IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Perancangan proses pada penelitian ini mengacu pada Seider et al. 1999 yang terdiri atas tiga tahap yaitu 1 analisis peluang dan permasalahan, 2 kreasi
proses dan 3 pengembangan proses.
4.1. Analisis Peluang dan Permasalahan 4.1.1 Analisis peluang
Peluang usaha produksi biodiesel cukup baik karena adanya Program Pengembangan Bahan Bakar Nabati oleh Pemerintah Rebublik Indonesia sesuai
dengan Instruksi Presiden No. 1 tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati biofuel dan Peraturan Presiden No 5 tahun 2006 tentang
kebijakan energi nasional. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM menargetkan produksi biodiesel Indonesia pada tahun 2009, 2010, 2015
dan 2025 masing-masing adalah 0,568, 0,720, 1,500 dan 4,700 milyar liter. Peluang usaha produksi biodiesel juga dapat dilihat dari harga biodiesel. Harga
biodiesel berdasarkan Harga Patokan Ekspor HPE yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian mencapai 1035 US mt http:www.depperin.go.id, 25
April 2008. Salah satu bahan baku biodiesel potensial adalah biji nyamplung dengan kandungan minyak mencapai 75 Dweek dan Meadows 2002 dan
taksiran produksi minyak per hektar per tahun mencapai 2,45 ton melebihi tanaman jarak pagar.
4.1.2 Analisis Permasalahan
Tanaman nyamplung hanya berproduksi setahun dua kali Joker 2004; Friday dan Okano 2005; Sutarno 2008, komunikasi pribadi. Karena kondisi
demikian, maka untuk memenuhi kebutuhan industri harus dilakukan penyimpanan akibatnya terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas ALB yang
cukup tinggi. Kondisi ALB yang tinggi disebabkan pula oleh karakteristik biji nyamplung itu sendiri. Untuk dapat diambil minyaknya dengan pengepresan, inti
nyamplung harus dikeringkan terlebih dahulu Dweek dan Meadows 2002; Friday dan Okano 2005. Pada saat pengeringan terjadi peningkatan kadar asam lemak
bebas yang cukup besar. Minyak biji nyamplung secara sederhana diproduksi oleh petani dari Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen Jawa Tengah yang mempunyai
kenampakan hijau gelap kotor serta kadar asam lemak bebas ALB sangat tinggi mencapai 30. Minyak nabati dengan kadar ALB tinggi tidak dapat diproses
menjadi biodiesel dengan transesterifikasi karena akan terbentuk emulsi sabun yang menyulitkan pemisahan metil ester Canakci dan Van Gerpen, 2001; Lele
2005, Tyson 2005. Persyaratan minyak nabati pada transesterifikasi dengan katalis
basa adalah ≤ 5 Canakci dan Van Gerpen, 1999. Dengan kondisi demikian
maka rumusan masalahanya adalah bagaimana rancangan proses produksi biodiesel dari minyak biji nyamplung yang mempunyai kenampakan kotor dan kadar ALB
sangat tinggi ?
4.2 Kreasi Proses 4.2.1 Pengepresan dan Degumming
Analisis Biji Nyamplung. Hasil analisis komposisi biji nyamplung tanpa
kulit inti atau kernel dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Komposisi inti nyamplung
No. Komponen Hasil
analisis 1.
Minyak 49,43
2. Protein
7,49 3.
Karbohidrat 5,38
4. Air
23,04 5.
Serat kasar 13,26
6. Abu
1,4 Inti nyamplung apabila dikonversi pada kondisi kering dengan kadar air 3,3
maka kandungan minyak mencapai 61,20. Kandungan minyak tersebut jauh lebih kecil dari informasi pustaka yang menyebutkan bawa biji nyamplung yang kering
dengan kadar air 3,3 mempunyai kandungan minyak 71,4 Heyne 1987,