The spatial utilization evaluate base on land suitability and economic analysis of perennial crops with ales and gis approach

(1)

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG UNTUK

TANAMAN KAKAO DAN KELAPA BERDASARKAN

KESESUAIAN LAHAN DAN ANALISIS EKONOMI

STUDI KASUS

KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG,

PROPINSI SULAWESI SELATAN

HAIKAL ALI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

(3)

SURAT PERNYATAAN DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul “Evaluasi Pemanfaatan Ruang Untuk Tanaman Kakao dan Kelapa Berdasarkan Kesesuaian Lahan dan Analisis Ekonomi (Studi Kasus Kabupaten Sidenreng Rappang, Propinsi Sulawesi Selatan)” merupakan hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan bimbingan para komisi pembimbing kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah disajikan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, November 2011

Haikal Ali Nrp: 985073


(4)

(5)

ABSTRACT

HAIKAL ALI. The Spatial Utilization Evaluate Base on Land Suitability And Economic Analysis of Perennial Crops With ALES And GIS Approach. Whereas Supervised by Suratmo F. Gunarwan, Mudikdjo Kooswardono, Hardjowigeno Sarwono, Widiatmaka

The aim of this research: 1) Determine of land suitability class of perennial crops in the study area; 2) Determine of economic suitability class in the study area; and 3) Determine of feasibility level of farming system of perennial crops in the study area. The data analysis using Automated Land Evaluation System (ALES) to determine the physical land suitability class and economic analysis and Geographic Information System (GIS) using software of Arc View for the visualization of Spatial Utilization Map of perennial crops. The result of research show of the land unit (LU) 1 and 4 have land suitability class of S2rc (Moderately Suitable with limiting factor of rooting condition); The SL 2 have land suitability class of S3rc dominantly and S2rc (Marginally Suitable and Moderately Suitable with limiting factor of rooting condition); The SL 5 and 6 have land suitability class of S3rc (Marginally Suitable with limiting factor of rooting condition); The SL 3 have land suitability class of S3rc dominantly and Nrc (Marginally Suitable and Not Suitable with limiting factor of rooting condition). The result of land suitability analysis show the spatial utilization for cacao development is profitable (Rp. 8,000,000 to Rp. 25,000,000 per year) there are in SL 1, SL 2, and SL 4 about 40,825 Ha with land suitability class of S2 and SL 3, SL5, and SL 6 about 36,415 Ha with land suitability class of S3 (Rp. 1,000,000 to Rp. 8,000,000 per year). For coconut development that beneficial are in SL 1, SL 2, SL 3, and SL 4 about 64,151 Ha with land suitability class of S3 with benefit level of Rp. 1,000,000 to Rp. 8,000,000 per year) whereas of SL 5 and SL 6 about 13,085 Ha have land suitability class N1 is mean not benefit.

Keywords : Land Suitability, Automated Land Evaluation System (ALES), Geographic Information System (GIS)


(6)

(7)

RINGKASAN

HAIKAL ALI. Sistem Evaluasi Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Kesesuaian Lahan dan Analisis Ekonomi pada Tanaman Perenial dengan Pendekatan ALES dan GIS. Studi Kasus Di Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh Gunarwan F. Suratmo, Kooswardono Mudikdjo, Sarwono Hardjowigeno, Widiatmaka,

Penelitian ini bertujuan: 1) Menentukan klas kesesuaian Lahan tanaman perenial dalam wilayah penelitian; 2) menentukan klas kesesuaian lahan ekonomi tanaman perenial dalam wilayah penelitian; 3) Menentukan kelayakan usahatani tanaman perenial dalam wilayah penelitian. Analisis data menggunakan Sistem Otomatisasi Evaluasi Lahan (ALES) untuk menentukan klas lahan fisik dan analisis ekonomi serta sistem informasi geografi piranti lunak ArcView untuk visualisasi peta pemanfaatan ruang tanaman perennial.

Kelas kesesuaian lahan fisik tanaman kakao dan tanaman kelapa adalah sama karena memiliki karakteristik lahan yang hampir sama. Satuan lahan 1 dan 4 tergolong agak sesuai dengan faktor kendala kondisi perakaran; Satuan Lahan 2 dominan sesuai marginal dan agak sesuai dengan faktor kendala kondisi perakaran; Satuan lahan 5 dan 6 sesuai marginal dengan faktor kendala kondisi perakaran; Satuan lahan 3 dominan sesuai marginal dan tidak sesuai dengan faktor kendala kondisi perakaran.

Hasil penelitian menunjukkan Satuan Lahan (SL) 1 dan 4 termasuk kelas kesesuaian lahan S2rc (cukup sesuai dengan faktor kendala kondisi perakaran); SL.2 kelas kesesuaian lahan S3rc (dominan) dan S2rc (sesuai marginal dan cukup sesuai dengan faktor kendala kondisi perakaran); SL.5 dan SL.6, kelas kesesuaian lahan S3rc (sesuai marginal dengan faktor kendala kondisi perakaran); SL.3, kelas kesesuaian lahan S3rc dan Nrc (dominan sesuai marginal dan tidak sesuai dengan faktor kendala kondisi perakaran).

Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukkan pemanfaatan ruang untuk pengembangan tanaman kakao yang menguntungkan (Rp.8.000.000 s/d Rp.25.000.000/tahun) adalah pada SL.1, SL.2 dan SL.4 seluas 40.825 Ha dengan klasifikasi kesesuaian lahan S2 dan SL.3, SL.5 dan SL.6 seluas 36.415 Ha dengan klas kesesuaian lahan S3 (Rp.1.000.000 s/d Rp.8.000.000/tahun). Untuk


(8)

pengembangan tanaman kelapa yang menguntungkan adalah pada SL.1, SL.2, SL.3 dan SL.4 seluas 64.151Ha dengan klas kesesuaian lahan S3 dengan keuntungan (Rp.1.000.000 s/d Rp.8.000.000/tahun), sedangkan SL.5 dan SL.6 seluas 13.085 Ha memiliki klas kesesuaian lahan N1 tidak menguntungkan.

Nilai pendapatan bersih usahatani tanaman kakao akhir usaha per-hektar menguntungkan pada semua satuan lahan yakni satuan lahan 1 dan 4 senilai Rp.58.220.670; Satuan lahan 2 sebesar Rp.36.946.160; Satuan lahan 5 dan 6 sebesar Rp.22.763.150; Satuan lahan 3 sebesar Rp.13.657.900. Sedangkan nilai pendapatan bersih usahatani tanaman kelapa per-akhir usaha pe-rhektar menguntungkan pada 3 satuan lahan yakni satuan lahan 1 dan 4 adalah Rp.1.781.300 serta Satuan lahan 3 adalah Rp.1.068.800. Sedangkan 3 satuan lahan lainnya tidak menguntungkan yakni satuan lahan 2 mengalami kerugian sebesar Rp.346.000 dan satuan lahan 5 dan 6 mengalami kerugian sebesar Rp.1.764.200.

Nilai pendapatan kotor per-tahun per-hektar usahatani tanaman kakao menguntungkan pada semua satuan lahan, yakni satuan lahan 1 dan 4 sebesar Rp.18.633.100/Ha/tahun; Satuan lahan 2 sebesar Rp.12.489.100/Ha/tahun; Satuan lahan 5 dan 6 sebesar Rp.8.393.200/Ha/tahun; Satuan lahan 3 sebesar Rp. 5.035.900. Nilai pendapatan kotor per-tahun usahatani tanaman kelapa menguntungkan pada semua satuan lahan, yakni satuan lahan 1 dan 4 sebesar Rp.1.998.500; Satuan lahan 3 sebesar Rp. 1.199.100; Satuan lahan 2 sebesar Rp.1.156.950; Satuan lahan 5 dan 6 sebesar Rp.595.950,-.

Evaluasi pemanfaatan ruang berdasarkan kesesuaian lahan dan ekonomi terhadap semua komoditi di daerah Kabupaten perlu dilakukan, agar masyarakat, investor dan pemerintah dapat memperoleh informasi komoditas yang sesuai dengan nilai ekonomi yang optimal pada suatu lahan, serta terhindar dari dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika lahan dimanfaatkan untuk tanaman kakao sesuai dengan satuan lahan yang diteliti, maka kontribusi komoditas kakao dapat mencapai nilai Rp.383.427.500.000/tahun. Kontribusi komoditas kakao akan mengalami peningkatan dibanding dari kontribusi tanaman kakao tahun 2001 senilai Rp.80.190.000.000. Sedangkan jika dimanfaatkan untuk


(9)

pengembangan tanaman kelapa kontribusi pada PDRB meningkat sebesar Rp.70.697.500.000/tahun atau terdapat selisih sebesar Rp.66.964.750.000/tahun dari kontribusi PDRB tahun 2001 sebesar Rp.3.732.750.000,-. Dengan kondisi seperti itu, disarankan dimanfaatkan untuk pengembangan komoditas kakao atau kelapa.

Kata Kunci : Kesesuaian Lahan, Automated Land Evaluation System (ALES), Sistem Informasi Geografis (SIG)


(10)

(11)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya;

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(12)

(13)

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG UNTUK

TANAMAN KAKAO DAN KELAPA BERDASARKAN

KESESUAIAN LAHAN DAN ANALISIS EKONOMI

STUDI KASUS

KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG,

PROPINSI SULAWESI SELATAN

HAIKAL ALI NRP. 985073

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(14)

Penguji pada Ujian Tertutup : 1. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Dr. Ir. Sudrajat, MS


(15)

(16)

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala petunjuk rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul “Evaluasi Pemanfaatan Ruang untuk Tanaman Kakao dan Kelapa Berdasarkan Kesesuaian Lahan dan Analisis Ekonomi (Studi Kasus Kabupaten Sidenreng Rappang, Propinsi Sulawesi Selatan)”. Disertasi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar doktor pada program studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PS-PSL), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Disertasi ini, meskipun diterbitkan pada Tahun 2011 namun konteks penelitiannya adalah antara Tahun 2002-2003. Ujian terbukanya sendiri telah dilakukan pada Tahun 2004. Dengan demikian konteks situasionalnya (harga dan lain-lain) perlu diletakkan pada konteks 2002-2004.

Ibarat membangun sebuah monumen kesempurnaan dapat diwujudkan dari hasil polesan disetiap sisi yang mendapat berbagai komentar dan kritikan. Penulis menyadari sepenuhnya disertasi ini masih sangat jauh dari sempurna. Namun demikian, harapan penulis semoga disertasi ini dapat memberikan manfaat bagi penataan ruang khususnya evaluasi pemanfaatan ruang bagi tanaman kakao dan tanaman kelapa baik secara fisik maupun secara ekonomi.

Bogor, November 2011


(18)

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan disertasi ini dapat dirampungkan sebagai satu syarat untuk mendapatkan gelar Doktor pada Pendidikan Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada yang terhormat Almarhum Prof. Dr. Ir. Gunarwan F. Suratmo, MF selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Almarhum Prof Dr. Ir. Sarwono Hardjowigeno dan Prof. Dr. Ir. Koeswardono Mudikdjo selaku Anggota Komisi Pembimbing atas dorongan belajar serta bimbingan yang tulus dan tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis dan menjadi pengalaman yang sangat berharga serta tiada terlupakan.

Ucapan terima kasih secara khusus saya sampaikan kepada Bapak Dr. Ir Widiatmaka, DAA selaku Anggota Komisi Pembimbing lainnya atas bimbingannya dan menjadi motivator bagi penulis untuk menyelesaikan disertasi yang sungguh terasa berat bagi penulis sejalan makin bertambahnya waktu, menumpuknya pekerjaan dan semakin tingginya biaya bagi anak-anak yang sudah dewasa, sekali lagi terima kasih. Demikian halnya kepada kepada Abdul Halim, SP atas bantuanya dalam proses penyelesaian akhir disertasi tersebut. Semoga batuan bapak mendapatkan rahmat dan pahala dari Rabbul Alamin.

Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada mantan Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo dan Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS atas dorongan yang tiada hentinya kepada penulis untuk menyelesaikan disertasi ini. Ucapan terima kasih pula saya sampaikan kepada mantan Dekan Pendidikan Pascasarjana Ibu Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MS dan Dekan Pascasarjana saat ini Bapak Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Agr.SC beserta segenap karyawan dalam lingkup Pendidikan Sekolah Pascasarjana IPB.

Terkhusus kepada Bapak Drs. H. Andi Salipolo Palalloi, yang saat itu menjabat sebagai Bupati Kepala Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang yang


(20)

memberikan kesempatan melanjutkan studi sejak Pendidikan S2 di Universitas Gajah Mada Yogyakarta hingga S3 di Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Bapak Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan dan seluruh staf atas izin yang diberikan selama mengikuti pendidikan, Bapak Marwan Hendrisman dan teman-teman Dari BPPT Wilayah Sulawesi Selatan yang banyak membantu penulis di lapangan dan pengolahan data, teman-teman kuliah senasib dan sepenanggungan khususnya Bapak Dr. Ir. Hasrul Harahap, MM, Dr. Ir. H. Isman Kadar, MM, Dr. Muhammad Siri Dangnga, MS, dan teman lainnya yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.

Ucapan terima kasih secara khusus kepada saudara Ir. Idris Summase, Msi dan keluarga yang telah banyak memberikan dorongan moril dan bantuan materil serta segala pengertian yang tulus dan dapat menjadi sahabat dalam suka dan duka terutama di saat-saat akhir menjelang penyelesaian studi.

Ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada Ayahanda Drs. H. M. Ali Wahab dan Ibunda tercinta H. Zuhriah Abeng atas segala jasa dan baktinya dalam merawat, mendidik, membesarkan dan senantiasa mendoakan penulis agar kelak anak-anaknya dapat menjadi kebanggaaan orang tua. Terima kasih pada saudara penulis yang sangat saya cintai atas dukungan moril dan materil serta dorongan yang tiada hentinya kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

Terima kasih yang tulus kepada Ayah dan ibu mertua yakni Bapak Drs. H. Andi Achmad dan Ibu H. Sitti Kudesiah atas segala perhatian, dorongan moril, bantuan yang diberikan dan doa yang tiada hentinya selama kami menempuh pendidikan.

Akhirnya kepada Isteri tercinta Andi Aslamiah Achmad, SE, M.Si yang menjadi teman, sahabat, serta menjadi isteri yang setia dalam suka dan duka mendampingi penulis sejak tahun 1987, penulis sungguh bangga padanya dan Anak-anak tercinta yakni Andi Muhammad Achlak, Andi Reza Rafzanjani, Andi Hafizh Aksan, dan Andi Mirsha Masiya atas segala pengorbanan, dorongan moril, doa, kasih sayang yang tak terhingga dan terutama kesabaran dalam penderitaan dan masa-masa sulit yang dialami selama masa pendidikan.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima


(21)

tegur sapa dari semua pihak. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, perencanaan pembangunan dan bernilai ibadah disisi Allah SWT.

Sungguh bantuan dari semua pihak tidak mampu dibalas dengan apapun juga, semoga seluruh amal perbuatan tersebut di atas mendapatkan ridha dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.

Bogor, November 2011


(22)

(23)

RIWAYAT HIDUP

Lahir di Pangkajene (Sidenreng Rappang) 30 Maret 1966 dari Ibunda H. Zuhriah Abeng dan ayahanda Drs. H. Muhammad Ali Wahab, merupakan putra kedua dari delapan bersaudara. Pendidikan Sarjana di tempuh di Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Halu Oleo Kendari tahun 1985, lulus tahun 1990. Tahun 1994 mengikuti Program Magister Perencanaan Kota dan Daerah, di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, tamat tahun 1996. Melanjutkan ke Program Doktor tahun 1998 pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, di Institut Pertanian Bogor tahun 1998. Beasiswa Pendidikan Pasca Sarjana diperoleh dari Pemda Kabupaten Sidenreng Rappang melalui APBD Kabupaten Sidenreng Rappang sejak pendidikan S2 hingga pendidikan S3.

Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang sejak tahun 1992 dan ditempatkan sebagai Kepala Seksi Pengembangan Dunia Usaha, Bidang Ekonomi, Kantor Bappeda Kabupaten Sidenreng Rappang. Tahun 1993 sampai tahun 1994 dipercaya menduduki Jabatan Kepala Seksi Produksi Daerah I Bagian Perekonomian Unit Setwilda Kabupaten Sidenreng Rappang dan tahun 1996 sampai tahun 1998 menempati jabatan Kepala Seksi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Dinas Tata Kota Kabupaten Sidenreng Rappang.

Selama mengikuti Program S3, menjadi pengurus Himpunan Forum Mahasiswa Pasca Sarjana IPB asal Sulawesi Selatan, mengikuti berbagai seminar yang berkaitan dengan lingkungan dan perencanaan tata ruang, menjadi staf pengajar di beberapa perguruan tinggi swasta di Jakarta seperti STIAMI dan STMII, dipercaya mengelola Pendidikan Taruna Andigha Bogor oleh Bapak Letnan Jenderal H. Andi Muhammad Ghalib, SH (selaku Ketua Yayasan Ibnu Hadjar) sejak tahun 2001 hingga tahun 2002.

Tahun 1987 menikah dengan Andi Aslamiah Achmad, hingga saat ini dikaruniahi anak 4 orang (3 putera Andi Muhammd Achlak, Andi Reza Rafzanjani, Andi Hafizh Aksan dan 1 puteri Andi Hamirsya Masiya).


(24)

(25)

i DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... iii DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 3 1.3. Kerangka Pemikiran ... 3 1.4. Tujuan Penelitian ... 5 1.5. Manfaat Penelitian ... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7 2.1. Pemanfaatan Ruang Wilayah ... 7 2.2. Konsep Kelas Kesesuaian Lahan ... 9 2.3. Kesesuaian Lahan Ekonomi dan Analisis Usahatani ... 14 2.4. Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 16 2.5. Sistem Otomatisasi Evaluasi Lahan (ALES) ... 19 2.6. Sistem Informasi Geografi ... 22 III. METODE PENELTIAN ... 25 3.1. Waktu dan Tempat Peneltian ... 25 3.2. Bahan dan Alat ... 26 3.3. Data yang dikumpulkan ... 28 3.4. Metode Pengumpulan Data ... 29 3.5. Analisis Data... 33 IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 39 4.1. Kondisi Fisik Wilayah dan Topografi Wilayah ... 39 4.2. Iklim... 39 4.3. Jenis Tanah ... 40 4.4. Penggunaan Lahan ... 41 4.5. Kondisi Sosial Ekonomi Wilayah... 42 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45 5.1. Uraian Satuan Lahan ... 45 5.2. Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan ... 61 5.3. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Fisik Tanaman Kakao dan

Tanaman Kelapa ... 69 5.4. Karaketeristik Responden Tanaman Kakao dan Tanaman Kelapa . 74 5.5. Input dan Output Usahatani ... 77 5.6. Penilaian Ekonomi dengan ALES ... 85 5.7. Klasifikasi Kesesuaian Lahan secara Ekonomi ... 90


(26)

5.8. Evaluasi Pemanfaatan Ruang Tanaman Kakao dan Tanaman Kelapa dengan ALES ... 95 5.9. Pengaruh Pemanfaatan Ruang pada Lingkungan ... 95 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 103 6.1. Kesimpulan ... 103 6.2. Saran... 104 DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN ... 111


(27)

iii DAFTAR TABEL

Halaman 1. Kualitas dan Karakteristik Lahan ... 5 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kakao (Theobroma cacao)

(Djaenudin, 2000) ... 11 3. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kelapa (Cocos nicifera) (Djaenudin,

2000) ... 13 4. Kecamatan, Jumlah Desa dan Nama Responden yang Diteliti ... 33 5. Kondisi Topografi Kabupaten Sidenreng Rappang, 2001 ... 39 6. Klasifikasi Tanah di Kabupaten Sidenreng Rappang ... 40 7. Satuan Peta Tanah yang menjadi Obyek Penelitian... 41 8. Penggunaan Lahan dalam Wilayah penelitian Tahun 2001 ... 41 9. Penggunaan Lahan Tanaman Perenial di Kabupaten Sidenreng Rappang

Tahun 2001 ... 42 10. Jumlah Desa, Luas Wilayah, Jumlah Kepala Keluarga, Jumlah

Penduduk 2001 ... 43 11. Sebaran Penduduk Kabupaten Sidenreng Rappang berdasarkan

Lapangan Kerja Utama, 2001 ... 43 12. Satuan lahan yang menjadi Obyek Penelitian ... 45 13. Suhu rata-rata dan Elevasi... 61 14. Kelas Drainase ... 62 15. Kedalaman efektif tanah, Tekstur dan Modifier ... 63 16. Nilai KTK, Kejenuhan Basa dan pH Contoh Tanah ... 64 17. Topografi, Penggunaan Lahan Utama, Jenis teras, Penyiapan Lahan ... 68 18. Kelas Kesesuaian Lahan Fisik pada Tanaman Kakao ... 70 19. Kelas Kesesuaian Lahan secara Fisik Tanaman Kelapa ... 72 20. Umur Responden Petani Kakao ... 74 21. Pendidikan Responden Petani Kakao ... 75 22. Mata Pencaharian Responden Petani Kakao ... 75 23. Luas Kepemilikan Lahan Responden Petani Kakao ... 75 24. Umur Responden Petani Kelapa ... 76 25. Pendidikan Responden Petani Kelapa... 76 26. Mata Pencaharian Responden Petani Kelapa ... 77 27. Luas Kepemilikan Lahan Responden Petani Kelapa ... 77


(28)

28. Rata-rata Penggunaan Pupuk pada Tanaman Kakao dalam wilayah Penelitian selama 20 tahun Usia Tanaman ... 79 29. Penggunaan Pestisida dan Hari Orang Kerja Petani Kakao di Wilayah

Penelitian ... 81 30. NPV Usahatani Tanaman perennial di masing-masing Satuan Lahan

(Discount rate 15%) ... 85 31. Nilai Bersih Akhir Usaha Tertinggi Tanaman Kakao (Discount rate : 15

%) ... 86 32. Nilai Bersih Akhir Usaha Tertinggi Tanaman Kelapa (Discount rate :

15 %) ... 86 33. PV-in Usahatani Kakao dan Kelapa di masing-masing Satuan Lahan

(Discount rate 15%) ... 87 34. PV-out Usahatani Kakao dan Kelapa di masing-masing Satuan Lahan .... 87 35. GM Usahatani Kakao dan Kelapa di masing-masing Satuan

Lahan/Hektar/Tahun (Discount rate 15%) ... 87 36. Nilai Pendapatan Kotor Tertinggi/Hektar/Tahun pada Tanaman Kakao .. 87 37. Nilai Pendapatan Kotor Tertinggi/Hektar/Tahun pada Tanaman Kelapa . 88 38. GM Return Usahatani Kakao dan Kelapa di masing-masing Satuan

Lahan (Discount rate 15%) ... 88 39. GM Cost Usahatani Kakao dan Kelapa di masing-masing Satuan Lahan

