Tabel 17. Topografi, Penggunaan Lahan Utama, Jenis Teras dan Penyiapan Lahan
Nomor Pengamatan
Satuan Lahan
Topografi Penggunaan Lahan
Utama Jenis Teras
Penyiapan Lahan HA. 1
5 5
Kebun campuran Teras tanaman dan petakan
Tanpa batuan HA. 2
1 1
Lahan kering Teras tanaman
Tanpa batuan HA. 3
2 2
Semak belukar Teras tanaman
Tanpa batuan HA. 4
2 5
Semak belukar Teras tanaman dan petakan
Tanpa batuan HA. 5
4 13
Kebun campuran Teras tanaman
Tanpa batuan HA. 6
3 6
Kebun campuran Teras tanaman
Tanpa batuan HA. 7
3 3
Semak belukar Teras tanaman
Tanpa batuan HA. 8
6 10
Kebun campuran Teras tanaman
Berbatu HA. 9
6 8
Kebun campuran Teras tanaman
Berbatu Sumber: Hasil pengamatan
Berdasarkan Tabel 17 tersebut di atas, topografi wilayah penelitian dapat di bagi pada 4 kategori yaitu datar HA.2, HA.3 dan HA.7, berombak HA.1,
HA.4 dan HA.6, bergelombang HA.8 dan HA.9 dan berbukit HA.5. b. Penggunaan lahan utama.
Pola penggunaan lahan utama secara umum dipengaruhi oleh keadaan tanah dan ketersediaan air. Informasi mengenai penggunaan lahan utama
tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan penggunaan lahan pada saat dilakukan pengamatan. Berdasarkan pengamatan pada masing-
masing Satuan Lahan di wilayah penelitian, penggunaan lahan utama dikelompokkan sebagai berikut :
- Satuan Lahan 1 pengamatan HA.2, penggunaan lahan utama adalah
lahan kering.
- Satuan Lahan 2 pengamatan HA.3, penggunaan lahan utama adalah
semak belukar.
- Satuan Lahan 2 pengamatan HA.4 dan Satuan Lahan 3 HA.7,
penggunaan lahan utama adalah semak belukar.
- Satuan Lahan 4 pengamatan HA.5, Satuan Lahan 3 pengamatan
HA.7, Satuan Lahan 5 HA.1 dan Satuan Lahan 6 HA.8 dan
HA.9, penggunaan lahan utama adalah kebun campuran.
e. Jenis teras. Berdasarkan Tabel 17 tersebut di atas, teras tanaman di wilayah penelitian
dapat dibagi menjadi 2 kategori yakni Satuan Lahan dengan teras tanaman dan satuan dengan teras tanaman plus petakan.
f. Penyiapan lahan. Hasil pengamatan terhadap penyiapan lahan dalam wilayah penelitian
dapat di bagi pada 2 kategori yakni satuan lahan tidak berbatu dan satuan lahan berbatu.
Data karakteristik lahan disajikan pada Lampiran 6.
5.3. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Fisik Tanaman Kakao dan Tanaman Kelapa
Dari hasil deskripsi profil tanah dan hasil penilaian karakeristik lahan, dilakukan klasifikasi kesesuaian lahan fisik terhadap tanaman kakao dan tanaman
kelapa.
5.3.1. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Fisik Tanaman Kakao
Penilaian klasifikasi lahan tanaman kakao dilakukan melalui tahap berikut :
a. Dengan mengacu pada penilaian karakteristik lahan masing-masing Satuan Lahan dan kriteria kesesuaian lahan tanaman kakao, ditetapkan
klasifikasi kesesuaian lahan tanaman kakao hasil lengkap disajikan
pada Lampiran 7.
Hasil klasifikasi kesesuaian lahan tanaman kakao tersebut menunjukkan bahwa :
- Satuan Lahan 1, memiliki klasifikasi kesesuaian lahan S2r dengan
kendala utama media perakaran, yaitu tekstur liat terlalu halus. -
Satuan Lahan 2, memiliki klasifikasi kesesuaian lahan S3rn dengan kendala media perakaran : kedalaman efektif tanah dangkal 52 Cm
dengan tekstur pasir berlempung dan retensi hara C-organik 0,35. -
Satuan Lahan 2, memiliki klasifikasi kesesuaian lahan S2rne dengan kendala utama media perakaran modifier tekstur sedang, retensi hara
nilai pH 5,75 dan bahaya erosi kondisi topografi bergelombang. -
Satuan Lahan 3, memiliki klasifikasi kesesuaian lahan S3rn dengan kendala utama media perakaran tekstur lempung berpasir, retensi
hara rendah nilai pH 4,80 dan C-organik 0,73.
- Satuan Lahan 3, memiliki klasifikasi kesesuaian lahan N dengan
kendala utama media perakaran dengan kedalaman efektif tanah dangkal 35 Cm.
- Satuan Lahan 4, memiliki klasifikasi kesesuaian lahan S3n dengan
kendala utama media perakaran lempung liat berdebu dan retensi hara rendah pH 4,15.
- Satuan Lahan 5, memiliki klasifikasi kesesuaian lahan S3re dengan
kendala utama media perakaran dengan tekstur lempung berpasir dan bahaya erosi.
- Satuan Lahan 6 memiliki klasifikasi kesesuaian lahan S3rn, kendala
utamanya adalah media perakaran: modifier tekstur bahan kasar terlalu banyak, dan retensi hara rendah dengan nilai pH 5,40.
b. Penilaian selanjutnya dilakukan dengan Model ALES yang hasilnya disajikan pada Tabel 18. Visualisasi nilai hasil kelas kesesuaian
lahan fisik tanaman kakao disajikan pada Gambar 9. Tabel 18. Kelas Kesesuaian Lahan Fisik pada Tanaman Kakao
No. SL Sub kelas Uraian
1 4 S2r
Agak Sesuai dengan faktor kendala kondisi perakaran : tekstur liat dan lempung liat berdebu
2 S3r S2r Dominan Sesuai marginal dan Agak Sesuai dengan faktor kendala kondisi
perakaran : tekstur pasir berlempung dan modifier teksturnya sedang 5 6
S3r Sesuai Marginal dengan faktor kendala kondisi perakaran : kedalaman efektif
tanah 45 cm dan tekstur lempung berpasir. 3
S3r N Dominan Sesuai marginal dan Tidak Sesuai dengan faktor kendala kondisi perakaran : kedalaman efektif tanah 35 cm dan tekstur tanahnya lempung
berpasir.
Hasil klasifikasi kesesuaian lahan fisik pada Tabel 20 yang diolah dengan Sistem Evaluasi Lahan Otomatis. Asumsi yang diterapkan adalah kualitas lahan
yang meliputi penilaian terhadap retensi hara n kejenuhan basa, KTK, Nilai pH dan C-organik, ketersediaan oksigen o drainase, ketersediaan air w curah
hujan dan bulan kering diabaikan karena dapat diperbaiki dengan input-input yang telah dimanfaatkan petani dalam pengelolaan usahataninya. Sebaliknya,
kualitas lahan yang sulit diperbaiki tetap digunakan dalam penilaian. Sebagai contoh penanaman di lereng terjal, meskipun dapat diperbaiki namun
membutuhkan biaya angkut yang sangat mahal.