Kondisi lingkungan kawasan Dadap-Kamal Muara

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Kondisi Lingkungan Kawasan Dadap-Kamal Muara,

pemanfaatan dan ketergantungan daerah perikanan dari TPI Dadap dan TPI Kamal Muara

5.1.1 Kondisi lingkungan kawasan Dadap-Kamal Muara

Bertambah buruknya kualitas perairan di sekitar kawasan pantai Dadap- Kamal Muara menyebabkan aktivitas perikanan berada dalam kondisi yang kurang baik jika dilihat dari rantai sanitasi dan higienis lingkungan dalam kaitannya dengan proses produksi hasil perikanan. Beberapa aspek yang dipengaruhi adalah sumberdaya ikan, habitat atau ekosistem dimana sumberdaya ikan tersebut hidup, proses tataproduksi hasil perikanan, serta proses penanganan dan pengolahannya. Perairan yang tercemar akan mengakibatkan semakin tidak sesuainya kondisi lingkungan tersebut dengan makhluk hidup yang biasanya tinggal di sana. Pencemaran yang melampaui batas akan menyebabkan terganggunya pematangan telur dan larva ikan; pertumbuhan larva yang tidak normal, serta mempengaruhi proses perkembangbiakan generasi makhluk tersebut selanjutnya. Lingkungan yang buruk ini juga akan mencegah mendekatnya induk untuk melakukan pemijahan. Ekosistem perairan yang tercemar akan mengganggu kesehatan makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Makhluk hidup yang dapat bergerak bebas seperti ikan akan segera mencari perairan yang lebih baik dan subur, sementara yang tidak dapat bergerak akan mencoba beradaptasi dengan lingkungannya yang secara nyata sudah tercemar tersebut. Kerang hijau yang banyak dibudidayakan di kawasan pantai Dadap-Kamal Muara adalah sejenis makhluk hidup yang mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan perairan tercemar. Menurut Setyobudiandi 2004, kandungan Pb yang tinggi di perairan Teluk Jakarta tidak mengganggu proses metabolisme kerang hijau, meskipun kadar Pb yang tinggi pada daging kerang hijau ini mencapai 0,9 ppm sudah jauh di atas 169 ambang batas aman yang ditetapkan oleh FAO sebesar 0,05 ppm sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi. Menjauhnya sumberdaya ikan dari perairan di sekitar pantai Dadap-Kamal Muara mengharuskan nelayan tradisional untuk mencari ikan lebih jauh ke tengah ke perairan sekitar Kepulauan Seribu. Sebagaimana juga yang dirasakan oleh nelayan yang tinggal di Kepulauan Seribu, mencari ikan dari hari ke hari semakin sulit didapat. Nelayan sudah cukup mengetahui juga mengapa beberapa jenis ikan banyak yang menghilang dari perairan mereka, namun upaya untuk ikut berusaha memperbaiki kualitas lingkungan masih belum maksimal dilakukan. Tekanan hidup yang berat telah menyebabkan upaya pelestarian ekosistem perairan bukan merupakan prioritas utama para nelayan. Aktivitas perikanan yang dilakukan di sekitar TPI Dadap dan TPI Kamal Muara sedikit banyak berhubungan dengan kondisi perairan yang tercemar tersebut. Untuk aktivitas pencucian perahu, alat tangkap, tempat pelelangan, dan alat bantu lainnya selalu berkaitan dengan penggunaan air, baik air laut maupun air sungai. Kontaminasi dari media air ini akhirnya akan sampai juga pada ikan dan akhirnya ke konsumen. Sebagaimana diidentifikasi oleh Suryaningrum 2003, lihat Bab 4, peningkatan pencemaran perairan pantai Dadap juga disebabkan oleh kandungan B3 dalam tanah urukan. Hal ini menunjukkan bahwa untuk proses pengurukan suatu perairan, belum dilakukan seleksi yang cermat terhadap material urukan tersebut berkaitan dengan kelestarian lingkungan. Dilihat dari aspek oseanografi khususnya pasang surut, keberadaan TPI Dadap dan Kamal Muara tidaklah dalam kondisi yang membahayakan. Hal ini dilihat dari tidak terjadinya abrasi di wilayah pantai disekitarnya, tetapi malah sedimentasi yang terus menerus dan memerlukan penanganan yang rutin agar alur lalu lintas kapal ikan tetap terbuka dari dan ke pelabuhan. Sebagaimana