(Discount rate 15%) ... 88 40. BCR Usahatani Kakao dan Kelapa masing-masing Satuan Lahan ... 89 41. IRR Usahatani Kakao dan Kelapa masing-masing Satuan Lahan ... 89 42. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Ekonomi Tanaman Kakao dengan ALES . 91 43. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Ekonomi Tanaman Kelapa dengan ALES 93 44. Pemanfaatan Ruang Tanaman Kakao dan Tanaman Kelapa ... 95 45. Erosivitas Hujan Bulanan ... 98 46. Erodibilitas Tanah ... 98 47. Panjang dan kemiringan Lereng ... 99 48. Faktor Indeks Tanaman dan Jenis Tanaman ... 99 49. Teknik Konservasi Tanah ... 100 50 Jumlah Erosi, Kehilangan Tanah dan Tingkat Bahaya Erosi ... 100 51 Kebutuhan Tenaga Kerja pada Tanaman Kelapa pada Lahan Yang

direncakan... 101 52. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja LahanTanaman Kakao ... 102


(29)

v DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Alur Pemikiran Evaluasi Pemanfaatan Ruang Tanaman Kakao dan

Tanaman Kelapa ... 4 2. Alur Kerja Evaluasi Pemanfaatan Ruang Tanaman Kakao dan Tanaman

Kelapa berdasarkan Kesesuaian Lahan dan Analisis Ekonomi ... 4 3. Skema kegiatan-kegiatan dalam evaluasi lahan (FAO, 1976) dalam

Hardjowigeno (1999) ... 18 4. Outline of the evaluation processs ... 20 5 Peta Lokasi Wilayah Penelitian ... 26 6. Peta Satuan Lahan Kabupaten Sidenreng Rappang (Sumber : Peta Zona

Agroekologi Indonesia (Puslitbangtanak, 2002)) ... 27 7. Peta Sebaran Satuan Lahan ... 31 8. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan profil pewakil ... 32 9 Peta Klasifikasi Kesesuaian Lahan Fisik Tanaman Kakao ... 71 10. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa ... 73 11. Peta Klasifikasi Kesesuaian Lahan Ekonomi Tanaman Kakao ... 92 12 Peta Klasifikasi Kesesuaian Lahan Ekonomi Tanaman Kelapa ... 94 13. Peta Hasil Evaluasi Pemanfaatan Ruang Tanaman Kakao dan Kelapa


(30)

(31)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Contoh Daftar Kuesioner ... 113 2. Contoh Formulir Isian Pengambilan sampel Tanah ... 116 3. Rerata Curah dan Hari Hujan Wilayah Penelitian ... 117 4. Deskripsi Profil Pewakil di Wilayah Penelitian ... 119 5. Hasil Analisis Kimia Tanah ... 128 6. Data Karakteristik Lahan ... 131 7. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Fisik Tanaman Kakao ... 132 8. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Fisik Tanaman Kelapa ... 133 9. Data Input dan Output Usahatani Kakao ... 134 10. Data Input dan Output Usahatani Kelapa ... 135 11. Penilaian Ukuran Butir (M) untuk digunakan dalam Rumus Hammer .... 136 12. Kelas Kandungan C-organik ... 136 13. Penilaian Struktur Tanah ... 136 14. Penilaian Permeabilitas Tanah ... 136 15. Nilai Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) ... 137 16. Nilai faktor Tanaman (C) dengan Pertanaman Tunggal ... 137 17. Nilai Faktor Teknik Konservasi Tanah (P) ... 138 18. Tingkat Bahaya Erosi berdasar Tebal Solum Tanah dan besarnya


(32)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan tanaman tahunan khususnya kakao dan kelapa dalam di Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan terhadap kedua komoditas tersebut baik dari dalam wilayah maupun dari luar wilayah termasuk ekspor. Sesuai data Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan (2002) disebutkan bahwa jumlah ekspor kakao tahun 1999 adalah 233.167,66 ton dengan nilai ekspor 209.856.743,25 US dolar dengan harga satuan ekspor 6.017,01 US dolar/ton, tahun 2000 jumlah ekspor kakao 236.407,48 ton dengan nilai 47.049.623,04 US dolar dengan harga satuan 3.665,55 US dolar/ton dan tahun 2001 nilai ekspor komoditi kakao adalah 182.802,135 Ton dengan nilai 177.072.498,95 US dolar dengan harga satuan 5.984,85 US dolar/ton. Peningkatan nilai ekspor tersebut turut memacu petani di wilayah ini untuk menekuni dan mengembangkan kedua komoditi tersebut.

Peningkatan pengembangan tanaman kakao dan tanaman kelapa dapat dilihat dari meningkatnya luas pemanfaatan lahan dan jumlah produksi. Sesuai data dari Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan (2003) disebutkan bahwa di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 1999 luas pemanfaatan lahan tanaman kakao adalah 228.312 Ha, diantaranya 145.836 Ha merupakan tanaman yang menghasilkan. Pada tahun 2001, luas pemanfaatan lahan tanaman kakao adalah 247.623 Ha, diantaranya 169.079 Ha merupakan tanaman yang menghasilkan. Sedangkan pemanfaatan lahan tanaman kelapa tahun 1999 adalah 152.271 Ha, diantaranya 119.294 Ha merupakan tanaman yang menghasilkan, tahun 2001 adalah 161.152 Ha diantaranya 128.080 Ha merupakan tanaman yang menghasilkan.

Demikian pula di Kabupaten Sidenreng Rappang, terdapat peningkatan luas pemanfaatan lahan dan produksi tanaman kakao dan tanaman kelapa. Untuk tanaman kakao, luas pemanfaatan lahan tahun 1999 adalah 7.718 Ha, dengan 4.536 Ha tanaman yang menghasilkan dengan jumlah produksi sebesar 6.921 ton, tahun 2000 luas pemanfaatan lahannya adalah 6.752 Ha dengan tanaman yang


(33)

2

menghasilkan seluas 4.760 Ha dan jumlah produksi sebesar 5.369 ton. Sedangkan untuk tanaman kelapa, luas pemanfaatan lahan tahun 1999 adalah 4.447 Ha dengan 4.091 Ha tanaman yang menghasilkan dengan jumlah produksi sebesar 4.099 ton, tahun 2000 luas pemanfaatan lahannya adalah 4.435 Ha dengan luas tanaman yang menghasilkan adalah 4.119 Ha dan jumlah produksi sebesar 4.120 ton.

Produktivitas lahan untuk tanaman kakao di wilayah penelitian masih sangat rendah yakni 1.132 Kg/Ha/Tahun. Sebagai pembanding, produktivitas tanaman kakao di Kabupaten Luwu Utara mencapai 1.727 Kg/Ha. Demikian halnya, produktivitas tanaman kelapa dalam di wilayah penelitian hanya 1000 Kg/Ha/Tahun sedangkan di Kabupaten Bulukumba sebagai pembanding mencapai 1.462 Kg/Ha/Tahun.

Rendahnya produktivitas tanaman kakao dan tanaman kelapa di wilayah penelitian diperkirakan karena lahannya kurang sesuai secara fisik. Padahal, sebagai tanaman dominan, kontribusi kedua komoditas tersebut pada Product Domestic Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sidenreng Rappang lebih tinggi diantara tanaman tahunan lainnya sehingga menjadi menarik untuk diteliti. Masalah lainnya adalah kecenderungan masyarakat mengembangkan tanaman kelapa karena minyak kelapa secara turun temurun diminati, baik untuk produksi dengan menggunakan alat berteknologi maju maupun produksi secara tradisional, meskipun produktivitas minyak dari kelapa sawit dan kelapa hibrida cukup tinggi dan menguasai pasar.

Peluang pengembangan kedua tanaman tersebut di wilayah penelitian masih sangat terbuka mengingat terdapat 160.000 Ha lahan yang belum termanfaatkan secara maksimal (lahan tidur). Jika lahan yang belum termanfaatkan tersebut diketahui potensinya, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penyeediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat maupun peningkatan pendapatan asli daerah.

Kecenderungan masyarakat menanam kakao dan kelapa tanpa dibarengi pengetahun akan potensi lahan, menyebabkan produksi tidak maksimal. Demikian pula halnya, kurangnya pemahaman petani terhadap hasil analisis usaha tani


(34)

3

menyebabkan masyarakat tidak mengetahui dan tidak memiliki data perkiraan produksi dan pendapatan yang dapat diterima pada setiap satuan lahan, baik untuk pengembangan tanaman kakao maupun tanaman kelapa. Sementara itu, pemahaman petani juga rendah terhadap kendala-kendala yang harus dihadapi secara fisik dan ekonomi dalam pengembangan tanaman kakao atau tanaman kelapa.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.Apakah pengembangan usahatani tanaman kakao dan tanaman kelapa pada satuan lahan yang diteliti sesuai dengan kelas kesesuaian lahan secara fisik ?

2.Bagaimana kesesuaian lahan ekonomi dalam pengembangan usahatani kakao dan kelapa ?

3.Apakah pengembangan usahatani tanaman kakao dan tanaman kelapa pada satuan lahan yang diteliti menguntungkan petani ? berapa nilai keuntungan yang dapat diperoleh petani untuk masing-masing tanaman ?

1.3. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini didasarkan pada kerangka pemikiran bahwa evaluasi kesesuaian lahan bagi tanaman kakao dan tanaman kelapa pada dasarnya merupakan salah satu cara untuk evaluasi pemanfaatan lahan dengan meperhatikan kesesuaiannya untuk komoditi tersebut. Kesesuaian lahan yang dimaksudkan adalah kesesuaian lahan yang didasarkan pada kesesuaian secara fisik dan kesesuaian secara ekonomi dengan memperhatikan hasil analisis fisik dan ekonomi pada lahan tersebut. Alur pikir dan alur kerja penelitian ini disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2 di bawah ini :


(35)

4

Gambar 1. Evaluasi Pemanfaatan Ruang Tanaman Kakao dan Tanaman kelapa berdasarkan Kesesuaian Lahan dan Analisis Ekonomi.

Gambar 2. Alur Kerja Evaluasi Pemanfaatan Ruang Tanaman Kakao dan Tanaman Kelapa berdasarkan Kesesuaian Lahan dan Analisis Ekonomi

Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah berikut :

a. Klasifikasi kesesuaian lahan fisik tanaman kakao dan tanaman kelapa, diperoleh dari data kualitas lahan yang masing-masing terdiri dari beberapa karakteristik lahan, seperti disajikan pada Tabel 1.

