Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Proses Produksi Biodiesel dari

4.3.4 Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Proses Produksi Biodiesel dari

Minyak Biji Nyamplung Aspek penting yang diperhitungkan dalam menentukan kalayakan rancangan proses adalah penilaian kelayakan teknis dan penilaian kelayakan finansial Zhang et al. 2003 4.3.4.1 Kelayakan Teknis. Rancangan proses produksi biodiesel dari minyak biji nyamplung yang dihasilkan memenuhi kelayakan teknis karena dapat menghasilkan biodiesel yang secara teknis layak digunakan. Biodiesel yang dihasilkan sebagian besar telah memenuhi persyaratan SNI 04-7182-2006 yaitu untuk parameter massa jenis, angka setana, titik nyala mangkok tertutup, korosi kepingan tembaga, air dan sedimen, suhu distilasi 90, kandungan belerang, kandungan fosfor, kadar gliserol total, kadar gliserol bebas, kadar alkil ester, dan angka iodium. Uji kinerja khususnya konsumsi bahan bakar pada mesin diesel statis dari biodiesel yang dihasilkan menunjukkan bahwa penggunaan biodiesel dari biji nyamplung hingga campuran 30 tidak berbeda nyata dengan solar. Uji pengaruh biodiesel terhadap mesin menunjukkan bahwa deposit pada kepala silinder dan piston tidak berbeda nyata dengan solar dan kinerja mesin tidak terganggu pada penggunaan biodiesel dari biji nyamplung hingga campuran 30. 4.3.4.2 Kelayakan Finansial. Menurut Zhang et al. 2003 selain penilaian teknis, perancangan proses perlu dilakukan penilaian finansial dan analisis sensitivitas. Kreteria finansial yang dimaksud diantaranya meliputi harga produk biodiesel pada skala BEP dan keuntungan yang dihitung berdasarkan analisis total biaya produksi dan total pendapatan dari penjualan produk. Penilaian aspek finansial dalam penelitian ini ditekankan pada analisis finansial. Basis perhitungan yang digunakan untuk analisis finansial adalah kapasitas produksi optimum yaitu 93,46 kgjam. Penilaian kelayakan finansial menggunakan kriteria kelayakan yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, dan Net Benefit Cost Ratio Net BC rasio, Payback Period PBP, dan Break Event Point BEP. Asumsi. Analisis finansial produksi biodiesel dari minyak biji nyamplung didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Basis perhitungan adalah 93,46 kgjam atau 386 ton biodieseltahun 2472 ton biji nyamplung tahun atau setara dengan 1308 kg biodieselhari 8379 kg biji nyamplung hari. 2. Biaya investasi langsung dan tidak langsung disusun menurut Peters dan Timmerhaus 1980. Biaya investasi langsung terdiri atas biaya pembelian peralatan PEC 100 ditambah dengan pemasangan peralatan 10 PEC, instrumen dan kontrol 3 PEC, perpipaan 5 PEC, listrik 2 PEC, pembelian tanah 2 PEC, bangunan 5 PEC, fasilitas industri 5 PEC. Biaya investasi tidak langsung dihitung berdasarkan biaya investasi langsung DC terdiri atas engineering dan supervisi 1 DC, biaya konstruksi 5 DC dan kontingensi 5 DC. 3. Biaya investasi digunakan untuk pendirian usaha baru. 4. Proses pembangunan dimulai pada tahun ke 0 dan pada tahun pertama proyek berproduksi sebesar 75, tahun kedua 90 dan mulai tahun 3 sebesar 100. 5. Persentase kredit terhadap modal sendiri adalah sebesar 70:30. 6. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun 0 dan pabrik mulai berproduksi pada tahun ke 1. 7. Umur ekonomi proyek 10 tahun disesuaikan dengan umur ekonomi mesin. 8. Pembayaran angsuran kredit investasi dan kredit modal kerja dimulai pada tahun-1 dengan jangka waktu pembayaran kredit selama lima tahun dan tingkat suku bunga tetap sebesar 16 . 9. Biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus dengan nilai sisa mesin dan peralatan sebesar 10 persen dari nilai investasi awal. 10. Masa ekonomis bangunan 20 tahun, mesin dan peralatan 10 tahun, peralatan kantor 5 tahun dan kendaraan 8 tahun. 11. Harga biji nyamplung Rp. 600 setara dengan kernel basah Rp 1260, kernel kering Rp1660 dan minyak nyamplung kasar Rp 3500, harga bahan baku sama selama 10 tahun. 12. Biaya pemeliharaan 2,5 pertahun dari nilai investasi awal. 13. Jumlah hari produksi dalam satu tahun adalah 295 hari atau 26 hari dalam 1 bulan dengan libur setahun maksimum 17 hari. Dalam sehari ditetapkan 2 shift kerja. 