telah disampaikan dalam Bab 4, proses gerakan massa air suatu perairan sangat dipengaruhi oleh keadaan geografis dari wilayah 170 perairannya. Dengan memperhatikan keadaan geografis kawasan Muara Dadap, kita dapat menduga bahwa pola arus di perairan ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut. Pola pasut di perairan ini ditentukan oleh pola pasut dari perairan yang lebih besar yaitu Laut Jawa. Pasut dari Laut Jawa itu sendiri pun bukan disebabkan oleh gaya pembangkit pasang astronomis bulan dan matahari melainkan oleh rambatan pasut dari Lautan Pasifik yang memasuki Laut Jawa melalui Laut Cina Selatan dan Selat Makasar Pariwono 1985. Pergerakan massa air secara mendatar arus di suatu perairan terbentuk karena beberapa faktor, seperti oleh seretan angin, pasang surut, dan perbedaan densitas air laut. Di wilayah perairan Banten, termasuk juga Teluk Dadap dan Kamal Muara, arus laut utamanya terjadi karena pengaruh angin Muson dan pasang surut. Mengingat wilayah utara Banten berada dalam sumbu utama angin Muson, arus musim yang terbentuk mengalir kearah timur selama periode musim Barat Desember-Februari. Sebaliknya, dalam periode musim Timur Juni- Agustus arus musim mengalir secara dominan ke arah barat. Kecepatan arus Musim berkisar antara 20 sampai 40 cmdetik PKSPL IPB 2004. Pasang surut yang terjadi ini berasal dari Samudera Hindia yang merambat masuk melalui perairan Selat Sunda. Sehingga secara umum arus yang ditimbulkan oleh pasang surut diperkirakan bergerak ke arah utara dalam kondisi pasang, dan sebaliknya kearah selatan dalam kondisi surut. Pengaruh kedalaman perairan lokal dan morfologi pantai dapat memodifikasi arus tersebut. Dengan asumsi bahwa kondisi pasut di Muara Dadap dan Kamal Muara mirip dengan kondisi pasut di Tanjung Priok, maka perubahan yang terjadi di Tanjung Priok akan dialami pula oleh daerah Muara Dadap. Hasil pengukuran menunjukan bahwa kisaran pasut di Tanjung Priok adalah sekitar 1,0 m pada waktu pasang purnama, dan sekitar 0,3 m pada waktu pasang perbani. Pasang purnama adalah pasang tertinggi dan surut terandah yang dialami oleh suatu perairan, terjadi pada bulan purnama atau bulan mati. Kebalikan pasang purnama adalah pasang perbani, dimana kisaran pasutnya paling rendah, yang terjadi pada waktu bulan sabit perempat pertama dan perempat ke tiga. Pada kondisi pasang purnama dan pasang perbani pada saat matahari berada dibelahan bumi utara 171 bulan Juni, dan dibelahan bumi selatan bulan Desember. Membandingkan kedua pasut pada kedua bulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kisaran pasut terbesar di Tanjung Priok terjadi pada saat kedudukan matahari berada dibelahan bumi selatan, yaitu antara bulan Oktober hingga Februari. Keadaan ini baik berlaku pada waktu pasang purnama maupun ketika pasang perbani. Pengaruh utama yang ditimbulkannya pada kecepatan arus di Perairan Teluk Jakarta. Arus pasut di perairan ini akan relatif lebih deras ketika matahari berada pada belahan bumi selatan dibanding ketika berada dibelahan bumi utara. Proses reklamasi yang dilakukan di Pantai Dadap dan akan dilakukan juga di pesisir Jakarta Utara dipastikan akan menimbulkan beberapa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, sebagaimana direncanakan oleh para pengembang dan juga pemerintah, untuk Pemda Tangerang dan masyarakat Dadap antara lain: 1 Pembangunan fasilitas umum, seperti prasarana dan sarana transportasi dan komunikasi; 2 Penciptaan kegiatan ekonomi dan lapangan kerja; 3 Pendapatan pemerintah Untuk Pemkot dan masyarakat Jakarta Utara dampak positif dari kegiatan reklamasi yang akan dilakukan adalah: 1 pembangunan kegiatan industri; 2 fasilitas kegiatan pariwisata; 3 perkantoran 4 pusat bisnis; 5 sarana transportasi; dan 6 perumahan penduduk untuk 750. 