Karakteristik Lahan

Data Ekonomi

Kesesuaian Lahan Fisik

Kesesuaian Lahan Ekonomi

Evaluasi Pemanfaatan Ruang Tanaman kakao dan tanaman kelapa berdasarkan Kesesuaian Lahan dan

Analisis Ekonomi Kriteria

Kesesuaian Lahan Fisik Tanman kakao dan tanaman

kelapa

KESESUAIAN LAHAN FISIK TANAMAN KAKAO DAN

TANAMAN KELAPA

KESESUAIAN LAHAN EKONOMI TANAMAN KAKAO DAN TANAMAN

KELAPA EVALUASI PEMANFAATAN RUANG

TANAMAN KAKAO DAN TANAMAN KELAPA

Data Fisik Lahan


(36)

5

Tabel 1. Kualitas dan Karakteristik Lahan

No. Kualitas Lahan Karakteristik Lahan 1. Rejim Suhu - suhu rata-rata tahunan

- suhu rata-rata bulanan

- suhu minimum/maksimum bulanan 2. Ketersediaan air - curah hujan tahunan

- curah hujan bulanan - bulan kering (< 60 mm) - lamanya priode tumbuh 3. Media perakaran - drainase

- tekstur

- kedalaman efektif

4. Retensi Hara - KTK

- pH - C organik 5. Ketersediaan hara - N total

- P2O5 tersedia - K2O tersedia

6. Kemudahan pengolahan - tekstur tanah/bahan kasar 7. Potensi mekanisasi - kemiringan lahan

- batu dipermukaan lahan - singkapan batuan

8. Tingkat bahaya erosi Indeks bahaya erosi

Sumber: Djaenuddin et al. (1992)

b. Klasifikasi kesesuaian lahan ekonomi, diperoleh dari hasil klasifikasi kesesuaian lahan fisik kemudian dianalisis dengan memasukkan parameter ekonomi berupa data input dan data output usahatani.

c. Menentukan tingkat kelayakan usahatani tanaman kakao dan tanaman kelapa pada masing-masing satuan lahan di wilayah penelitian.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk melakukan penataan ruang berdasarkan kesesuaian lahan tanaman kakao dan tanaman kelapa sampai tingkat kelas dengan bantuan sistem evaluasi lahan otomatis dan bantuan Sistem Informasi Geografis untuk visualiasi data. Untuk mencapai tujuan utama itu terdapat tujuan spesifik yang menunjang, sebagai berikut :

a. Menentukan kelas kesesuaian lahan fisik tanaman kakao dan tanaman kelapa.

b. Menentukan kelas kesesuaian lahan ekonomi tanaman kakao dan tanaman kelapa


(37)

6

c. Menentukan tingkat kelayakan usahatani tanaman kakao dan tanaman kelapa.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi evaluasi pemanfaatan ruang untuk tanaman kakao dan tanaman kelapa yang berbasis kesesuaian lahan dan analisis ekonomi.

b. Sebagai informasi bagi pengguna lahan baik masyarakat, swasta maupun pemerintah guna menetapkan pemanfaatan ruang untuk tanaman kakao dan tanaman kelapa pada lahan yang telah direncanakan demi kemajuan dan peningkatan pembangunan daerah.

c. Sebagai masukan dan saran bagi penelitian lanjutan mengenai sistem evaluasi pemanfaatan ruang untuk tanaman kakao dan tanaman kelapa berdasarkan kesesuaian lahan dan analisis ekonomi.


(38)

7 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemanfaatan Ruang Wilayah

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dalam Pasal 3, ditegaskan bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang..

Ketentuan tersebut merupakan dasar bagi rencana tata ruang wilayah di tingkat Kabupaten/Kotamadya untuk pengaturan pemanfaatan ruang wilayah yang lebih optimal dan berkesinambungan. Rencana umum tata ruang wilayah yang isinya hanya mengatur pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya, kawasan pedesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu, dirasakan oleh masyarakat khususnya petani terutama pemilik lahan belum mewadahi kebutuhannya untuk pengembangan komoditas. Oleh karena itu, dibutuhkan rencana yang lebih khusus dalam hal pemanfaatan ruang untuk pengembangan komoditas tanaman tahunan tersebut.

Rencana yang lebih khusus membutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam hal sifat-sifat lahan, agar masyarakat sebagai pemilik dan pengguna lahan dapat memahami dan mengenal potensi lahan yang dimiliki agar pengembangannya memberikan kontribusi terbaik baik bagi lahan maupun bagi masyarakat. Jika rencana pemanfaatan ruang komoditas tanaman perkebunan tidak mempertimbangkan aspek fisik, sosial dan ekonomi mengakibatkan masyarakat memanfaatkan ruang hanya berdasarkan selera dan keinginan masing-masing ataupun mencontoh keberhasilan petani di daerah lain.

Identifikasi karakteristik lahan diperlukan untuk semua tanaman, karena setiap tanaman memerlukan syarat tumbuh masing-masing. Identifikasi tersebut,


(39)

8

juga dibutuhkan oleh petani agar pengambilan keputusan mengenai jenis tanaman yang akan dikembangkan menguntungkan petani. Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam pemanfaatan lahan, baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya menyebabkan diperlukannya pemikiran yang seksama dalam pengambilan keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas. Sementara itu, tindakan konservasi untuk penggunaan pada masa mendatang juga diperlukan (Sitorus, 1998). Hal tersebut mendorong diperlukannya perencanaan agar pemanfaatan lahan dapat lebih efektif dan efisien.

Pengertian perencaanaan dan pemanfaatan ruang memiliki kesamaan dengan perencanaan tata guna lahan, mengingat penggunaan lahan merupakan bagian dari pemanfaatan ruang. Mengacu pada pengertian tata ruang sebagaimana disajikan pada Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ditegaskan bahwa wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang yang merupakan wadah kehidupan mencakup ruang daratan, ruang lautan, ruang udara termasuk didalamnya tanah, air, udara dan benda lainnya serta daya, keadaan, sebagai suatu kesatuan wilayah tempat manusia dan mahluk hidup lainnya melakukan kegiatannya dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa tata ruang terkait dengan penataan segala sesuatu yang berada di dalam ruang sebagai wadah penyelenggaraan kehidupan. Rapoport (1980) mengungkapkan bahwa ruang pada hakekatnya merupakan lingkungan fisik dimana terdapat hubungan organisatoris antara berbagai macam obyek dan manusia yang terpisah di dalam ruang tersebut. Robert (1992) mengungkapkan bahwa suatu rencana tata guna lahan merupakan ekspresi kehendak lingkungan masyarakat mengenai bagaimana seharusnya pola penggunaan lahan suatu lingkungan pada masa yang akan datang.

Penataan ruang wilayah adalah pengaturan penggunaan lahan melalui pengelompokan penggunaan lahan ke dalam unit-unit yang homogen ditinjau dari pertimbangan keseragaman fisik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Penataan ruang dimaksudkan untuk membenahi penggunaan lahan yang sedang berjalan dengan tujuan meningkatkan efisiensi sehingga keluaran


(40)

9

yang diharapkan adalah yang terbaik dalam dimensi kurun waktu dan ruang tertentu. Dengan demikian secara transparan dalam peta pada skala tertentu dan sesuai dengan kepentingannya, dapat dilihat zonasi lahan menurut peruntukannya, antara lain: kehutanan, pertanian, perkebunan, peternakan, pertambakan, permukiman, kawasan industri, kawasan pertambangan, kawasan rekreasi dan pariwisata, kawanan fasilitas umum dan sebagainya (FAO, 1989).

Dalam konteks pengembangan wilayah, pengelolaan secara optimal sumberdaya alam didasarkan pada beberapa kriteria pengembangan yang bersifat fisik dan sosial-ekonomi. Kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam optimasi pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya alam dimaksudkan sebagai tolok ukur kelayakan dari segi non fisik bagi kelangsungan suatu usaha pengelolaan sumber daya alam dalam konteks tata ruang di daerah.

2.2. Konsep Kelas Kesesuaian Lahan

Kelas menurut pengertian yang umum adalah pengelompokan suatu obyek berdasarkan suatu kesamaan dan memisahkan obyek yang tidak sama. Hal senada diungkapkan dalam FAO (1976), yang menyatakan bahwa kelas merupakan teknik informasi untuk secara sistimatis menamai obyek yang dikelaskan dan menunjukkan hubungan-hubungan diantara mereka.

Tujuan dan keperluan mendasar dari klasifikasi yaitu untuk memberikan pengelompokan yang sahih bagi aktivitas ilmiah yang sedang dilakukan dan untuk dapat menysusun secara umum tentang obyek yang dikelaskan (FAO, 1976). Lebih lanjut diungkapkan bahwa kegunaan kelas dalam evaluasi lahan dan pengelolaan lahan adalah untuk mengumpulkan informasi, mengorganisasikan dan mengkomunikasikannya untuk keperluan pengambilan keputusan. Pengkelasan penting dilakukan, dalam usaha untuk mengerti dan mengelola sumberdaya lahan, karena kelas dapat menciptakan keteraturan dari data yang akan diinterpretasi serta mengurangi jumlah menjadi lebih kecil dari jumlah total obyek melalui pembentukan kelas-kelas.

Pengertian kesesuaian lahan diungkapkan oleh Djaenuddin (2000), yang menyatakan bahwa kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, misalnya lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian


(41)

10

tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri dari iklim, tanah, topografi, hidrologi dan/atau komoditas tertentu yang produktif. Sedangkan lebih jauh pengertian klasifikasi lahan diungkapkan oleh Hardjowigeno (1999). Menurutnya, pengertian kesesuaian lahan fisik adalah kesesuian lahan yang didasarkan atas faktor-faktor fisik, tanpa memperhatikan factor ekonomi. Sedangkan kesesuaian lahan ekonomi adalah kesesuaian lahan yang didasarkan atas faktor-faktor fisik dan pertimbangan biaya (biaya dan keuntungan).

2.2.1. Kesesuaian Lahan Tanaman Kakao

Soenaryo et al. (1989) menyatakan bahwa tanaman kakao merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis di Amerika Selatan. Untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanaman kakao menghendaki lahan dengan keadaan tanah dan iklim tertentu. Iklim yang sesuai untuk tanaman kakao adalah iklim dengan curah hujan cukup dan hujan yang terdistribusi merata sepanjang tahun (curah hujan rata-rata antara 1500 - 2500 mm/tahun), dengan bulan kering kurang dari 3 bulan/tahun, suhu rata-rata antara 15ºC - 30ºC, tidak ada angin yang bertiup kencang (Soenaryo et al. 1989). Siregar et al. (2002) mengatakan bahwa sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman kakao adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara, menentukan kesesuaian bagi tanaman kakao.

Sedangkan menurut Djaenuddin et al. (2000) suhu yang sesuai untuk tanaman kakao berkisar antara 20 sampai 30ºC, dengan curah hujan berkisar antara 1500 sampai 4000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun. Tanaman ini toleran terhadap curah hujan yang sedikit, asalkan tanah selalu dalam kondisi lembab (rejim kelembaban tanah udik). Sedangkan persyaratan kebutuhan tanah adalah sebagai berikut: tanah dalam (kedalamannya minimum 50 cm), konsistensi gmbur (lembab), permeabilitas sedang, drainase baik, tingkat kesuburan variasi, tekstur bervariasi. reaksi tanah (pH) berkisar antara 5,0 – 8,2


(42)

11

(yang optimum antara 6,0 – 7,0). Lebih lanjut Djaenuddin et al. (2000) mengungkapkan persyaratan penggunaan lahan komoditas kakao sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kakao (Theobroma cacao) (Djaenudin, 2000)

Kualitas lahan/ Karakteristik lahan

Kelas Kesesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (t)

Temperatur rerata (ºC) 25-28 20 - 25 28 – 32

- 32 – 35

< 20 > 35 Ketersediaan air (w)

Curah hujan (mm) 2000-3000 1500 - 2000 2500 – 3000

1250 - 1500 3000 – 4000

<1250 >4000 Lamanya masa kering (bln)

Kelembaban (%)

1 - 2 40 - 65

2 - 3 65 – 75 35 – 40

3 – 4 75 – 85 30 – 35

> 4 > 85

<30 Ketersediaan oksigen (o)

Drainase Baik, agak

baik

agak terhambat Terhambat, agak cepat

Sangat terhambat, sangat cepat Media Perakaran (r)

Tekstur

Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Gambut :

Ketebalan (cm)

+dengan sisipan/pengkayaan Kematangan

h, ah, s < 15 > 100

< 60 < 140 saprik +

h, ah, s 15 – 35 75 – 100

60 – 140 140 – 200

saprik hemik +

Ak, sh 35 – 55 50 – 75 140 – 200 200 – 400 hemik fibrik + k > 55 < 50 > 200 > 400 fibrik Retensi hara (n)

KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O

C-organik (%)

> 16 > 35 6,0 – 7,0

> 1,5

< 16 20 - 35 5,5 – 6,0 7,0 – 7,6 0,8 – 1,5

- < 20 < 5,5 > 7,6 < 0,8 - Toksisitas (x)

Salinitas (ds/m) < 1,1 1,1 – 1,8 1,8 – 2,2 > 2,2

Sodisitas (s)

Alkanitas/ESP (%) - - - -

Bahaya sulfidik (b)

Kedalaman sulfidik (cm) > 125 100 - 125 60 - 100 < 60

Bahaya Erosi (e) Lereng (%) Bahaya erosi

< 8 sr

8 - 16 r - sd

16 - 30 B

> 30 sb Bahaya banjir (f)

Genangan FO - F1 > F2

Penyiapan lahan (p) Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%)

< 5 < 5

5 - 15 5 – 15

15 - 40 15 – 25

> 40 > 25 Keterangan :

Tekstur : sh = sangat halus; h = halus; ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar; Simbol kualitas lahan dimodifikasi penulis

Bahaya erosi : sr = sangat ringan; r = ringan; sd = sedang; b = berat; sb = sangat berat Sumber : Djaenudin (2000)


(43)

12

Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tanaman kakao yang disajikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengaruh iklim dan komponen fisik dan kimia tanah sangat menentukan dalam menilai berkembangnya tanaman kakao yang memadai. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kakao sebagaimana disajikan pada Tabel 2 menjadi acuan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kakao dalam penelitian ini.