14. Kredit modal kerja disediakan untuk 3 bulan proses awal. 15. Biaya investasi dan biaya operasional konstan berdasarkan harga-harga yang berlaku pada bulan Maret 2008. 16. Harga produk biodiesel Rp 7200 kg atau Rp 6300 liter mengacu pada harga biodiesel yang dibeli pertamina dan harga biodiesel yang dibeli transpakuan di Bogor yaitu Rp6500. Harga produk samping terdiri atas : fraksi padat dari minyak nyamplung stearin dan palmitin Rp3000 liter, gliserol kotor Rp1000, kulit biji Rp195kg dan bungkil nyamplung Rp195kg. Produk terjual 100 dan harga produk sama selama 10 tahun. 17. Metanol yang digunakan kembali recovery pada proses esterifikasi 1 dan 2 masing-masing adalah 92 dan 97 sedangkan pada transesterifikasi adalah 94. Kondisi hasil percobaan tersebut mendekati Chang et al. 2003 yaitu sebesar 94. 18. Harga mesin dan bahan kimia ditentukan berdasarkan hasil survey pada Maret tahun 2008. 19. PBP dinyatakan layak apabila kurang dari 6 tahun 20. Perhitungan pajak dilakukan berdasarkan ketentuan undang-undang perpajakan nomor 17 tahun 2000 yaitu keuntungan kurang dari 25 juta rupiah dikenakan pajak sebesar 10 dan keuntungan antara 25-50 juta rupiah dikenakan pajak sebesar 10 pada 25 juta dan 15 persen sisanya, keuntungan di atas 50 juta rupiah dikenakan pajak 10 pada 25 juta pertama, 15 pada 25 juta kedua dan sisanya dikenakan pajak 30. Investasi Fixed Cost. Modal investasi atau modal tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan harta tetap, pembiayaan kegiatan praoperasi serta biaya lain yang berkaitan dengan pembangunan pabrik sampai pabrik siap beroperasi. Modal tetap meliputi biaya pengadaan lahan, biaya bangunan serta fasilitas penunjang, biaya pengadaan mesin dan peralatan produksi, sarana distribusi produk, peralatan kantor dan biaya persiapan. Adapun modal tetap yang dibutuhkan untuk investasi industri produksi biodiesel skala 1,31 ton biodieselhari sebesar R P 2.455.192.000 termasuk bunga yang harus dibayar selama masa pendirian usaha Interest During Constructions IDC. Perincian modal investasi industri biodiesel dapat dilihat pada Lampiran 21. Biaya Operasional . Biaya operasional terdiri atas dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri atas gaji karyawan, penyusutan, perbaikan dan perawatan dan administrasi kantor dan telpon. Biaya variabel terdiri atas biaya bahan baku, bahan kimia, tenga kerja langsung, bahan bakar dan kemasan. Biaya tetap per tahun adalah Rp 370.424.885 dan biaya variabel per tahun adalah Rp 2.400.974.564. Data biaya operasional dapat lihat pada lampiran 22. Modal kerja awal. Modal kerja awal adalah dana awal yang dibutuhkan agar pabrik dapat beropersi setelah pabrik selesai dibangun. Modal kerja digunakan untuk proses produksi seperti pengadaan bahan baku, bahan pembantu, biaya tenaga kerja, biaya pemeliharaan dan biaya administrasi. Modal kerja yang diperlukan selama 3 bulan adalah Rp 587.215.000. Rincian modal kerja awal dapat dilihat pada Lampiran 23. Struktur Pembiyaan. Sumber dana investasi dan modal kerja untuk industri menengah berasal dari pinjaman bank dan modal sendiri dengan sebesar 70:30. Tingkat suku bunga kredit investasi adalah 0,16 dan kredit modal kerja yang berlaku sebesar 0,16. Struktur pembiayaan industri untuk modal investasi adalah Rp 2.348.862.500 yang terdari atas Rp704.569.200 modal sendiri dan Rp 1.644.203.000 pinjaman bank sedangkan struktur pembiayaan untuk modal kerja selama 3 bulan adalah Rp 587.215.000 yang terdiri atas Rp 176.165.000 modal sendiri dan Rp 411.051.000 dari pinjaman. Rencana pengembalian kredit investasi dan bunga dibayarkan jangka waktu 10 tahun sedangkan untuk modal kerja dibayarkan jangka waktu 5 tahun. Pembangunan industri biodiesel dilakukan pada tahun ke 0. Pengembalian angsuran kredit investasi dan modal kerja dibayarkan pada awal tahun 1, untuk modal investasi dilunasi pada tahun ke 10 dan untuk modal kerja dilunasi pada tahun ke 5. Besarnya pembayaran kredit investasi dan modal kerja yang dibayarkan