000 – 1,9 juta jiwa. Dalam setiap kegiatan pembangunan, para perencana hampir selalu lebih menonjolkan berbagai target positif yang akan dapat dicapai dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya dampak negatif. Meskipun dampak positif yang akan dicapai tersebut ternyata tidak atau hanya sedikit dinikmati oleh masyarakat di sekitar proyek tersebut. Hal ini masuk akal karena tanpa dampak positif, mustahil suatu program pembangunan dapat dibiayai. Hanya saja, cukup banyak program pembangunan yang sekarang dilakukan lebih mengarah pada keuntungan ekonomi semata, artinya dampak positif hanya bagi segelintir orang dan untuk jangka 172 pendek, tanpa memperhitungkan dampak negatif yang akan datang dalam jangka panjang. Reklamasi Pantai Dadap sudah menunjukkan beberapa dampak negatifnya sebelum dampak positifnya diperoleh. Sebagaimana dapat diikuti dari berbagai media massa lihat Bab 4, dampak negatif yang sudah dirasakan penduduk sekitar lokasi reklamasi adalah: 1 terjadinya pendangkalan saluran Kali Perancis sehingga mengganggu lalulintas perahu nelayan; 2 kematian beberapa ekosistem mangrove 3 peningkatan kontaminasi logam berat di perairan 4 kerusakan prasarana transportasi selama proses pengurukan berlangsung kerusakan jalan karena kendaraan-kendaraan berat. Dampak positif memang sudah diperoleh Pemda dari retribusi pengurukan yang sudah dilakukan, meskipun tidak sebanding jika dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkannya. Reklamasi yang sudah dilakukan sejak tahun 2002 dan kemudian menjadi masalah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1 Perencanaan tidak dilakukan secara terbuka kepada semua stakeholders; 2 Kurang sosialisasi sehingga banyak stakeholders yang mendapat informasi yang kurang tepat; 3 Tidak dilakukan kajian analisis dampak lingkungan terlebih dahulu; 4 Kurang melibatkan tenaga kerja lokal sejak awal pelaksanaan proyek. 5 Aktivitas proyek..tidak diintegrasikan dengan kepentingan penduduk lokal. Menurut Koordinator Himpunan Nelayan Dadap Mbing, warga Desa Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang, belum mengetahui ada proyek pengurukan laut besa-besaran di Pantai Mutiara Dadap. Mereka bahkan tak peduli aktivitas reklamasi kawasan untuk wisata bertaraf internasional tersebut. Menurut warga, proyek reklamasi silakan saja. Asal, warga disediakan infrastruktur seperti tempat pelelangan ikan, pengerukan Kali Perancis, serta perbaikan jalan. Kami tak peduli. yang penting bagi kami para nelayan bisa tetap melaut. Kampung Giri Baru merupakan perkampungan nelayan yang dibangun 1975. Umar Bahrudin, Ketua RW O2, Kampung Gili Baru, Desa Dadap, mengatakan, warga dari dulu 173 hanya ingin bekerja dengan didukung sarana prasarana yang memadai. Kepala Desa Dadap Dames Taufik mengklaim, tidak ada masalah dengan warganya terhadap reklamasi pantai itu. Menurut Dames, informasi kerusakan lingkungan dan penolakan warga yang berkembang selama ini dikendalikan orang luar Dadap. Tempo Interaktif 2005b. Menurut Charles 1992, bidang perikanan merupakan suatu sistem yang sangat komplek dan dinamik, dimana terjadi interaksi diantara sumberdaya- sumberdaya alam, manusia, dan kelembagaan; dan terdapat kecenderungan yang mengherankan bahwa konflik yang seringkali terjadi sudah dianggap sebagai sesuatu hal yang lumrah. Konflik yang terjadi umumnya disebabkan oleh kelangkaan sumberdaya ikan, sistem bagi hasil diantara nelayan dengan pengolah, serta konflik pengelolaan diantara nelayan dengan pemerintah. Konflik juga umum terjadi dengan bidang diluar perikanan, seperti kehutanan, turisme, dan pertambangan di lautan. Setiap permasalahan tentu ada solusinya. Menurut Widjajanto 2004, resolusi konflik merupakan suatu terminologi ilmiah yang menekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus konflik. Penjabaran tahapan proses resolusi konflik dibuat untuk empat tujuan. Pertama, konflik tidak boleh hanya dipandang