2.2.2. Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa pada suatu lahan sangat tergantung pada berbagai persyaratan tumbuh dan kondisi wilayah. Rustharmin et al. (1993) mengungkapkan bahwa keberhasilan usaha pengembangan kelapa di daerah baru sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik lingkungan fisik (iklim dan tanah), maupun sosial ekonomi. Iklim dan tanah adalah faktor yang berhubungan langsung dengan pertumbuhan dan produksi tanaman. Iklim adalah faktor yang sulit untuk dirubah sehingga yang dapat dilakukan sehubungan dengan pengembangan kelapa di suatu daerah adalah penyesuaian jenis tanaman dengan keadaan iklim daerah yang bersangkutan.

Djaenudin et al. (2000) mengungkapkan bahwa rerata temperatur tahunan yang dikehendaki berkisar antara 20 sampai 35ºC. Curah hujan minimum yang dikehendaki adalah sekitar 1000 mm/tahun, sedangkan yang optimal adalah 1000 sampai 5000 mm/tahun, serta toleran terhadap curah hujan > 3.800 mm/tahun. Bulan kering harus kurang dari 3 bulan dengan kelembaban sedikitnya 60%. Sedangkan persyaratan kebutuhan tanah adalah sebagai berikut: kedalaman minimum 50 cm, konsistensi gembur (lembab), permeabilitas sedang, drainase baik, reaksi tanah (pH) berkisar antara 4,5 – 8,5 (optimum antara 5,5 – 7,0).

Persyaratan penggunaan lahan untuk kelapa lebih lanjut diungkapkan oleh Djaenuddin (2000) sebagaimana disajikan pada Tabel 3.


(44)

13

Tabel 3. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kelapa (Cocos nicifera) (Djaenudin, 2000)

Kualitas lahan/

Karakteristik lahan S1 Kelas Kesesesuaian Lahan S2 S3 N Temperatur (t)

Temperatur rerata (oC) 25-28 28-32 23-25

32-35 20-23

>35 <20

Ketersediaan air (w) Curah hujan (mm)

Lamanya masa kering (bln) Kelembaban (%)

2000-3000 0 - 2 > 60

3000-4000 1300<2000

2 - 4 50 - 60

4000-5000 1000-<1300

4 - 6 < 50

<1000 >5000 > 6 Ketersediaan oksigen (o)

Drainase Baik,

agak baik

agak terhambat Terhambat, agak cepat

Sangat terhambat, sangat cepat Media Perakaran (r)

Tekstur

Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Gambut :

Ketebalan (cm)

+dengan sisipan/pengkayaan Kematangan

h, ah, s <15 >100

<60 <140 saprik +

h, ah, s, ak 15 – 35 75 – 100 60 – 140 140 – 200 saprik hemik +

sh 35 – 55 75 – 100 140 – 200 200 – 400 hemik fibrik + k > 55 < 50 > 200 > 400 Fibrik Retensi hara (n)

KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O

C-organik (%)

- > 20 5,2 – 7,5

> 0,8

- < 20

4,8 – 5,2, 7,5 – 8,0

< 0,8 - < 4,8 > 8,0 - Toksisitas (x)

Salinitas (ds/m) < 12 12 - 16 16 - 20 >20

Sodisitas (s)

Alkanitas/ESP (%) - - - -

Bahaya sulfidik (b)

Kedalaman sulfidik (cm) > 125 100 - 125 60 - 100 < 60 Bahaya Erosi (e)

Lereng (%) Bahaya erosi

< 8 8 – 16 r - sd

16 – 30 b

> 30 > sb Bahaya banjir (f)

Genangan FO - F1 > F2

Penyiapan lahan (p) Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%)

< 5 < 5

5 -15 5 -15

15 - 40 15 - 25

> 40 > 25 Keterangan :

Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1); h = halus; ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar; + = gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral. Bahaya erosi : sr = sangat ringan; r = ringan; sd = sedang; b = berat; sb = sangat berat.

Simbol kualitas lahan dimodifikasi penulis

Sumber : Djaenudin (2000)

Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tanaman kelapa yang diungkapkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengaruh iklim dan komponen fisik dan kimia tanah sangat menentukan dalam menilai kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa.


(45)

14

Kriteria kesesuaian lahan tanaman kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 3 akan menjadi acuan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan tanaman kelapa dalam penelitian ini.

2.3. Kesesuaian Lahan Ekonomi dan Analisis Usahatani

Perhitungan aspek ekonomi pada pengembangan tanaman kakao dan tanaman kelapa tidak dapat diabaikan, mengingat pendapatan seorang petani sangat penting. Siregar et al, (1988) mengungkapkan bahwa biaya usaha tani kakao pada umumnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu biaya sarana/prasarana produksi dan biaya tenaga kerja. Pada usaha tani kakao, biaya sarana/prasarana produksi meliputi pembelian bibit kakao, stum lamtoro, pupuk dan obat-obatan, peralatan yang diperlukan serta peralatan lainnya. Adapun biaya tenaga kerja meliputi biaya pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, penyerbukan, penanaman, maupun biaya tenaga kerja lainnya. Manfaat yang dihasilkan dari usaha tani kakao adalah berupa panen buah kakao, yang selanjutnya diolah menjadi biji kakao kering. Tanaman kakao lazimnya dapat dipanen pertama kali pada umur tanam tahun ke empat dan akan mengalami peningkatan produksi setiap tahun, apabila didukung dengan sistem pemeliharaan yang baik.

Faktor lain yang cukup menentukan diungkapkan oleh Soenaryo et al.

(1989), yang menyatakan bahwa persiapan lahan merupakan faktor penting dalam budidaya kakao, karena tanaman kakao muda perlu mendapatkan perlindungan dari sinar matahari yang berlebihan dan angin. Tanaman kakao muda yang kurang mendapat perlindungan terhadap sinar matahari dan angin akan mengalami hambatan pertumbuhan, bahkan akan mengalami kematian. Oleh karena itu, tanpa persiapan lahan (naungan sementara) yang baik penanaman kakao dapat mengalami kegagalan.

Persiapan lahan untuk tanaman kakao dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik guna menghasilkan produksi yang baik. Sebagai bagian dari perencanaan usaha tani pada setiap luasan lahan areal tanaman akan dilakukan penyusunan farm budget, tujuannya adalah untuk mengevaluasi taksiran biaya maupun manfaat yang akan dihasilkan selama perkiraan umur tanaman tersebut.


(46)

15

Hal lain yang turut berpengaruh dalam analisis usaha tani adalah taksiran kredit. Tujuannya adalah untuk memberikan bantuan permodalan guna membiayai usaha tani sebelum berproduksi. Pemberian kredit permodalan tersebut didasarkan pada pertimbangan kelayakan usaha tani dari petani. Siregar et al. (2002) mengungkapkan bahwa dalam menentukan besarnya pemberian bantuan kredit tersebut, pihak perbankan akan memilih beberapa alternatif, yakni bantuan kredit pada tahun pertama, kedua, maupun tahun selanjutnya. Disamping itu, bantuan kredit yang diberikan hanya untuk pemeliharaan saja ataupun untuk seluruh investasi usaha tani kakao.

Bantuan kredit permodalan usaha tani dalam penelitian ini diasumsikan dimulai sejak lahan dibuka sampai dengan tanaman kakao tersebut menghasilkan. Siregar et al. (2002) mengungkapkan bahwa langkah selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah mengadakan evaluasi tingkat kelayakan proyek usaha tani kakao berdasarkan kriteria investasi, yang meliputi net present value (NPV),

benefit cost ratio B/C ratio dan internal rate return IRR.

Disamping faktor fisik sebagaimana diungkapkan di atas, faktor sosial ekonomi juga sangat menentukan upaya penentuan kesesuaian lahan. Rossiter et al. (1994) mengemukakan bahwa kesesuaian secara ekonomik ditentukan oleh aspek atau faktor yang berkaitan dengan parameter ekonomik (input dan ouput) yang dibedakan atas 5 kelas, yaitu: (i) kelas 1, sangat sesuai (S1), penggunaannya sangat menguntungkan; (ii) Kelas 2, cukup sesuai (S2), penggunaannya cukup menguntungkan; (iii) Kelas 3, sesuai marjinal (S3), penggunaannya marginal menguntungkan; (iv) Kelas 4, tidak sesuai secara ekonomik (N1), penggunannya memungkinkan tetapi tidak menguntungkan untuk saat ini; dan (v) Kelas 5, tidak sesuai permanen, secara ekonomik (N2) penggunaannya tidak memungkinkan, dan kelas ini secara fisik berasal dari kelas N.

Rossiter et al. (1994) lebih lanjut mengungkapkan bahwa evaluasi lahan kuantitatif (ekonomik) sangat tergantung pada 1) Gross Margin (GM); 2) Net Present Value (NPV); 3) Benefit Cost Ratio (BCR); 4) Internal Rate of Return

(IRR). Kecuali untuk GM, matriks yang lain tergantung pada discount rate atau bunga bank yang berlaku.


(47)

16

Nilai produktivitas pada masing-masing kelas kesesuaian lahan antara satu kelas dengan kelas lainnya sangat berbeda, mengingat faktor kendala dan hambatan pada masing-masing kelas lahan juga berbeda. FAO (1983); Wood dan Dent (1983) mengungkapkan bahwa produktivitas untuk masing-masing kelas kesesuaian lahan, yaitu untuk kelas S1 mencapai > 80% dari produksi optimal, S2 antara 60 sampai 79%, S3 antara 40 sampai 59%, dan yang tidak sesuai secara ekonomik (N), produktivitasnya hanya mencapai < 40%.

Penilaian evaluasi lahan berdasarkan aspek sosial-ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain input dan output produksi. Input merupakan semua faktor biaya yang turut menentukan proses produksi, sedangkan output merupakan hasil proses produksi berupa produksi dengan harga produksi yang menghasilkan pendapatan bagi petani. Lebih jauh, evaluasi lahan ekonomik diungkapkan oleh Hendrisman et al. (2002) bahwa matriks input bagi setiap Tipe Penggunaan Lahan menyangkut: sewa lahan; tenaga kerja (pengolahan lahan, pembibitan, pemeliharaan dan panen); benih bibit; keperluan pupuk; air; insektisida/pestisida/herbisida; biaya transportasi; dan biaya pemasaran. Keluaran (output) adalah produksi utama dan produksi sampingan yang dihitung harga jualnya, walaupun produksi tersebut digunakan untuk keperluan sendiri, misalnya jerami yang dikembalikan ke tanah sebagai pupuk.

