serta refleks. Kelainan yang menonjol adalah gangguan pada sfingter yang dapat dilihat dari mekonium yang keluar terus-
menerus, atau urin yang keluar sedikit-sedikit namun terus- menerus.
e.
Spina bifida dengan mielokisis atau rakiskisis
Merupakan bentuk spina bifida berat yang ditandai dengan lipatan- lipatan saraf gagal naik di sepanjang daerah torakal bawah dan
lumbosakral dan tetap sebagai masa jaringan saraf yang pipih.
2.5.5. Diagnosis Neural Tube Defects NTD
Neural Tube Defects secara klinis tampak sebagai benjolan di daerah kepala ataupun daerah tulang belakang dan telah ada sejak lahir.
Pemeriksaan penunjang alfa feto protein AFP pada cairan amnion atau pada darah ibu dapat dilakukan khususnya pada minggu ke-15 sampai
minggu ke-20. Kadar AFP serum normal pada ibu hamil adalah 500 ngml dan mencapai puncaknya pada usia gestasi 12-15 minggu.
Pemeriksaan penunjang
sederhana seperti
transluminasi dengan
penyorotan lampu pada benjolan maka akan tampak bayang-bayang isi sefalokel. Pemeriksaan foto polos kepala ditujukan untuk mencari defek
pada tengkorak serta mendeteksi keadaan patologis penyerta. Alternatif pemeriksaan lainnya yaitu dengan CT scan dan USG Satyanegara, 2010.
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi NTD selama kehamilan yaitu biopsi histopatologi. Selama neurulasi normal,
invaginasi lempeng saraf di sepanjang garis tengah untuk membentuk alur saraf dan lipatan saraf terbentuk pada kedua sisi alur saraf. Sel-sel
neuroepitel mengalami proliferasi cepat dan elevasi, sehingga tepi lateral lipatan saraf menekuk ke dalam untuk bertemu. Pada embrio dengan open
neural tube eksensefalus, lipatan saraf gagal terangkat, dan sel terus berproliferasi di sepanjang tepi tabung saraf terbuka mengakibatkan eversi
dari lipatan saraf, seperti yang terlihat pada Gambar 2. Pada embrio dengan spina bifida yang diamati adalah kegagalan dalam pembentukan
lamina tulang belakang yang membentuk dinding dorsal tulang belakang seperti yang terlihat pada Gambar 3 Pickett et al, 2008; Waes et al, 2005.
Gambar 2 . Gambaran Mikroskopis Tabung Saraf Embrio Waes et al, 2005
2E Tabung saraf yang menutup sempurna; 2F tabung saraf yang terbuka Gambar 3.
Gambaran Mikroskopis Spinal Cord Embrio Pickett et al, 2008 3A, D Terdapat lamina spinal yang ditunjuk dengan tanda panah; 3 B, C, E, F
tidak terdapat lamina spinal
2.5.6. Penatalaksanaan Neural Tube Defects NTD
Tindakan operasi dapat dilakukan sedini mungkin bila penderita layak menjalaninya. Pada penderita dengan tanda-tanda infeksi terutama pada
open NTD maka perlu dilakukan perawatan lokal dan pemberian antibiotik dosis tinggi Satyanegara, 2010.
2.6. Tikus Putih Rattus norvegicus
2.6.1. Taksonomi Tikus Putih Rattus norvegicus
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Klas : Mammalia
Subklas : Theria
Ordo : Rodentia
Subordo : Myomorpha
Superfamili : Muroidea
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : norvegicus Baker et al, 2013
2.6.2. Biologi Tikus Putih Rattus norvegicus
Berikut ini merupakan data biologi tikus putih yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Biologis tikus putih Rattus norvegicus Sharp Villano, 2012
Parameter Nilai
Masa hidup 2,5-3,5 th
Berat Badan BB BB dewasa jantan
450-520 g BB dewasa betina
250-300 g Suhu tubuh
35,9-37,5ºC Luas permukaan tubuh cm
2
10,5 Asupan makan g 100 g BB hari
5-6 Asupan minum ml 100 g BB hari
10-12 Volume urin ml 100 g BB hari
5,5 Total cairan tubuh ml 250 g BB
167 Cairan ekstraseluler ml 250 g BB
92,8 Cairan intraseluler ml 250 g BB
74,2 Perkembangan peristiwa penting
Turunnya testis 15-50 hari
Pubertas jantan 39-47 hari
Pubertas betina 34-38 hari
Kedewasaan social 160-180 hari
Menopause 450-540 hari
Reproduksi Siklus estrus
4-6 hari Kehamilan
21-22 hari Keturunan
6-14 keturunan Maksimum menghasilkan susu
12-14 ari pasca melahirkan
2.6.3. Kehamilan Tikus Putih Rattus norvegicus
Estrus atau birahi adalah suatu periode secara psikologis maupun fisiologis yang berarti bersedia menerima pejantan untuk kopulasi. Periode atau
masa dari permulaan periode birahi ke periode birahi berikutnya disebut dengan siklus estrus yang berlangsung selama enam hari. Siklus estrus
dibedakan menjadi lima fase yaitu proestrus, estrus, metestrus I, metestrus II dan diestrus. Setiap fase ini dapat diketahui dengan pemeriksaan apus
vagina Akbar, 2010.
Pada fase estrus, kopulasi tikus terjadi umumnya pada malam hari, betina akan mulai birahi pada pukul 16.00 sampai pukul 22.00 pada hari ketika