setiap tahun dapat dilihat pada Lampiran 24. Perkiraan Rugi Laba. Perkiraan rugi laba merupakan ringkasan penerimaan dari hasil penjualan produk dan seluruh biaya yang dikeluarkan pabrik setiap tahun dalam jangka waktu tertentu 10 tahun. Laba bersih adalah nilai yang diperoleh dari pengurangan total penerimaan dengan total pengeluaran, termasuk bunga pinjaman dan pajak penghasilan. Perkiraan pendapatan merupakan penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan Biodiesel dan produk samping dengan jumlah dan harga seperti yang tercantum pada Lampiran 25. Perkiraan pendapatan per tahun pada tahun ke tiga yang akan diperoleh industri biodiesel adalah Rp 3.314.139.619. Perkiraan laba adalah total penerimaan dikurangi biaya operasional. Terdapat dua katagori laba yaitu sebelum dikurangi pajak dan setelelah dikurangi pajak. Berdasarkan asumsi yang ditetapkan, maka diperkirakan laba operasi maksimum akan diperoleh laba pada tahun ke tiga sebesar Rp 542.623.619 per tahun dan laba bersih per tahun pada tahun ke tiga adalah Rp 259.060.405. Laba tersebut didapatkan apabila selain biodiesel pabrik juga menjual produk sampingnya yaitu gliserol kasar, fraksi padat minyak stearin kasar dan kulit biji nyamplung. Apabila pabrik hanya memproduksi dan menjual biodiesel saja maka secara ekonomi tidak layak karena biaya produksi per kg mencapai Rp 7298 dan harga jual biodiesel mencapai Rp 8600. Jika pabrik selain biodiesel 385.990 kg juga menjual produk samping yang dihasilkan yaitu gliserol 52.609 kg, stearin kasar 29.603 kg maka biaya produksi biodiesel dapat ditekan menjadi Rp 5982kg dan harga jual biodiesel menjadi Rp 7200kg atau Rp 6300liter. Proses produksi biodiesel melalui proses esterifikasi dan transesterifikasi dari minyak bekas dengan kadar ALB tinggi memerlukan biaya produksi paling tinggi yaitu 0,776 dibandingkan dengan produksi biodiesel dari bahan baku minyak murni melalui satu tahap transesterifikasi yaitu 0,759 , dan produksi biodiesel dari minyak bekas melalui proses transesterifikasi dengan katalis basa dan asam masing-masing yaitu 0,592 dan 0,635 Zhang et al. 2003. Perkiraan Aliran Kas. Aliran kas merupakan laporan penerimaan dan total pengeluaran kas tahunan, yang menunjukkan transaksi uang tunai yang berlangsung selama periode kajian tertentu. Berdasarkan aliran kas maka dapat diketahui kondisi kas perusahaan pada setiap akhir tahun. Aliran kas masuk meliputi laba bersih penyusutan, nilai sisa modal, modal sendiri dan modal pinjaman yang masuk ke kas perusahaan. Aliran kas keluar meliputi biaya investasi, biaya modal kerja, biaya penggantian fasilitas dan pembayaran pinjaman. Berdasarkan hasil perkiraan aliran kas seperti yang disajikan pada Lampiran 26, akumulasi aliran kas industri biodiesel mencapai nilai positif pada tahun ke lima sebesar Rp 23.522.632. Kriteria Kelayakan. Kreteria kelayakan yang digunakan dalam analisis finansial adalah BEP, NPV, IRR, net BC, PBP dan ROI. Nilai-nilai kriteria tersebut menggambarkan apakah rancangan produksi biodiesel yang dikembangkan layak dari aspek finansial. 1. Break Even Point BEP. BEP terjadi jika total pengeluaran total cost sama dengan total pendapatan total revenue. Skala BEP diperoleh pada produksi biodiesel 70,8 tontahun, stearin 5,4 tontahun, dan gliserol kasar 9,6 ton kgtahun dengan nilai penjualan biodiesel dan produk sampingnya sebesar Rp 541.860.269,6 per tahun. Proses produksi biodiesel melalui proses esterifikasi dan transesterifikasi dari minyak bekas dengan kadar ALB tinggi mempunyai skala BEP harga paling tinggi yaitu 884 ton dibandingkan dengan produksi biodiesel dari bahan baku minyak murni melalui satu tahap transesterifikasi yaitu 857 ton dan produksi biodiesel dari minyak bekas melalui proses transesterifikasi dengan katalis basa dan asam masing-masing yaitu 644 ton dan 702 ton Zhang et al. 2003. 2. Net Present Value NPV. NPV selisih antara nilai sekarang dengan investasi awal. Jika NPV positif maka usaha dinyatakan layak. NPV = Nilai sekarang – Investasi awal. NPV dari hasil perhitungan adalah Rp 366.166.218,8 sehingga dinyatakan layak.

