4.2.2 Karakterisasi Minyak Nyamplung Pengujian Sifat Fisiko Kimia Minyak Biji Nyamplung.
Minyak nyamplung yang digunakan dalam percobaan diperoleh dari pengrajin minyak
nyamplung dari Kecamatan Ambal Kebumen Jawa Tengah. Hasil analisis sifat fisiko kimia minyak biji nyamplung tersebut disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Sifat fisiko-kimia minyak biji nyamplung dari Kebumen Karakteristik fisiko-kimia
Hasil nalisis Pustaka
Kadar air 0,25
- Densitas pada suhu 20
C 0,944 gml
0,920-0,940 gml
Debaut et al.
2002
Viskositas suhu 40 C 60,96
cSt Kental
Debaut et al. 2002
Bilangan asam 59,94 mg KOHg
14,65 mg KOHg
Kilham 2004
Kadar asam lemak bebas 29,53
7,4
Debaut et al. 2002
Bilangan penyabunan 198,1 mg KOHg
- Bilangan Iod
86,42 mgg 100-115 mgg
Debaut et al.
2002
Indek refraksi 1,477
1,4750-1,4820
Debaut et al. 2002
Penampakan Hijau gelap dan kental
dengan bau menyengat Hijau dan kental bau
seperti olive oil
Debaut et al.
2002
Minyak biji nyamplung yang dihasilkan dengan pengepresan menggunakan alat kempa hidrolik di Puslitbang Kehutanan Bogor mempunyai karakteristik fisiko-
kimia yang hampir sama dengan minyak nyamplung dari Kebumen. Ada perbedaan karakteristik minyak nyamplung hasil percobaan dengan kajian pustaka khususnya
mengenai kadar ALB, hal ini disebabkan karena perbedaan perlakuan penanganan pasca panen. Minyak nyamplung hasil pengepresan mempunyai kategori bermutu
rendah dan tidak bisa diproses menjadi biodiesel dengan proses satu tahap transesterifikasi.
Pengujian Fisiko-Kimia Minyak Biji Nyamplung setelah Degumming.
Walaupun penampakan minyak nyamplung sebelum dan setelah degumming sangat berbeda sekali akan tetapi karakteristiknya tidak jauh berbeda dengan
sebelum degumming. Karaktekteristik minyak nyamplung hasil degumming dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Karakteristik minyak nyamplung hasil degumming Karakteristik
Hasil Analisis Air
0,58 Densitas pada suhu 20
C 0,940 grml
Bilangan asam 54,1792
mg KOHg Kadar asam lemak bebas
27,21 Indek refraksi
1,478 Viskositas suhu 40
C 57,42 cSt
Proses degumming hanya menghilangkan kotoran yang berupa koloid seperti gum, fosofolipid dan lipoprotein pada minyak sehingga tidak berdampak
banyak pada bilangan asam, viskositas dan karakteristik yang lain. Adanya sedikit penurunan viskositas kemungkinan disebabkan oleh hilangnya gum dan kotoran
lain karena proses degumming. Sejumlah kecil asam lemak bebas rantai pendek kemungkinan ikut tercuci sehingga terjadi penurunan bilangan asam dalam jumlah
yang kecil. Peningkatan kecil terhadap kadar air diduga disebabkan karena pengaruh adanya proses pencucian.
Pengujian Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Nyamplung. Minyak
nyamplung mengandung asam lemak yang terdiri asam lemak jenuh tidak mempunyai ikatan rangkap dan asam lemak tidak jenuh mempunyai ikatan
rangkap. Komposisi asam lemak penyusun minyak nyamplung dibandingkan asam lemak bahan baku biodiesel lain dapat dilihat pada Tabel 25 sedangkan
kromatogramnya dapat dilihat pada Gambar 12. Minyak nyamplung tersusun oleh empat jenis asam lemak utama yaitu asam palmitat 14,26, asam stearat
19,96, asam oleat 37,57 dan asam linoleat 26,33. Total keseluruhan dari empat jenis asam lemak utama tersebut mencapai 98,12.
Jumlah empat jenis asam lemak utama yaitu asam palmitat, asam stearat, asam oleat dan asam linoleat pada minyak jarak pagar 93,1, minyak kelapa sawit
97,7 dan minyak kedele 90,4, dengan demikian minyak nyamplung mempunyai kemiripan dengan minyak-minyak tersebut.
Tabel 25 Komposisi asam lemak minyak nyamplung dibandingkan minyak lain Komponen Minyak
Nyamplung
a
Minyak Jarak Pagar
b
CPO
c
Minyak Kedele
d
Asam Palmitat C16:0 14,26
11,9 43,79
10,3 Asam stearat C18:0
19,96 5,2
4,42 3,9
Asam Oleat C 18:1 37,57
29,9 39,9
22,1 Asam Linoleat C 18:2
26,33 46,1
9,59 54,1
Asam Linolenat C 18:3 0,27
4,7 0,17
8,3 Asam Arachidat C20:0
0,94 0,15
0,38 0,3
Asam Erukat C20:1 0,32
- -
0,4 Asam Behenat C22:0
0,53
a: hasil analisis b:
Haas Mittelbach 2000
, c: Darnoko et al. 2001, d: Hui 1996
Minyak jarak pagar, CPO dan minyak kedele sudah terbukti dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dan karena minyak nyamplung
mempunyai kemiripan sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Gambar 12 Kromatogram metil ester dari analisis GC minyak biji nyamplung.
4.2.3 Pemilihan Proses