3
19. 155.8
79.6 62.5
27.5 1.2
0.3 20.
155.8 79.6
62.5 27.5
1.2 0.3
Rata-rata 130.8
68.0 53.5
22.8 1.1
0.2 Sumber: Hasil wawancara
Hasil wawancara terhadap petani dalam hal penggunaan pupuk di wilayah penelitian rata-rata per tahun dilihat dari jenisnya, adalah :
a. Penggunaan Pupuk N Urea, dengan harga Rp. 1.200kg -
Tahun ke 1 jumlah pupuk urea yang digunakan rata-rata sebanyak 34 kgha.
- Tahun ke 2 sampai dengan tahun ke 4 jumlah pupuk urea yang
digunakan rata-rata sebanyak 84 kgha. -
Tahun ke 5 sampai dengan tahun ke 7 jumlah pupuk urea yang digunakan rata-rata 120 kgha.
- Tahun ke 8 sampai dengan tahun ke 10 jumlah pupuk urea yang
digunakan rata-rata 137 kgha.
- Tahun ke 11 sampai dengan tahun ke 20 jumlah pupuk yang digunakan
rata-rata 120 kgha. b. Penggunaan Pupuk P SP-36, dengan harga Rp. 1.650kg
- Tahun ke 1 jumlah pupuk P SP-36 yang digunakan rata-rata sebanyak
12 kgha. -
Tahun ke 2 sampai dengan tahun ke 4 jumlah pupuk P SP-36 yang digunakan rata-rata sebanyak 46 kgha.
- Tahun ke 5 sampai dengan tahun ke 7 jumlah pupuk P SP-36 yang
digunakan rata-rata 69 kgha. -
Tahun ke 8 sampai dengan tahun ke 11 jumlah pupuk P SP-36 yang digunakan rata-rata 72 kgha.
- Tahun ke 12 sampai dengan tahun ke 20 jumlah pupuk P SP-36 yang
digunakan rata-rata 79 kgha. c. Penggunaan Pupuk K KCL, dengan harga Rp.2000kg.
- Tahun ke 1 jumlah pupuk K KCL yang digunakan rata-rata sebanyak 8
kgha. -
Tahun ke 2 sampai dengan tahun ke 4 jumlah pupuk K KCL yang digunakan rata-rata sebanyak 35 kgha.
- Tahun ke 5 sampai dengan tahun ke 10 jumlah pupuk K KCL yang
digunakan rata-rata 55 kgha. -
Tahun ke 11 sampai dengan tahun ke 20 jumlah pupuk K KCL yang digunakan rata-rata 63 kgha.
d. Penggunaan Pupuk ZA, dengan harga Rp.1.300kg -
Tahun ke 1 jumlah pupuk ZA yang digunakan adalah rata-rata sebanyak 1 kgha.
- Tahun ke 2 sampai dengan tahun ke 6 jumlah pupuk ZA yang digunakan
rata-rata sebanyak 13 kgha. -
Tahun ke 7 sampai dengan tahun ke 13 jumlah pupuk ZA yang digunakan rata-rata 25 kgha.