S ix Sigma TINJAUAN PUSTAKA

iv. Biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan harus memberikan jaminan atau garansi bagi konsumen bahwa produk yang dihasilkan adalah baik product liability costs v. Biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan tidak dipercaya oleh konsumen sehingga konsumen tidak mau lagi membeli produk ke perusahaan tersebut lost sales cost.

2.5. S ix Sigma

Six sigma adalah metode untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas. Six sigma adalah penerapan metodik dari alat penyelesaian masalah statistik untuk mengidentifikasi dan mengukur pemborosan dan menunjukkan langkah-langkah untuk perbaikan Brue, 2005. Metode ini diterapkan perusahaan Motorola sejak tahun 1986 dan merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen mutu Gaspersz, 2003. Six sigma merupakan suatu target 3,4 Defect Per Million Opportunities DPMO yang memungkinkan karakteristik mutu diukur dari perspektif jumlah cacat yang sebenarnya dibanding total peluang terjadinya cacat Muslim, 2005. Nama “Six sigma” berasal dari tingkatan mutu : performa pada tingkatan enam sigma yang berarti hanya 3,4 DPMO. Abjad Yunani Sigma adalah lambang dalam statistik untuk deviasi standar, suatu ukuran variasi Brue, 2005. Sigma mengukur kemampuan proses untuk menghasilkan produk tanpa cacat. Indeks pengukuran yang sering digunakan adalah “defect per unit ”. Nilai sigma mengindikasikan seberapa sering kecacatan terjadi. Semakin meningkat nilai sigma, jumlah cacat semakin sedikit sehingga biaya dan cycle time menurun. Selain itu tingkat kepuasan pelanggan akan semakin meningkat Muslim, 2005 Menurut Breyfogle dalam Rahardjo 2003, sigma merupakan tingkat variabilitas yang menyatakan performance dari suatu proses. Tingkat mutu enam sigma merupakan tingkat mutu dimana proses dengan penyebaran enam sigma terhadap rataan proses masih memenuhi spesifikasi. Six sigma juga diartikan sebagai tingkat mutu, dimana 3,4 kecacatan dihasilkan dari satu juta kesempatan terjadinya. General Electric GE sebagai salah satu perusahaan yang sukses menerapakan six sigma menyatakan bahwa six sigma merupakan proses disiplin tinggi yang membantu mengembangkan dan menghantarkan produk mendekati sempurna. Six sigma bukan hanya merupakan inisiatif kualitas, tetapi juga merupakan inisiatif bisnis unutk mendapatkan dan menghilangkan penyebab kesalahan atau cacat pada output proses bisnis yang penting di mata pelanggan. Six sigma dapat dijelaskan dalam dua perspektif, yaitu perspektif statistik dan perspektif metodologi Hendradi, 2006. Pada perspektif statistik, sigma σ merupakan huruf Yunani yang dikenal sebagai standar deviasi yang menyatakan nilai simpanganterhadap nilai tengah dalam statistik. Suatu proses dikatakan berjalan baik apabila berjalan pada suatu rentang yang telah disepakati. Rentang tersebut memiliki batas atas atau USL Upper Spesification Limit dan batas bawah atau LSL Lower Spesification Limit. Proses yang terjadi di luar rentang disebut cacat defect. Proses 6 σ adalah proses yang hanya menghasilkan 3,4 DPMO Defect Per Million Opportunity. DPMO tidak hanya sekedar cacat saja tapi juga merupakan rasio cacat dibandingkan dengan peluang jumlah kemungkinan cacat yang terjadi Hendradi, 2006. Pada perspektif metodologi, six sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui fase DMAIC Define, Measure, Analyze, Improvement dan Control. DMAIC merupakan jantung analisis six sigma yang menjamin Voice of Customer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk yang