peralatan mesin, peralatan yang distel salah atau karyawan yang lelah dan tidak terlatih dapat menjadi sumber-sumber terjadinya variasi yang dapat
dihilangkan assignable variations. Sampling penerimaan adalah bentuk pengujian yang mencakup
kegiatan yang mengambil sampel acak dari kumpulan atau ”lot” produk yang telah selesai diproduksi dan mengukurnya sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya. Sampling lebih ekonomis daripada melakukan inspeksi 100. Mutu sampel digunakan untuk menilai mutu setiap barang
yang ada di kumpulan tersebut. Kurva Karakteristik Operasi Operating Characteristic membantu sampling penerimaan dan memberikan manajer
suatu teknik untuk mengevaluasi mutu produksi atau kiriman barang. Kurva Karakteristik Operasi menjelaskan seberapa baik suatu rencana penerimaan
membedakan antara lot yang baik dengan lot yang buruk. Kurva tersebut menggambarkan rencana tertentu yaitu kombinasi dari n ukuran sampel
dan c tingkat penerimaan. Kurva itu digunakan untuk menunjukkan kemungkinan rencana tersebut menerima lot dengan tingkat mutu yang
beragam Heizer dan Render, 2001.
2.10. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan metode six sigma
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 : Penelitian terdahulu
No Nama Penulis
Judul Hasil
Penelitian 1
Anto Dilana, Departemen
Sosial Ekonomi Perikanan,
Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, 2005 Analisis Manajemen
Mutu Perspektif Six Sigma
pada Sub Divisi Es Balok dan
Perbekalan Divisi Usaha Pelayanan
Kapal Perum Prasarana Perikanan
Samudera Cabang Jakarta
Perum PPS Cabang Jakarta khususnya Sub Divisi Es Balok
memiliki permasalahan dalam hal produksi. Hal ini terbukti dari
persentase kecacatan yang masih tinggi. Pemborosan yang terjadi
di Divis Es Balok dan perbekalan jika dikonversikan dalam level
sigma
adalah sebesar 2,58. Sehingga dapat diartikan bahwa
nilai tersebut masih memiliki kapabilitas proses yang rendah.
Perum memiliki delapan titik kritis permasalahan CTQ yang
menjadi penyebab es menjadi cacat. Proses perbaikan pada
sistem produksi es balok dan CTQ harus dilakukan secara
berkelanjutan sehingga kekurangan yang terjadi
dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan mendatang.
Target yang dijadikan sasaran perbaikan perlu diformulasikan
sehingga tepat pada sasaran.
2 Intan Idul Fitri
Yunindari Solichin,
Departemen Sosial Ekonomi
Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, 2006
Analisis Manajemen Mutu Perspektif Six
Sigma pada divisi
Produksi Bagian Fish Fillet
PT Dharma Samudera
Fishing Industries Tbk Tanjung Priok
Jakarta Utara. Kinerja Divisi Produksi PT
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk komoditi fish fillet
berdasarkan perspektif six sigma berada pada level 4,53 sigma
untuk periode Januari 2004 hingga Juni 2005. Ini berarti
kinerja produksi fish fillet dapat dikatakan cukup tinggi, terbukti
dari perolehan nilai DPMO yang rendah sebesar 1.227,60 DPMO.
Dengan metode DMAIC terdapat 17 CTQ pada proses pembuatan
fish fillet
yang dapat mempengaruhi mutu dan
kuantitas fish fillet
. Proses perbaikan dilakukan pada 17
CTQ yang telah ditentukan. Perbaikan berupa target kinerja
yang dijadikan sasaran perbaikan sehingga apa yang dilaksanakan
tepat pada sasaran. Target kinerja tersebut merupakan upaya
Lanjutan Tabel 3.
perbaikan yang sedang dilakukan perusahaan terutama pada divisi
produksi karena pada umumnya kesalahan yang terjadi lebih
bersifat teknis atau human error. Proses perbaikan bersifat
berkelanjutan sehingga setiap kekurangan yang ada dapat
dipahami dan dipelajari untuk perbaikan dimasa yang akan
datang.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Persaingan yang terjadi pada dunia bisnis saat ini semakin ketat termasuk persaingan pada industri tekstil. Untuk dapat bertahan dalam
kondisi tersebut, setiap perusahaan harus memperbaiki mutu produksinya. Perbaikan mutu produksi dapat dilakukan dengan menekan jumlah produk
yang cacat sehingga terjadi penghematan biaya produksi. Biaya yang berasal dari produk cacat tersebut cukup besar karena produk yang cacat tersebut
tidak dapat langsung dijual ke pasar melainkan harus diperbaiki. PT Unitex Tbk merupakan salah satu perusahaan yang terlibat dalam
persaingan yang ada pada industri tekstil. Pada tahun 2003 PT Unitex Tbk menerima sertifikasi ISO 9001 : 2000. Hal ini menandakan bahwa mutu atau
mutu produk yang dihasilkan oleh PT Unitex Tbk sudah bagus. Namun, perusahaan harus tetap melakukan perbaikan secara terus menerus agar mutu
produknya semakin meningkat. Salah satu cara perbaikan tersebut adalah dengan menekan jumlah produk cacat dengan memperbaiki mutu
produksinya. Alternatif dalam pengawasan mutu adalah merancang atau mendesain berdasarkan metode six sigma yang belum dilakuakn oleh PT
Unitex. Six sigma merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
memperbaiki mutu produksi dengan konsep dasar DMAIC Define, Measure, Analyze, Improvement dan Control. Fase define digunakan untuk
menemukan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Dalam hal ini masalah yang diangkat adalah jumlah produk cacat. Fase measure adalah
fase dimana pengukuran dilakukan dengan menghitung peluang terjadinya kegagalan pada tiap unit DPODefect Per Opportunity, kesempatan
terjadinya kegagalan pada tiap satu juta unit DPMODefect Per Million Opportunity dan nilai sigma. Pada fase analyze dilakukan analisa terhadap
faktor-faktor penyebab masalah. Pada fase improvement dilakukan perbaikan