BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar
yang bukan saja terfokus pada hasil yang dicapai peserta didik, melainkan bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan
pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan, dan mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku yang aplikatif dalam kehidupan.
Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan supaya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik Pasal 19, PP No.19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jadi kegiatan atau aktivitas
dalam belajar sangat diperlukan untuk menciptakan pengalaman belajar tersebut. Pengalaman tersebut akan dijadikan dasar bagi peserta didik dalam
kehidupan bermasyarakat. Kegiatan belajar siswa dapat terjadi dalam pembelajaran. Pembelajaran
pada hakekatnya merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik
1
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar belajar dengan baik, sehingga
dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas belajar peserta didik secara aktif dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran selalu berkaitan dengan aktivitas peserta didik.
Aktivitas adalah tingkah laku atau kegiatan yang dilakukan seseorang. Aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran
disebut aktivitas belajar. Aktivitas belajar peserta didik berupa keterlibatannya dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam pembelajaran
guna mencapai keberhasilan belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Jadi aktivitas belajar adalah segala kegiatan peserta didik
dalam pembelajaran atau interaksi peserta didik dengan lingkungan belajarnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Semakin tinggi
aktivitas belajar peserta didik maka menunjukkan belajar secara aktif. Oleh karena itu, aktivitas atau interaksi menjadi faktor yang sangat penting dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran harus mempunyai tujuan yang ingin dicapai
dan tersusun pada tujuan instruksional yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya
model pembelajaran yang tepat sehingga tujuan tersebut dapat tercapai dengan sukses. Untuk itu, guru harus mampu memilih model pembelajaran
sesuai dengan yang diharapkan. Namun, dalam pelaksanaannya
pembelajaran masih berpusat pada guru. Padahal, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pembelajaran lebih menekankan pada pembelajaran
siswa aktif, tetapi masih banyak guru yang belum melaksanakan pembelajaran tersebut. Model yang mereka gunakan masih konvensional,
padahal model pembelajaran yang interaktif banyak pilihannya yang dapat digunakan oleh guru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianingsih, salah satu guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 19 Semarang ternyata kondisi
pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih menggunakan metode ceramah bervariasi yaitu perpaduan antara ceramah
dan tanya jawab. Hal ini dikarenakan materi pelajaran yang sangat banyak. Sementara aktivitas peserta didik menjadi rendah karena peserta didik hanya
duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru. Akibatnya, peserta didik menjadi pasif dalam proses pembelajaran. Selain itu, minat peserta didik
pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi rendah dan dampaknya hasil belajar akan rendah pula. Hal ini menyebabkan siswa pasif
dalam pembelajaran hanya duduk, mendengar, dan mencatat saja, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi rendah. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah perlunya penerapan suatu model pembelajaran yang inovatif. Hasil wawancara studi
pendahuluan dapat dilihat di lampiran 1. Pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student center approach
menjadi salah satu alternatif dalam pendidikan saat ini karena pembelajaran
dengan model konvensional dirasa kurang tepat. Hal tersebut disebabkan pembelajaran dengan model konvensional hanya berpusat pada guru tanpa
memperhatikan aktivitas belajar peserta didik. Seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan tuntutan kurikulum memaksa
adanya pembaharuan dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran agar pembelajaran berorientasi pada
peserta didik. Aktivitas belajar atau interaksi belajar antarpeserta didik sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuannya sebagai makhluk
sosial, dimana hal ini akan menjadikan bekal baik untuk belajar dan bersosial di masyarakat. Salah satu model pembelajaran yang mengacu pada
keaktifan peserta didik adalah model pembelajaran cooperative learning. Model pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran
yang sesuai untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran Cooperative Learning lebih
memusatkan pembelajaran pada peserta didik secara bersama-sama untuk mengembangkan pemahaman dan sikap sesuai dengan kehidupan nyata di
masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan aktivitas, motivasi, produktivitas, dan
perolehan belajar. Kesuksesan kelompok menjadi tujuan dari model
pembelajaran Kooperatif. Hal yang spesial dalam pembentukan kelompok Kooperatif dilaksanakan secara heterogen, baik dalam kemampuan
akademis, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya. Model pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa jenis tipe. Pada penelitian ini digunakan
model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian sebelumnya yang berjudul Upaya Meningkatkan Aktivitas
Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tegal pada Mata Pelajaran PKn melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw menunjukkan bahwa
aktivitas belajar peserta didik meningkat mulai dari 72,5 menjadi 87,5 Rodiati, 2008. Penelitian ini terbukti efektif dalam meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Hal ini akan berpengaruh pada perolehan hasil belajar peserta didik pula.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul
“Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII di
SMP Negeri 19 Semarang ”
B. Rumusan Masalah