2.4. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Dengan memahami pengertian kesesuaian lahan yang diungkapkan di atas dan untuk menilai apakah suatu jenis tanaman perennial sesuai untuk digunakan pada satuan lahan tertentu, perlu dilakukan evaluasi terhadap satuan lahan tersebut. FAO (1976) mengungkapkan bahwa pengertian evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya berhubungan dengan evaluasi untuk satu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi, jagung dan sebagainya. Sedangkan evaluasi kemampuan lahan sering dinyatakan dalam hubungan dengan pembatas-pembatas negatif yang dapat menghalangi beberapa atau sebagian penggunaan lahan yang sedang dipertanyakan/ dipertimbangkan.

Lebih lanjut diungkapkan bahwa dalam menginterpretasikan peta tanah dalam hubungannya dengan kesesuaian tanaman dan tindakan pengelolaan yang


(48)

17

diperlukan, evaluasi lahan sangat tergantung dari informasi-informasi yang diperoleh dari survei tanah tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan survei tanah yang mencakup kondisi fisik dan kondisi kimia tanah di wilayah penelitian.

Prosedur evaluasi lahan diungkapkan oleh FAO (1976). Kegiatan utama dalam evaluasi lahan adalah sebagai berikut :

1. Konsultasi pendahuluan: meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang akan digunakan, asumsi yang digunakan dalam evaluasi, daerah penelitian, serta intensitas dan skala survai.

2. Penjabaran (deskripsi) dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan.

3. Deskripsi satuan lahan (land mapping units) dan kemudian kualitas lahan (land qualities) berdasarkan pengetahuan tentang persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dan pembatas-pembatasnya.

4. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, di mana data lahan, penggunaan lahan dan informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama.

5. Hasil dari butir 4 adalah kelas kesesuaian lahan 6. Penyajian dari hasil-hasil informasi

Skema enam kegiatan utama dalam evaluasi lahan tersebut disajikan pada Gambar 3.


(49)

18

Gambar 3. Skema kegiatan-kegiatan dalam evaluasi lahan (FAO, 1976) dalam Hardjowigeno (1999)

Dalam penelitian ini, evaluasi lahan dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip evaluasi lahan berdasarkan berbagai pertimbangan, termasuk didalamnya pertimbangan fisik, sosial ekonomi, lingkungan dan penggunaan teknologi yang ada. Prinsip utama yang digunakan dalam proses evaluasi lahan FAO, (1976) dirinci dibawah ini:

1. Kesesuaian lahan dinilai berdasarkan macam/jenis penggunaan lahan tertentu. Prinsip ini penting karena penggunaan yang berbeda memerlukan syarat yang berbeda.

2. Evaluasi lahan membutuhkan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan masukan yang diperlukan.

3. Diperlukan pendekatan multidisiplin dari para ahli ilmu-ilmu alam, teknologi penggunaan lahan, ekonomi, sosiologi, dan lainnya.

4. Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan kondisi-kondisi fisik lahan, kondisi ekonomi daerah yang diteliti dan kondisi nasional.

KONSULTASI PENDAHULUAN

- Tujuan

- Data dan Asumsi - Rencana evaluasi

JENIS PENGGUNAAN LAHAN

- Secara Umum

- Secara Terperinci

SATUAN PETA TANAH (LAHAN) SYARAT-SYARAT MASING-MASING PENGGUNAAN LAHAN KUALITAS LAHAN MEMBANDINGKAN SYARAT-SYARAT PENGGUNAAN LAHAN

DENGAN KULAITAS LAHAN

- Pembandingan

- Analisis Sosisal Ekonomi - Pengaruh Terhadap Lingkungan

KELAS KESESUAIAN LAHAN

PENYAJIAN HASIL - Peta


(50)

19

5. Kesesuaian didasarkan atas penggunaan yang lestari. Aspek kerusakan atau degradasi lingkungan diperhitungkan pada saat menilai kesesuaiannya agar jangan sampai menyebabkan kerusakan lingkungan dikemudian hari meskipun dalam jangka pendek usaha tersebut sangat menguntungkan. 6. Evaluasi melibatkan pembandingan lebih dari satu jenis penggunaan lahan. 2.5. Sistem Otomatisasi Evaluasi Lahan (ALES)

Automated Land Evaluation System (ALES) adalah sebuah metode evaluasi lahan yang dikembangkan oleh Rossiter (1997). Mekanisme kerja evaluasi lahan menggunakan ALES disajikan pada Gambar 4 di bawah dengan mengacu pada langkah ke 7 sampai ke langkah 11

Dari Gambar 4 diatas ditunjukkan bahwa program ALES dimulai dari langkah ke (7) yakni memasukkan data dan peta pada karakteristik lahan. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan langkah ke (8) yaitu membangun model untuk evaluasi lahan, langkah ke (9) menghitung evaluasi; langkah ke (10) kalibrasi hasil, dan langkah ke (11) mempresentasikan hasil evaluasi.

Hendrisman (2000) mengungkapkan bahwa pengolahan data digunakan dalam Model ALES menggunakan metode kerja dan langkah sebagai berikut : 1. Menentukan Tipe Penggunaan Lahan (Land Utilization Type = (LUT), yaitu

jenis penggunaan lahan yang dirinci sesuai dengan syarat-syarat teknis untuk daerah yang mempunyai sifat-sifat fisik dan sosial ekonomi tertentu (FAO, 1976).

2. Menentukan Persyaratan Penggunaan Lahan = PPL (Land Use Requirement = LURs), yaitu sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh suatu lahan agar Tipe Penggunaan Lahan (TPL) yang diterapkan pada lahan tersebut dapat berhasil dengan baik dan lestari. PPL selalu dikaitkan dengan TPL sehingga dalam PPL di samping menyangkut persyaratan pertumbuhan tanaman juga menyangkut pengelolaan, konservasi/ lingkungan.


(51)

20

Gambar. 4. Outline of the evaluation processs (Rossiter, 1997)

(1)

Identify Decision Makers, Objectives, & Means of Implementation

(2)

Define the spatial entities to be evaluated

(3)

Define the Land Utilization Types to be Evaluated

(4)

Define the LUTs in terma of their Land Use Requirements

(5)

Define the LURs in terma of their Diagnostic Land Characteristics

(6)

Identify data sources & survey if possible/necessary

(7)

Enter tabular data and maps for the LCs

(8)

Build (computer) models for land evaluation

(9)

Compute the evaluation

(10)

Calibrate of result

(11)

Present the results to the users

(12)

Assists with project implementation


(52)

21

3. Menentukan Kualitas Lahan = QL (Land Quality = LQ), yaitu sifat-sifat lahan yang kompleks (yaitu sifat lahan yang tidak dapat langsung diukur atau diduga besarnya dalam survei rutin), yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk tipe penggunaan lahan tertentu. Kualitas lahan (QL) menunjukkan kemampuan suatu lahan untuk memenuhi persyaratan penggunaan lahan (PPL) bagi suatu tipe penggunaan lahan (TPL) tertentu. Jadi setiap persyaratan penggunaan lahan dari suatu tipe penggunaan lahan harus dibandingkan dengan kualitas lahan untuk menentukan kelas kesesuaian lahannya.

Lebih lanjut diungkapkan bahwa kualitas lahan merupakan sifat lahan yang ditawarkan oleh suatu lahan, sedangkan persyaratan penggunaan lahan merupakan permintaan dari suatu tipe penggunaan lahan. Selanjutnya, kualitas lahan diukur berdasarkan besarnya kendala dalam ALES, yang kelasnya mulai dari: 1. tanpa kendala, 2. kendala sangat ringan, 3. kendala ringan, 4. kendala sedang, 5. kendala tinggi, dan seterusnya. Langkah selanjutnya adalah menentukan Karekteristik Lahan = KL (Land carakteristic = LCs), yaitu sifat-sifat lahan yang “simple” yaitu sifat-sifat lahan yang dapat langsung diukur atau diduga besarnya dalam survei rutin, termasuk dengan penginderaan jauh. 4. Menentukan Karakteristik Lahan Penciri, yaitu karakteristik lahan yang

digunakan untuk mengevaluasi kualitas lahan dan seterusnya menentukan kelas kesesuaian lahan. Sedangkan Tingkat Kendala adalah kelas kualitas lahan berdasar besarnya faktor pembatas yang berkaitan dengan kualitas lahan tersebut di daerah tertentu, yaitu dari tingkat 1 = tanpa pembatas terus menjadi lebih besar sampai maksimum.

5. Menentukan Pohon Keputusan (Decision Tree), merupakan metode untuk menentukan kelas kesesuaian lahan.

6. Melakukan evaluasi lahan fisik, yang bertujuan untuk menentukan apakah secara fisik suatu TPL yang telah ditentukan dapat diterapkan di suatu daerah, berikut jenis dan besarnya faktor pembatas fisik yang ditemukan. Sedangkan evaluasi lahan ekonomi dilakukan berdasarkan atas pertimbangan keuntungan ekonomi bila suatu TPL diterapkan di suatu daerah.


(53)

22

7. Melakukan evaluasi lahan secara ekonomi. Dengan mengacu pada Rossiter and Wambeke (1997), dalam program ALES versi 4.65d faktor ekonomi tersebut di atas dianalisis menggunakan formulasi sebagai berikut:

Gross margin (GM). Keuntungan ekonomi, yaitu rerata jumlah pendapatan dikurangi rerata jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan pada suatu luasan lahan tertentu (misalnya per hektar) dalam jangka waktu tertentu (misalnya per tahun). Pada sadarnya, keuntungan ekonomi ini merupakan pendapatan hasil pertanian (produksi x harga) dikurangi biaya.

Discounted cash flow. Jumlah nilai uang sekarang yang lebih kecil dari yang akan datang sesuai dengan besarnya bunga pinjaman yang berlaku.

Nilai sekarang = Nilai akan datang [ 100% ] 100% + bunga %

lama usaha

Net Present Value (NPV). Merupakan nilai pendapatan sekarang di akhir usaha (PV in) dikurangi nilai biaya sekarang (PV out). NPV adalah nilai uang sekarang yang didapat sebagai hasil penerapan suatu tipe penggunaan lahan (TPL) pada suatu luasan tertentu selama waktu penggunaan lahan tersebut bukan per tahun pembukuan seperti pada gross margin.

Internal Rate of Return (IRR). Pada dasarnya, NPV adalah besarnya potongan agar nilai pendapatan sekarang sama dengan nilai biaya sekarang. Jika IRR lebih tinggi dari bunga bank (discount rate) maka TPL yang diterapkan akan menguntungkan. Secara matematis IRR adalah discount rate (bunga) di mana IRR merupakan risiko positif keuangan suatu TPL, semakin tinggi IRR risiko makin berkurang, karena pendapatan usaha lebih pasti.

Benefit - Cost Rasio (B/C), diperoleh melalui nilai pendapatan sekarang (PV in)

dibagi dengan nilai biaya sekarang (PV out).

Discounted cash flow, merupakan jumlah uang nilai sekarang yang lebih kecil dari yang akan datang sesuai dengan besarnya bunga pinjaman yang berlaku. 2.6. Sistem Informasi Geografi

Sistem Informasi Geografi memiliki kemampuan sebagai pangkalan data yang selalu dapat diperbaharui dan ditambah isinya, sedemikian rupa sehingga data tersebut bisa dipilih untuk dipergunakan bagi berbagai kepentingan dalam suatu perencanaan atau pengambilan keputusan. Sistem Informasi geografi


(54)

23

didefinisikan oleh Suharnoto (1995) sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang disimpan untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi.