3. Interest Of Return IRR. IRR adalah nilai tingkat bunga discount rate yang

membuat nilai NPV = 0. Jika nilai IRR lebih besar dari nilai suku bunga yang berlaku IRR I maka suatu perencanaan usaha dinyatakan layak. Nilai IRR dari perhitungan adalah 33,5 sehingga dinyatakan layak karena lebih besar dari tingkat bunga bank yaitu 16.

4. Net Benefit –Cost Ratio Net BC. Nisbah Net BC adalah angka

perbandingan antara jumlah present value positif dengan present value negatif. Nilai nisbah net BC lebih besar dari atau sama dengan satu proyek dinyatakan layak, sebaliknya jika nisbah net BC kurang dari satu proyek dinyatakan tidak layak. Nilai Net BC dari analisis finansial ini adalah 2,1 sehingga dinyatakan layak.

5. Pay Back Period PBP. Pay back period merupakan perbandingan antara

investasi awal dengan keuntungan. Usaha dinyatakan layak apabila PBP lebih kecil dari pay back yang ditetapkan. Hasil analisis PBP adalah 4,9 tahun dinyatakan layak karena lebih kecil dari PBP yang ditetapkan yaitu 6 tahun.

6. Return on Investment ROI. ROI adalah perbandingan antara laba usaha

dengan modal usaha. Nilai ini digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ROI adalah kemampuan pengusaha menghasilkan laba dan kemampuan mengembalikan modal. Hasil perhitungan ROI diperoleh nilai 0,23 artinya modal sebesar Rp100 diperoleh keuntungan sebesar Rp23.