tangkap dalam rangka manajemen armada penangkapan di Provinsi Gorontalo. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Secara umum kegiatan perikanan
tangkap di Gorontalo telah mengalami gejala overfishing. Tingkat efisiensi
perikanan tangkap selama dua puluh tahun berfluktuasi, adanya fenomena kapasitas berlebih baik antar waktu maupun antara alat tangkap.
Adanya beberapa alat tangkap yang tidak efisien karena tingginya jumlah input yang
digunakan dalam hal ini jumlah effort dikhawatirkan dapat memberikan tekanan yang besar terhadap sumberdaya ikan.
Efendi 2007 dan Hufiadi 2008, menggunakan model DEA input oriented untuk menganalisis kapasitas perikanan
pukat cincin di perairan Laut Jawa. Hasil penelitian keduanya menunjukkan
kondisi perikanan pukat cincin di Laut Jawa telah mengalami kapasitas berlebih atau overfishing. Perbedaan kedua penelitian ini yaitu pada penelitian Efendi
hanya menggunakan pendekatan single-output sedangkan Hufiadi menggunakan single-output
dan multi-output. Luasunaung 2008, menggunakan model single- input oriented
dan single-output oriented untuk menganalisis stok dan fishing capacity
perikanan demersal di Kepulauan Togean Sulawesi Tengah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa fishing capacity perikanan demersal di
Kepulauan Togean selama kurun waktu delapan tahun terakhir menunjukkan tingkat yang tidak efisien kecuali pada tahun 1999.
Ketidakefisienan fishing capacity
dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti lama penangkapan, jumlah trip operasi, penggunaan BBM, panjang jaring, volume bubu, dan jumlah mata
pancing. Berdasarkan hasil analisis pada bagian pola musim penangkapan ikan,
karakteristik teknik-ekonomi alat penangkapan ikan, tingkat upaya dan pemanfaatan optimum, serta analisis kapasitas unit penangkapan ikan, maka
strategi manajemen penangkapan ikan mendapatkan prioritas pengembangan berdasarkan sumberdaya dan alat tangkap, yang dapat diterapkan di Teluk Apar
adalah sebagai berikut:
5.5.1 Pengaturan upaya penangkapan
Pengaturan upaya penangkapan berupa alokasi upaya penangkapan ditetapkan per kuartal berdasarkan tingkat indeks musim penangkapan ikan.
Nilai-nilai tersebut bukan merupakan suatu rata-rata tahunan, namun berdasarkan tinggi rendahnya nilai IMP dari setiap kuartal.
142 Tabel 34 Standarisasi sumberdaya ikan pelagis
Nilai standarisasi sumberdaya ikan No.
Kriteria Satuan
Kembung Layang
Selar Tembang
Tenggiri Teri
Tongkol 1.
Lama musim penangkapan ikan bulan
1 2.
Tren CPUE tonunit
0,033 1
0,035 0,110
0,637 0,009
3. Hasil tangkapan tahun 2003-2008
ton 0,564
0,803 0,056
0,480 0,091
1 4.
Upaya sebelum standarisasi unit
0,425 0,261
0,094 1
0,016 0,988
5. Upaya standar
unit 0,012
0,033 0,023
0,030 0,970
1 6.
Tingkat pemanfaatan 0,922
0,911 0,911
0,900 1
0,993 7.
Tingkat upaya 0,390
0,690 0,470
0,610 0,670
1 8.
C
msy
ton 0,565
0,816 0,048
0,422 1
0,939 9.
f
msy
unit 0,104
0,108 0,137
1 0,082
0,797 10.
Jumlah alat tangkap unit
0,500 0,500
0,500 1
0,167 1
Nilai komposit 3,514
4,253 2,411
1,770 6,481
3,662 7,725
Peringkat Prioritas 5
3 6
7 2
4 1
Tabel 35 Standarisasi alat penangkapan ikan pelagis
Nilai standarisasi alat penangkapan ikan No.
Kriteria Satuan
PS JIH
JIL JIT
BP BT
S RH
RT PT
PL 1.
Produksi ikan ton
1 0,715
0,179 0,076
0,290 0.285
0,006 0,010
0 ,006 0,005
2. Jumlah jenis ikan
jenis 1
0,750 0,500
0,250 0,750
0.5 0,250
0,250 0,250
3. Keuntungan usaha
Rp 0.952
0.361 0.291
0.2061 1
0.428 0.249
0.181 0.215
0.063 4.
Optimasi tahun lalu unit
0,192 1
0,455 0.054
0,215 5.
Optimasi kondisi sekarang unit
1 0,453
0.171 0,831
6. Optimasi tahun tahun yad
unit 0,285
0,428 1
0.096 0,520
7. Jumlah alat tangkap
unit 0,070
1 0,908
0,767 0.051
0,129 0,734
0 ,136 0,701
0,427 8.
CU single-output -
0,939 1
9. CU multi-output
- 0,951
1 Nilai komposit
4.912 4.303
3.303 3.208
2.040 3.584
1.700 1.242
0.323 1.171
0.740
Peringkat Prioritas 1
2 4
5 6
3 7
8 11
9 10
Pengaturan upaya penangkapan ikan pelagis di Teluk Apar diperoleh dengan mengalikan nilai IMP dengan upaya penangkapan maksimum lestari
E
msy
dari setiap jenis ikan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh jumlah alokasi upaya penangkapan ikan pelagis untuk setiap kuartal Tabel 36.
Tabel 36 Alokasi upaya penangkapan ikan pelagis per kuartal berdasarkan indeks musim penangkapan ikan di Teluk Apar
Alokasi upaya penangkapan unit Kuartal
Kembung Layang
Selar Tembang
Tenggiri Teri
Tongkol Jumlah
I 23
14 28
27 113
23 92
320 II
27 12
24 27
117 22
96 325
III 23
12 24
27 123
20 101
330 IV
23 12
24 31
150 23
124 387
Ikan kembung mempunyai alokasi upaya penangkapan terbesar pada kuartal II bulan April-Juni sebesar 27 unit. Ikan layang mempunyai alokasi
upaya penangkapan terbesar pada kuartal I bulan Januari-Maret sebesar 14 unit. Ikan selar mempunyai alokasi upaya penangkapan terbesar pada kuartal I bulan
Januari-Maret sebesar 28 unit. Ikan tembang mempunyai alokasi upaya penangkapan terbesar pada
kuartal IV bulan Oktober-Desember sebesar 31 unit. Ikan tenggiri mempunyai alokasi upaya penangkapan terbesar pada kuartal IV bulan Oktober-Desember
sebesar 150 unit. Ikan teri mempunyai alokasi upaya penangkapan terbesar pada kuartal IV bulan Oktober-Desember dan kuartal I bulan Januari-Maret masing-
masing sebesar 23 unit. Ikan tongkol mempunyai alokasi upaya penangkapan terbesar pada kuartal IV bulan Oktober-Desember sebesar 124 unit.
Kuartal IV bulan Oktober-Desember memiliki total alokasi penangkapan terbesar, yaitu 387 unit, karena memiliki nilai IMP di atas 100 untuk 4 jenis
ikan yaitu tembang 110, tenggiri 119, teri 103, dan tongkol 120. Hasil penelitian Wiyono 2001 tentang optimasi manajemen usaha penangkapan
ikan di Teluk Pelabuhanratu hanya mengalokasikan upaya penangkapan berdasarkan jumlah alat tangkap secara optimal. Penelitian ini disamping
mengalokasikan jumlah alat tangkap secara optimal juga dilakukan alokasi jumlah alat tangkap per kuartal.
5.5.2 Alokasi hasil tangkapan