Nurbaya (1998) mengungkapkan bahwa proses pengolahan input data menjadi output data adalah merupakan suatu rangkaian yang dimulai dari keadaan nyata direkam dalam bentuk citra, foto udara dan peta, kemudian dengan fasilitas SIG data disimpan dan diolah menghasilkan output berupa informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan bagi pengguna untuk melakukan kegiatan pada keadaan nyata.


(55)

(56)

25 III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Sidenreng Rappang. Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus 2002 sampai dengan Maret 2003. Lokasi penelitian berjarak 183 Km di sebelah utara Kota Makassar (Ibu Kota Propinsi Sulawesi Selatan). Lokasi penelitian memiliki letak dan posisi antara 3º43’ – 4º09’ Lintang Selatan dan 119º41’ – 120º10’ Bujur Timur (Gambar 5). Secara administratif, batas-batas lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

- Di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang;

- Di sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Kabupaten Luwu;

- Di sebelah selatan, berbatasan dengan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Barru;

- Di sebelah barat, berbatasan dengan Kotamadya Pare-pare dan Kabupaten Pinrang.

Lokasi penelitian meliputi 10 (sepuluh) kecamatan yaitu Panca Lautang, Tellu LimpoE, Watang Pulu, Baranti, Panca Rijang, Kulo, MaritengngaE, Sidenreng, Pitu Riawa, Dua PituE dan Pitu Riase.

3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini mencakup :

a. Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 50.000, diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) di Cibinong, Bogor, 1991. Peta ini digunakan sebagai petunjuk di lapangan untuk menentukan lokasi pengamatan tanah didalam wilayah penelitian.

b. Peta Zona Agroekologi Indonesia skala 1 : 250.000 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (PUSLITANAK), Bogor, 2002. Peta ini digunakan sebagai acuan dalam penentuan satuan lahan di lokasi penelitian (Gambar 6).


(57)

26

Gambar 5. Peta Lokasi Wilayah Penelitian 3.2.2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini mencakup: a. Bor tanah

b. Kartu deskripsi tanah dan Buku Munsell Soil Chart, untuk menentukan warna tanah.

c. Cangkul dan sekop, pisau dan sendok tanah, untuk mencampur atau mengaduk;

d. Ember plastik, untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu;

e. Kantong plastik tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong plastik untuk label; kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar;


(58)

27

Gambar 6. Peta Satuan Lahan Kabupaten Sidenreng Rappang Sumber : Peta Zona Agroekologi Indonesia (Puslitbangtanak, 2002)


(59)

28

3.3. Data yang dikumpulkan

3.3.1. Sifat fisik dan morfologi tanah.

Sifat-sifat fisik dan morfologi tanah, ditetapkan melalui pengamatan lapang, meliputi:

a. Batas-batas horizon b. Warnah tanah c. Tekstur d. Struktur tanah e. Konsistensi tanah f. Drainase tanah g. Pori-pori tanah 3.3.2. Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah merupakan data hasil analisis laboratorium, meliputi a. Reaksi tanah (pH tanah)

b. Kapasitas tukar kation c. Kejenuhan basa d. Nitrogen (N) e. Kalium (K) f. Kalsium (Ca) g. Magnesium (Mg)

3.3.3. Data-data pendukung lainnya

Data-data pendukung lain merupakan data primer dan data sekunder, mencakup :

a. Data iklim, diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sidenreng Rappang meliputi data curah hujan dan jumlah hari hujan perbulan selama 10 tahun (1992 – 2001).

b. Vegetasi, yaitu vegetasi dominan dan spesifik c. Data bahaya erosi (e): lereng (%) dan bahaya erosi d. Data penyiapan lahan (p)

e. Penggunaan tanah: lama penggunaan, tanaman utama, sistem penggunaan tanah, sumber air, pengelaan tanah.


(60)

29

f. Kedalaman efektif tanah g. Tinggi dari permukaan laut. 3.3.4. Data Ekonomi.

Data yang digunakan untuk analisis ekonomi, mencakup:

a. Data luas lahan dan nilai produksi wilayah penelitian, diperoleh dari Kantor Dinas Perkebunan Kabupaten Sidenreng Rappang.

b. Jumlah desa, luas wilayah, kondisi dan sebaran penduduk wilayah penelitian diperoleh dari Kantor Statistik dan Kantor Bappeda Kabupaten Sidenreng Rappang.

c. Identifikasi rumah tangga, diperoleh melalui wawancara dengan bantuan daftar kuesioner seperti disajikan pada Lampiran 1.

- Jenis kelamin, umur, pendidikan pekerjaan menurut besarnya kontribusi.

- Penguasaan lahan, meliputi jenis lahan dan status penguasaan. - Input usaha tani.

- Output usaha tani

d. Keragaan teknologi usahatani tanaman kakao dan tanaman kelapa, meliputi :

- Jenis komoditas, Jumlah pohon - Umur tanaman

- Keragaan usahatani (persil terluas)

- Bahan/masukan seperti bibit, pupuk, pestisida, bahan lain dan alat. - Penggunaan tenaga kerja

- Hasil produksi dan sumber modal usaha tani. 3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data fisik.

Pemilihan lokasi contoh tanah (deskripsi profil tanah) dilakukan melalui tahap-tahap berikut :

a. Menetapkan satuan lahan dalam wilayah penelitian (Peta Sebaran Satuan Lahan nampak pada Gambar 7) dengan mengacu pada peta Zona Agroekologi Indonesia skala 1 : 250.000, (PUSLITANAK, 2002).


(61)

30

Penentuan ini didasarkan pada pertimbangan, antara lain lahan adalah lahan di luar penggunaan permukiman, lahan di luar penggunaan hutan lindung, dan lahan di luar penggunaan sawah irigasi teknis. Penentuan tersebut didasarkan pada pertimbangan bentuk lahan dan kemiringan lereng sebagai berikut : 0 – 3% (datar), 3 – 8% (berombak), 8 – 15% (bergelombang), 15 –30% (berbukit) dan >30% (bergunung). Lokasi pengamatan dan pengambilan contoh tanah disajikan pada Gambar 8. b. Dengan mempertimbangkan tujuan penelitian yang meliputi penetapan

kelas kesesuaian lahan fisik dan analisis ekonomi, maka satuan penelitian dirubah dari zone agro ekologi (Peta Zona Agroekologi dan Alternatif Komoditas Utama Kabupaten Sidenreng Rappang) menjadi Peta Sebaran Satuan Lahan. Perubahan tersebut didasarkan pada pertimbangan:

- Zona agro ekologi, mencakup kemiringan lereng, elevasi dan kelembaban

- Satuan lahan, mencakup landform (berkaitan dengan tanah yang terbentuk), bahan induk, bentuk wilayah dan satuan tanah.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, wilayah penelitian dibagi dalam enam Satuan Lahan, yakni Satuan Lahan 1 sampai dengan Satuan Lahan 6. Peta sebaran Satuan Lahan disajikan dalam Gambar 9.

c. Pembuatan penampang tanah dengan ukuran 1,5 x 1 x 2,0 meter.

d. Mengisi dan melengkapi formulir isian pengamatan profil tanah pada penampang dan lingkungan di sekitar penampang (Lampiran 2).

e. Pengambilan contoh tanah dari masing-masing penampang tersebut, selanjutnya dianalisis di Laboratorium Pusat Penelitian Tanah, Balittan Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.


(62)

31


(63)

32

Gambar 8. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan profil pewakil 3.4.2. Data ekonomi, diambil melalui tahap-tahap :

a. Penetapan 9 kecamatan sebagai wilayah penelitian dari 11 kecamatan yang ada di dalam wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang. Penetapan tersebut didasarkan pada pemilihan lahan-lahan di luar lahan kawasan hutan


(64)

33

lindung dan hutan produksi, kawasan permukiman dan kawasan sawah beririgasi teknis.

b. Penetapan 17 desa, berdasarkan minat dan banyaknya masyarakat yang menanam dan mengembangkan tanaman kakao dan tanaman kelapa.

c. Penetapan dan pengambilan sampel petani, dilakukan melalui “purposive sampling“ yakni dengan sengaja memilih jumlah responden. Pertimbangan yang digunakan adalah:

- Responden adalah petani dan pemilik lahan - Responden memiliki lahan minimal 1 Ha.

- Responden memiliki pengalaman bertani pada lahannya, minimal 10 tahun mengusahakan tanaman kakao atau tanaman kelapa.

Penelitian terhadap petani contoh dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden dengan bantuan daftar kuesioner. Jumlah kecamatan, jumlah desa, jumlah petani dan jumlah responden disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kecamatan, Jumlah Desa dan Jumlah Responden yang Diteliti

No. Kecamatan Jumlah

Desa

Jumlah Petani Responden

Tan. Kakao Tan. Kelapa Tan. Kakao Tan. Kelapa

1. Panca Lautang 2 49 57 5 5

2. Tellu LimpoE - - 56 - 5

3. Watang Pulu 2 - 32 - 3

4. Baranti 3 - 86 - 8

5. Panca Rijang 1 52 55 5 5

6. Kulo 2 104 - 10 -

7. MaritengngaE - - - - -

8. Sidenreng 1 53 - 5 -

9. Pitu Riawa 2 115 48 11 5

10. Dua PituE 1 57 83 5 8

11. Pitu Riase 3 198 14 19 1

Jumlah 17 617 435 60 40

Sumber Data : Data primer (diolah)

3.5. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan menyajikan data dalam bentuk peta, sedangkan analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan menggunakan sistem Evaluasi Lahan Otomatis (ALES). Langkah-langkah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, disajukan di bawah ini :


(65)

34

3.5.1. Data Fisik

a. Pembuatan deskripsi profil tanah, untuk menentukan klasifikasi tanah pada masing-masing satuan lahan.

b. Penentuan karakteristik lahan berdasarkan kualitas lahan pada masing-masing satuan lahan.

c. Penetuan kelas kesesuaian lahan (fisik) masing-masing satuan lahan, berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tanaman kakao dan tanaman kelapa.

d. Penghitungan jumlah erosi pada masing-masing satuan lahan. Erosi dihitung dengan menggunakan rumus USLE (Wischmeier dan Smith) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) :

A = R x K x LS x C x P Keterangan :

A : Jumlah erosi dalam ton/ha/tahun

R : Faktor erosivitas hujan bulanan (Rumus Lenvain, 1975 dalam Bols, 1978) dalam Hardjowigeno Widiatmaka (2007), sebagai berikut :

RM = 2,21 (Rain) RM : Erosivitas hujan bulanan

(Rain)m : Curah hujan bulanan dalam cm K : Erodibilitas tanah

K = 2,713M1.14 (10)-4

M : (% debu + % pasir sangat halus)(100 - % liat)

(12-a) + 3,25 (b – 2) + 2,5 ( c - 3)

Nilai a : % bahan organik (%C x 1,724) Nilai b : kode (nilai) struktur tanah Nilai c : kode (nilai) permeabilitas tanah LS : Faktor panjang dan kemiringan lereng

C : Faktor pengelolaan tanaman P : Faktor Teknik Konservasi tana

Penentuan erosi yang diperbolehkan, yaitu jumlah tanah yang diperbolehkan tererosi pertahun agar produktivitas lahan tidak berkurang sehingga


(66)

35

tanah tetap produktif secara lestari. Wischmeier dan Smith (1978) dalam Hardjowigeno et al., (1995) mengemukakan bahwa dalam menentukan erosi diperbolehkan harus mempertimbangkan :

a. Ketebalan lapisan tanah atas b. Sifat fisik tanah

c. Pencegahan terjasinya erosi (gully) d. Penurunan kandungan bahan organic e. Kehilangan zat hara tanaman.