diinginkan memuaskan keinginan pelanggan Hendradi, 2006 Ada banyak pengertian mengenai six sigma. Six sigma diartikan sebagai metode berteknologi canggih yang digunakan oleh para insinyur dan statistikawan dalam memperbaiki atau mengembangkan proses atau produk. Six sigma diartikan demikian karena kunci utama perbaikan six sigma menggunakan metode-metode statistik, meskipun tidak secara keseluruhan membicarakan tentang statistik Miranda dan Tunggal, 2002. Pengertian six sigma lainnya adalah tujuan mendekati kesempurnaan dalam mencapai kebutuhan pelanggan. Ada juga yang mengartikan six sigma sebagai usaha mengubah budaya perusahaan untuk mencapai kepuasan pelanggan, keuntungan dan persaingan yang jauh lebih baik. Kunci utama pengertian di atas adalah pengukuran, tujuan dan budaya perusahaan Miranda dan Tunggal, 2002. Definisi secara lebih lengkap dan jelas adalah six sigma merupakan suatu sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, memberikan dukungan dan memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman akan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data dan analisis statistik secara terus-menerus memperhatikan pengaturan, perbaikan dan mengkaji ulang proses usaha Miranda dan Tunggal, 2002. Menurut Gaspersz 2005, beberapa keberhasilan Motorola yang perlu dicatat dari aplikasi program six sigma adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan produktivitas rataan 12,3 persen per tahun 2. Penurunan Cost of Poor Quality COPQ lebih daripada 84 persen 3. Eliminasi kegagalan dalam proses sekitar 99,7 persen 4. Penghematan biaya manufakturing lebih dari 11 milyar 5. Peningkatan tingkat pertumbuhan rataan tahunan 17 persen dalam penerimaan, keuntungan dan harga saham Motorola. Keuntungan penerapan six sigma menurut Miranda dan Tunggal 2002 adalah : 1. Dimulai dari pihak pelanggan. Six sigma mengukur permintaan dalam arti yang sebenarnya dari apa yang dibutuhkan oleh pelanggan. Hal ini menguntungkan kedua belah pihak dan memikirkan apa-apa saja yang benar-benar penting. 2. Menyediakan pengukuran yang bersifat konsisten. Dengan berfokus pada cacat atau kemungkinan terjadinya cacat, pengukuran six sigma dapat digunakan untuk mengukur dan membendingkan proses yang benar-benar berbeda di dalam organisasi atau antar organisasi. 3. Menyatukan tujuan yang penuh ambisi. Dengan memusatkan perhatian seluruh organisasi pada tujuan kinerja 99,9997 persen dapat membuat perbaikan yang cukup nyata. Blakeslee dalam Gaspersz 2003 menyatakan bahwa untuk menciptakan iklim organisasi yang mampu mendukung usaha-usaha six sigma , manajemen organisasi perlu memperhatikan tujuh prinsip berikut : 1. Keberhasilan usaha implementasi six sigma harus diarahkan oleh para pemimpin yang memiliki komitmen kuat. Tujuan six sigma yang terfokus dan energi yang dibutuhkan untuk mengarahkan proses six sigma dalam organisasi membutuhkan kepemimpinan manajemen para pemimpin puncak organisasi. 2. Usaha-usaha six sigma harus diintegrasikan dengan inisiatif-inisiatif, strategi bisnis dan ukuran kinerja kunci. Organisasi yang berhasil dengan six sigma adalah yang mampu mengintegrasikan implementasi six sigma dengan inisiatif organisasi, strategi bisnis dan matriks kinerja kunci. 3. Keberhasilan usaha six sigma didukung oleh suatu kerangka kerja pemikiran proses. Six sigma tidak dapat diimplementasikan secara efektif dalam suatu organisasi tanpa pemetaan yang tepat dari proses bisnis yang ada. Pihak-pihak yang terlibat dalam six sigma harus mengetahui dan menyetujui proses-proses yang akan dilibatkan, apa yang diinginkan pelanggan terhadap output yang dihasilkan serta mendefinisikan kemampuan proses dalam nilai sigma pada saat sekarang maupun targetnya di masa yang akan datang. 