dengan sakral spina bifida. Pola definitif ini mungkin menyiratkan adanya hubungan antara mekanisme NTD dengan anomali perkembangan yang
terkait. Mereka berpostulat bahwa kelainan tambahan timbul sebagai akibat induksi mekanik oleh gangguan spesifik dari tabung saraf dan
jaringan sekitarnya Padmanabhan, 2006.
2.5.4. Klasifikasi dan Manifestasi Neural Tube Defects NTD
Neural Tube Defects dapat diklasifikasikan menjadi open NTD yang berarti jaringan sarafnya terekspostidak tertutup jaringan lain dan closed
NTD yang berarti jaringan saraf tertutup oleh jaringan lain Imbard et al, 2013. Sumber lain Nielsen et al, 2006; Sjamsuhidajat Jong, 2010
menggolongkan NTD menjadi dua golongan yaitu: 1.
Disrafia kranial
Disrafia kranial dapat berupa anensefalus yaitu kegagalan penutupan neuroporus kranial, serta dapat berupa ensefalokel, yaitu defek pada
tulang tengkorak dengan herniasi meninges dan otak. Anensefalus akan memberikan manifestasi yaitu tidak didapatkan otak dan
kranium. Meningoensefalokel banyak ditemukan di negara Asia Tenggara, seperti Indonesia. Angka kejadian diperkirakan satu per
5000 kelahiran bayi hidup Sjamsuhidajat Jong, 2010.
Manifestasi meningoensefalokel memberi gambaran berupa benjolan yang makin besar sejak lahir dan umumnya berada di garis tengah.
Kulit penutup tipis, licin dan tegang, tetapi dapat juga normal atau
tebal dan tidak rata. Bila isi defek lebih banyak cairan maka akan teraba padat dan berdungkul. Pada defek yang besar sering terlihat
pulsasi. Benjolan dapat kempis bila ditekan, tetapi bila menangis atau mengejan, benjolan akan meregang. Benjolan kistik yang berdinding
tipis memberi tanda transluminasi positif. Jarak antar orbita akan melebar jika meningoensefalokel di daerah nasofrontoetmoidal,
keadaan ini disebut hipertelorisme. Pada ensefalokel sering menimbulkan retardasi mental. Kelainan penyerta yang sering timbul
adalah hidrosefalus, sehingga harus selalu dipikirkan karena akan menentukan terapi dan prognosis Sjamsuhidajat Jong, 2010.
2.
Disrafia spinal
Disrafia spinal atau yang biasa disebut spina bifida, adalah terbelahnya arkus vertebra dengantanpa keterlibatan jaringan saraf dibawahnya.
Angka kejadian di negara Asia, termasuk Indonesia sekitar 0,1-0,3 per 1000 bayi lahir hidup. Spina bifida dapat diklasifikasikan menjadi lima
yaitu Ginsberg, 2007; L K, 2014:
a.
Spina bifida okulta
Spina bifida okulta merupakan suatu cacat pada lengkung vertebra yang dibungkus oleh kulit dan biasanya tidak mengenai jaringan
saraf yang ada di bawahnya. Cacat ini umumnya terjadi di daerah lumbosakral L4-S1, dengan ciri khas plak rambut yang menutupi
daerah yang cacat. Hal ini disebabkan karena tidak menyatunya