5
dalam perikanan, belum juga terentaskan. Bertambahnya nelayan yang tidak terkontrol di wilayah perairan Teluk Apar ditengarai telah melampaui batas
maksimum, sehingga keberadaannya perlu dievaluasi lebih lanjut. Aktivitas penangkapan ikan di perairan laut Kabupaten Paser selama ini
terfokus pada daerah pantai. Hal ini terlihat dari jenis atau ukuran armada yang digunakan dominan kapal motor yang berukuran 0-5 GT. Ukuran perahu atau
kapal sangat berpengaruh terhadap jangkauan daerah pengoperasian alat tangkap. Tingginya tekanan terhadap sumberdaya ikan pelagis di perairan pesisir terlihat
dari hasil penelitian Rudiansyah 2008 yang menyatakan bahwa produksi ikan pelagis tahun 1996-1997 menurun sebesar 3,7 ton. Selanjutnya pada periode
1998-2001 produksi mengalami peningkatan sebesar 777.9 ton. Produksi tahun 2001-2005 kembali menurun hingga 1.712,0 ton. Berdasarkan hal tersebut diatas,
maka diperlukan adanya kebijakan dalam manajamen penangkapan ikan yang mempertimbangkan aspek-aspek biologi, lingkungan perairan, dan sosial
ekonomi, serta kapasitas penangkapan. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka permasalahan yang hendak dikaji
dalam manajamen penangkapan ikan di perairan Teluk Apar Kabupaten Paser, yaitu:
1 Bagaimana karakteristik pola musim penangkapan ikan pelagis dominan di periaran Teluk Apar?
2 Bagaimana karakteristik teknik-ekonomi alat penangkapan ikan pelagis di perairan Teluk Apar?
3 Bagaimana tingkat upaya dan pemanfaatan optimum usaha penangkapan ikan pelagis di perairan Teluk Apar?
4 Bagaimana tingkat kapasitas penangkapan ikan pelagis di perairan Teluk Apar?
5 Bagaimana manajemen penangkapan ikan pelagis di perairan Teluk Apar?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1 Menentukan pola musim penangkapan ikan,
2 Menentukan karakteristik teknik-ekonomi alat penangkapan ikan di perairan Teluk Apar,
6
3 Menentukan tingkat upaya dan pemanfaatan optimum usaha perikanan tangkap di perairan Teluk Apar,
4 Mengukur kapasitas penangkapan ikan di perairan Teluk Apar, 5 Menentukan prioritas manajemen penangkapan ikan di perairan Teluk Apar.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif pemikiran dalam manajemen perikanan yang multigear-multispecies, yang didominasi oleh
perikanan skala kecil.
1.5 Kerangka Pemikiran
Kegiatan penangkapan ikan pelagis di Teluk Apar berdasarkan data Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten Pasir 2005 diacu dalam
Rudiansyah 2008 didominasi oleh alat tangkap pukat cincin, jaring insang, bagan tancap, dan rawai hanyut. Dalam rangka peningkatan produksi, maka daya
dukung dan kemampuan armada menjadi hal yang sangat berpengaruh. Pengetahuan tentang hal ini sangat diperlukan dalam upaya manajemen
pemanfaatan agar supaya dapat memberikan hasil yang optimal, sehingga dapat meningkatan pendapatan nelayan.
Pengkajian optimalisasi manajemen perikanan perlu dilakukan untuk mendapatkan alternatif kebijakan yang tepat. Optimalisasi yang dimaksud adalah
menjadikan manajemen sumberdaya optimal berdasarkan faktor biologi, teknik, dan ekonomi.