4. Six sigma membutuhkan kedisiplinan pengumpulan informasi dari pelanggan dan pasar. Agar usaha-usaha six sigma dapat berhasil, dibutuhkan kedisiplinan pengumpulan informasi berkaitan dengan tingkat kepuasan dan loyalitas pelanggan sepanjang waktu. Informasi berbentuk cerita tentang apa yang diinginkan oleh pelanggan dan pasar tidak akan efektif dalam six sigma karena six sigma membutuhkan informasi yang spesifik, dapat diamati dan diukur. 5. Proyek-proyek six sigma harus menghasilkan manfaat atau hasil-hasil nyata bagi organisasi. 6. Usaha-usaha six sigma dipimpin oleh pemimpin tim yang terlatih dan bekerja penuh waktu. Six sigma sebagi pendekatan intensif dalam peningkatan kualitas membutuhkan disiplin dan komitmen orang- orang yang terlibat dalam proyek itu. 7. Six sigma dilaksanakan secara terus-menerus melalui keberlangsungan penguatan langsung direct reinforcement dan balas jasa dari pemimpin organisasi yang selalu mendukung inisiatif dan tim peningkatan mutu yang melaksanakan proyek-proyek six sigma. Mengingat six sigma berbeda dengan program peningkatan mutu yang lain, insentif-insentif baru harus dibagi kepada orang-orang yang terlibat dalam proyek six sigma agar organisasi six sigma dapat bergerak ke arah yang benar. Sistem kompensasi harus dirumuskan secara adil dalam proyek-proyek six sigma. Menurut Hendradi 2006, secara sederhana pengukuran tingkat six sigma dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Tetapkan apa yang diinginkan oleh pelanggan voice of customer terhadap suatu produk. 2. Ubahlah keinginan pelanggan dalam suatu ukuran, hal ini disebut Critical to Quality atau Y. 3. Mencai hubungan hasil Y dengan proses-proses yang menyertai X. Hubungan Y dan X dinyatakan dalam sistem Closed Loop, Y=fX . Level sigma dari kinerja sering diekspresikan dalam kesalahan per sejuta peluang DPMO. DPMO mengindikasikan berapa banyak cacat yang akan muncul jika sebuah aktivitas diulang satu juta kali. Dalam melakukan kalkulasi dengan memfaktorkan peluang-peluang dalam defect yang telah ditentukan dalam quality control, perusahaan dituntut untuk lebih realistis dalam menyamakan kinerja dan proses-proses yang berbeda. DPMO juga menggambarkan secara sederhana mutu dan kapabilitas dari sebuah proses seperti ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel konversi nilai sigma dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 2. Konversi level sigma yang disederhanakan. COPQ DPMO Level Sigma Tidak dapat dihitung 691.462,00 sangat tidak kompetitif 1,0 Tidak dapat dihitung 308.538,00 rataan industri Indonesia 2,0 25-40dari penjualan 66.807,00 3,0 15-25 dari penjualan 6.210,00 rataan industri USA 4,0 5-15 dari penjualan 233,00 5,0 1 dari penjualan 3,40 industri kelas dunia 6,0 Setiap peningkatan atau pergeseran 1-sigma akan memberikan peningkatan keuntungan sekitar 10 dari penjualan. Sumber : Gaspersz , 2003. Sejak dimulainya prakarsa six sigma, komitmen dan komunikasi merupakan hal yang krusial. Para pemimpin eksekutif harus mendukung dan mempromosikan prakarsa itu dan memberi informasi mengenai six sigma serta semua perkembangannya. Prakarsa itu juga tergantung pada orang- orang yang memainkan peran utama, yaitu yang bertanggung jawab untuk menggunakan teknik dan perangkat six sigma demi mencapai hasil Brue, 2005.

2.6. Peran dalam six sigma