Hammer (1981) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) mengusulkan perhitungan EDP berdasar atas kedalaman ekuivalen tanah dan jangka waktu kelestarian sumberdaya tanah (resource life) yang diharapkan dengan persamaan :

Edp =

Kelestarian Tanah Kedalaman Ekivalen Tanah

Kedalaman ekuivalen tanah adalah kedalaman tanah yang setelah mengalami erosi produktivitasnya berkurang dengan 60% dari produktivitas tanah yang tidak tererosi (Arsyad, 1989: Hammer, 1981) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) mengemukakan bahwa dalam menentukan erosi diperbolehkan harus mempertimbangkan :

a. Ketebalan lapisan tanah atas b. Sifat fisik tanah

c. Pencegahan terjadinya erosi (gully) d. Penurunan kandungan bahan organik e. Kehilangan zat hara tanaman.

3.5.2. Data Ekonomi:

a. Penyusunan dan pengelompokan data karakteristik responden (60 responden petani kakao dan 40 responden petani kelapa), meliputi umur, pendidikan, mata pencaharian dan pemilikan lahan.

b. Penyusunan dan pengelompokan jenis input yang mempengaruhi pengeluaran petani kakao dan kelapa (pembelian bibit, pembelian pupuk, pembelian inpestisida, pembelian pohon pelindung, biaya tenaga kerja mulai dari proses pembukaan lahan hingga pada proses akhir produksi) dan


(67)

36

yang mempengaruhi out put meliputi produksi dan harga persatuan produksi pada saat dilakukan penelitian.

c. Penentuan kelas kesesuaian lahan tanaman kakao dan tanaman kelapa dengan menggunakan model ALES.

Mekanisme kerja ALES adalah sebagai berikut :

a. Penentuan kualitas lahan dan karakteristik lahan seperti tertera dalam kelas kesesuaian lahan point (c) di atas.

b. Penyusunan Pohon Keputusan. Model-model keputusan disusun untuk masing-masing persyaratan penggunaan lahan (PPL) yang diperlukan oleh tipe penggunaan lahan (TPL).

c. Penentuan kelas kesesuaian lahan secara fisik, yang dibedakan atas empat kelas yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai (N).

d. Penentuan kelas kesesuaian lahan secara ekonomi, yang dibedakan atas lima kelas yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), saat ini tidak sesuai (N1) dan tidak sesuai permanen (N2).

e. Sedangkan untuk mengetahui nilai usahatani tanaman kakao dan tanaman kelapa dilakukan dengan penghitungan parameter ekonomi. Parameter ekonomi yang dihitung tersebut telah disediakan oleh ALES, yakni :

- Gross margin (GM), yakni pendugaan berdasarkan biaya dan penerimaan dalam satuan lahan tertentu (hektar/tahun).

- Discounted cash flow, yakni jumlah nilai uang sekarang yang lebih kecil dari yang akan datang sesuai dengan besarnya bunga pinjaman yang berlaku. Dengan rumus :

Nilai sekarang = Nilai akan datang [ 100% ]

100% + bunga %

lama usaha

- Net Present Value (NPV), yaitu nilai pendapatan sekarang di akhir usaha (PV in) dikurangi nilai biaya sekarang (PV out). NPV adalah nilai uang sekarang yang didapat sebagai hasil penerapan


(1)

(2)

(3)

Lampiran 11. Penilaian Ukuran Butir (M) Kelas tekstur

(USDA) Nilai M

Kelas tekstur

(USDA) Nilai M

Liat berat 210 Pasir 3035

Liat sedang 750 Lempung berpasir 3245 Liat berpasir 1213 Lempung liat berdebu 3770 Liat ringan 1685 Pasir berlempung 4005 Lempung liat berpasir 2160 Lempung 4390 Liat berdebu 2830 Lempung berdebu 6330

Lempung berliat 2830 Debu 8245

Sumber : Hammer (1978) dalam Hardjowigeno et al. (2007) Lampiran 12. Kelas Kandungan C-organik

Kelas C-Organik Nilai Sangat Rendah < 1 0

Rendah 1 – 2 1

Sedang 2,1 – 3 2

Tinggi 3,1 – 5 3

Sangat-tinggi > 5 (gambut) 4

Sumber : Hammer (1978) dalam Hardjowigeno et al. (2007) Lampiran 13. Penilaian Struktur Tanah

Tipe struktur Nilai

Granular sangat halus (very fine granular) 1

Granular halus (fine granular) 2

Granular sedang dan kasar (medium, coarse granular) 3 Gumpal lempeng, pejal (blocky, platty, massif) 4 Sumber : Hammer (1978) dalam Hardjowigeno et al. (2007)

Lampiran 14. Penilaian Permeabilitas Tanah

Kelas Permeabilitas cm/jam Nilai

Cepat (rapid) > 25,4 1

Sedang sampai cepat (moderat to rapid) 12,7 – 25,4 2

Sedang (moderat) 6,3 – 12,7 3

Sedang sampai lambat (moderat to slow) 2,0 – 6,3 4

Lambat 0,5 – 2,0 5

Sangat lambat (very slow) < 0,5 6 Sumber : Hammer (1978) dalam Hardjowigeno et al. (2007)


(4)

Lampiran 15. Nilai Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) Kemiringan Lereng (%) Nilai LS

0 – 8 0,25

8 – 15 1,20

15 – 25 4,25

25 – 45 9,50

> 45 12,00

Sumber : Hardjowigeno et al. (2007)

Lampiran 16. Nilai faktor Tanaman (C) dengan Pertanaman Tunggal

No. Jenis Tanaman Abdulrachman et al.

(1981)

Hammer (1981)

1. Rumput Brachiaria decumbers tahun I 0,287 0,3

2. Rumput Brachiaria decumbers tahun II 0,002 0,002

3. Kacang tunggak 0,161 -

4. Sorghum 0,242 -

5. Ubi kayu - 0,8

6. Kedelai 0,399 -

7. Serai wangi 0,434 0,4

8. Kacang tanah 0,20 0,2

9. Padi (lahan kering) 0,561 0,5

10. Jagung 0,637 0,7

11. Padi sawah 0,01 0,01

12. Kentang - 0,4

13. Kapas, Tembakau 0,5-0,7 -

14. Nanas dengan penanaman menurut kontur:

a. dengan mulsa dibakar 0,2-0,5 -

b. dengan mulsa dibenam 0,1-0,3 -

c. dengan mulsa di permukaan 0,01 -

15. Tebu - 0,2

16. Pisang (jarang yang monokultur) - 0,6

17. Talas - 0,86

18. Cabe, jahe, dll - 0,9

19. Kebun campuran (rapat) - 0,1

Kebun campuran ubi kayu + kedelai - 0,2

Kebun campuran gude + kacang tanah (jarang) 0,495 0,5

20. Ladang berpindah - -

21. Tanah kosong diolah 1,0 -

22. Tanah kosong tak diolah - -

23. Hutan tak terganggu 0,001 -

24. Semak tak terganggu sebagian rumput 0,01

25. Alang-alang permanen 0,02 -

26. Alang-alang dibakar 1 kali 0,70 -

27. Semak lantana 0,51 -

28. Albizia dengan semak campuran 0,012 -


(5)

No. Jenis Tanaman Abdulrachman et al. (1981)

Hammer (1981)

30. Pohon tanpa semak 0,32 -

31. Kentang ditanam searah lereng 1,0 -

32. Kentang ditanam menurut kontur 0,35 -

33. Pohon-pohon dibawahnya dicangkul (diolah) 0,21 -

34. Bawang daun ditanam dalam bedengan 0,08 -

Sumber : Abdulrachman, Sofiyah, dan Kurnia (1981); Hammer, (1981) dalam Hardjowigeno et al. (2007)

Lampiran 17. Nilai Faktor Teknik Konservasi Tanah (P)

No. Teknik Konservasi tanah Nilai P

1. Teras bangku a. Sempurna b. Sedang c. Jelek 0,37 0,04 0,15 0,35

2. Teras tradisional 0,40

3. Padang rumput (permanen grass field) a. Bagus

b. Jelek

0,04 0,40

4. Hill side ditch atau field pits 0,3 .

5. Contour cropping

a. dengan kemiringan 0-8% b. dengan kemiringan 9-20% c. dengan kemiringan >20%

0,5 0,75

0,9 6. Limbah jerami yang digunakan

a. 6 tonlhaltahun b. 3 ton/ha/tahun c. 1 ton/ha/tahun

0,3 0,5 0,8 7. Tanaman perkebunan

a. dengan penutup tanah rapat b. dengan penutup tanah sedang

0,1 0,5 8. Reboisasi dengan penutup tanah pada tahun awal 0,3 9. Strip cropping jagung-kacang tanah, sisa tanaman dijadikan

mulsa

0,050 10. Jagung-kedelai, sisa tanaman dijadikan mulsa 0,087

11. Jagung-mulsa jerami padi 0,008

12. Padi gogo-kedelai, mulsa jerami 4 ton/ha 0,193

13. Kacang tanah-kacang hijau 0,730

14. Kacang tanah-kacang hijau-mulsa jeram; 0,013 15. Padi gogo-jagung-kacang tanah + mulsa 0,267 16. Jagung+padi gogo+ubi kayu+kacang tanah, sisa tanaman

dijadikan mulsa

0,159

17. Teras gulud : padi-jagung 0,013

18. Teras gulud : sorghum-sorghum 0,041

19. Teras gulud : ketela pohon 0,063

20. Teras gulud :jagung-kacang tanah, mulsa+sisa tanaman dijadikan mulsa


(6)

No. Teknik Konservasi tanah Nilai P

21. Teras gulud : jagung-tanah + kedelai 0,105

22. Teras gulud : Padi-jagung-kacang tunggak, kapur 2 ton/ha 0,012 23. Teras bangku : jagung-ubi kayu/kedelai 0,056

24. Teras bangku : sorghum-sorghum 0,024

25. Teras bangku :kacang tanah-kacang tanah 0,009

26. Teras bangku: tanpa tanaman 0,039

27. Serai wangi 0,537

28. Alang-alang 0,021

29. Ubi kayu 0,461

30. Sorghum-sorghum 0,341

31. Crotalaria ussaramuensis 0,502

32. Padi gogo-jagung 0,209

33. Padi gogo-jagung-mulsa jerami 0,083

34. Padi gogo-jagung-kapur 2 ton/ha-mulsalpupuk kandang 10-20 ton/ha

0,030 35. Jagung + padi gogo + ubi kayu- kedelai/kacang tanah 0,421 36. Jagung + kacang tanah-kacang hijau-mulsa 0,014

37. Strip crotalaria-sorghum-sorghum 0,264

38. Strip crotalaria-kacang lanah-ketela pohon 0,405

39. Strip crotalaria-padi gogo-kedelai 0,193

40. Strip rumput-padi gogo 0,841

Sumber : Hardjowigeno et al. (2007)

Lampiran 18. Tingkat Bahaya Erosi berdasar Tebal Solum Tanah dan besarnya Bahaya erosi (jumlah erosi maksimum, A)

Tebal Solum (cm)

Erosi Maksimum (A)-ton/ha/tahun

<15 15 – 60 60 – 180 180 – 480 >480

> 90 SR S S B SB

60 – 90 R B B SB SB

30 – 60 S SB SB SB SB

< 30 B SB SB SB SB

Keterangan: SR = sangat rendah, R = rendah, S = sedang, B = berat, SB= sangat berat Sumber : Hardjowigeno et al. (2007)