Pada kondisi perikanan bebas kompetitif tanpa terkendali, kapasitas upaya penangkapan akan cenderung terus meningkat. Secara umum peningkatan upaya
penangkapan akan memberikan dampak pada peningkatan produksi hasil tangkapan. Akan tetapi jika peningkatan upaya tersebut tidak dikelola dengan
baik, maka akan merusak kelangsungan sumberdaya perikanan. Agar kapasitas upaya penangkapan tersebut tidak melebihi kapasitas maksimum, tanpa
mengabaikan tujuan peningkatan produksi dan keuntungan yang optimum dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya ikan, diperlukan suatu manajemen
berupa penetapan pemanfaatan kapasitas upaya penangkapan. Sejauh ini, manajemen
kapasitas upaya
penangkapan berikut
pengukurannya guna
7
menentukan tingkat efisiensi teknis dan pemanfaatan kapasitas belum banyak dilakukan di Indonesia.
Penelitian untuk menghitung kapasitas penangkapan dengan menggunakan model data envelopment analysis DEA telah dilakukan oleh beberapa peneliti,
diantaranya: 1 Tingley et al. 2002 menggunakan model DEA untuk menganalisis kapasitas
penangkapan multi-purpose dan multi-gear di English Chanel. 2 Kirkley et al. 2003 menggunakan model DEA output oriented untuk
menganalisis kapasitas perikanan pukat cincin di perairan Semenanjung Malaysia.
3 Fauzi dan Anna 2005 menggunakan model DEA single-output oriented untuk menganalisis kapasitas perikanan skala kecil di pesisir DKI Jakarta.
4 Sularso 2005 menggunakan model DEA single-output oriented untuk menganalisis alternatif manajemen perikanan udang di Laut Arafura.
5 Wiyono dan Wahyu 2006 menggunakan model DEA single-output oriented untuk menganalisis kapasitas perikanan skala kecil pantai dengan studi kasus
unit perikanan pancing ulur di perairan Pelabuhanratu. 6 Desniarti 2007 menggunakan model DEA single-output oriented untuk
menganalisis kapasitas perikanan pelagis di pesisir Provinsi Sumatera Barat. 7 Olii 2007 menggunakan model single-input oriented dan single-output
oriented untuk menganalisis kapasitas perikanan tangkap dalam rangka
manajemen armada penangkapan di Provinsi Gorontalo. 8 Efendi 2007 dan Hufiadi 2008 menggunakan model DEA input oriented
untuk menganalisis kapasitas perikanan pukat cincin di perairan Laut Jawa. Perbedaan kedua penelitian ini yaitu pada penelitian Efendi hanya
menggunakan pendekatan single-output sedangkan Hufiadi menggunakan single-output
dan multi-output. 9 Luasunaung 2008 menggunakan model single-input oriented dan single-
output oriented untuk menganalisis stok dan fishing capacity perikanan
demersal di Kepulauan Togean Sulawesi Tengah. Penentuan kapasitas penangkapan ikan pelagis di perairan Teluk Apar akan
dilakukan dengan mengukur efisiensi teknis dan pemanfaatan kapasitas alat tangkap. Efisiensi penangkapan ikan dan pemanfaatan kapasitas dari alat tangkap
di perairan Teluk Apar dianalisis berdasarkan kuartal penangkapan dengan
8
menggunakan metode data envelopment analysis DEA. Analisis kapasitas penangkapan ikan yang dilakukan dapat menjadi acuan dalam manajemen usaha
penangkapan ikan, sehingga sumberdaya perikanan akan tetap lestari dan nelayan dapat meningkatkan pendapatannya dari sumberdaya yang dimanfaatkan.
Gambar 1 Kerangka pemikiran manajemen penangkapan ikan pelagis di perairan Teluk Apar Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur.
Hasil tangkapan per nelayan
cenderung menurun Aktivitas penangkapan
ikan di perairan Teluk Apar selama ini terfokus
di sekitar daerah pantai
Belum optimalnya alat penangkapan
ikan Pemanfaatan
sumberdaya ikan yang belum terkendali
Pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimum
Analisis:
Manajemen penangkapan ikan pelagis di Teluk Apar
Output: Masalah:
Implikasi:
Pola musim penangkapan
Karakteristik teknik- ekonomi alat
penangkapan ikan Tingkat upaya dan
pemanfaatan optimum unit penangkapan ikan
Analisis kapasitas penangkapan ikan
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Ikan dan Ikan Pelagis