sebagai suatu fenomena politik-militer, namun harus dilihat sebagai suatu fenomena sosial. Kedua, konflik memiliki suatu siklus hidup yang tidak berjalan linear. Siklus hidup suatu konflik yang spesifik sangat tergantung dari dinamika lingkungan konflik yang spesifik pula. Ketiga, sebab-sebab suatu konflik tidak dapat direduksi ke dalam suatu variabel tunggal dalam bentuk suatu proposisi kausalitas bivariat. Suatu konflik sosial harus dilihat sebagai suatu fenomena yang terjadi karena interaksi bertingkat berbagai faktor. Terakhir, resolusi konflik hanya dapat diterapkan secara optimal jika dikombinasikan dengan beragam mekanisme penyelesaian konflik lain yang relevan. Suatu mekanisme resolusi konflik hanya dapat diterapkan secara efektif jika dikaitkan dengan upaya komprehensif untuk mewujudkan perdamaian yang langgeng. Dirangkum dari berbagai sumber, Widjajanto 2004 menuliskan bahwa terdapat 4 tahap resolusi konflik, yaitu: 1 Tahap I: de-eskalasi konflik; 2 174 Tahap II: intervensi kemanusiaan dan negosiasi politik; 3 Tahap III: problem- solving approach ; dan 4 Tahap IV: peace-building. Dalam kasus konflik yang terjadi di kawasan Dadap, skala yang terjadi masih sangatlah kecil karena tidak sampai melibatkan intervensi militer. Sehingga, tampaknya resolusi yang dapat dilakukan adalah dengan komunikasi yang baik, transparansi di antara kedua belah pihak, dan berbasis saling menguntungkan. Widjajanto 2001 dalam Widjajanto 2004 mengusulkan perlunya dikembangkan beragam mekanisme resolusi konflik lokal yang melibatkan sebanyak mungkin aktor-aktor non militer di berbagai tingkat eskalasi konflik Widjajanto 2004 mengutip beberapa referensi menyebutkan bahwa aktor-aktor resolusi konflik tersebut dapat saja melibatkan Non-Governmental Organisations NGOs Aall 1996, mediator internasional Zartman dan Touval 1996, atau institusi keagamaan Sampson 1997 dan Lederach 1997. Keempat tahap resolusi konflik tersebut harus dilihat sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dijalankan secara terpisah. Kegagalan untuk mencapai tujuan disatu tahap akan berakibat tidak sempurnanya proses pengelolaan konflik di tahap lain. Tahap-tahap tersebut juga menunjukkan bahwa resolusi konflik menempatkan perdamaian sebagai suatu proses terbuka yang tidak pernah berakhir. Perdamaian memerlukan upaya terus menerus untuk melakukan identifikasi dan eliminasi terhadap potensi kemunculan kekerasan struktural di suatu komunitas Widjajanto 2004. Beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan untuk menengahi konflik kepentingan diantara Pemerintah, pengembang, dan penduduk ini adalah: 1 Jika untuk menghasilkan satu meter persegi luasan tanah siap pakai hasil reklamasi diperlukan rata-rata 12,3 meter kubik, maka untuk melakukan reklamasi sekitar 1.000 hektar sebagaimana direncanakan dalam PerDa No 5 Tahun 2002 tentang Perubahan Tata Ruang Daerah, dimana berdasarkan peraturan itu, sekitar 20 km dari 50 km total panjang pantai di Kabupaten Tangerang atau dari Dadap Kosambi hingga pantai Tanjung Kait, Kecamatan Pakuhaji untuk kawasan wisata. Luas pantai yang akan direklamasi dan dijadikan kawasan wisata terpadu seluas 10 km dari laut dan satu km dari garis pantai atau sekitar 1.000 hektar. Untuk menimbun seluas 175 200 hektar saja, material yang dibutuhkan adalah 12,3 x 200 x 10.000 = 24.600.000 meter kubik. Sebagian dari kebutuhan material ini dapat diambil dari dasar perairan Kali Perancis maupun Kali Kamal Muara, yang merupakan jalur lalu lintas perahu nelayan. 2 Pengerukan jalur lalulintas perahu nelayan di Kali Perancis sampai ke laut yang berkedalaman sekitar 4 m, yaitu sampai sejauh 1.750 m dari garis pantai. Jika diasumsikan kedalaman rata-rata Kali Perancis saat ini hanya sekitar 50 cm, maka dengan lebar sungai sebesar 45 m dan panjang sungai sampai ke laut yang berkedalam 4 m ada sekitar 2.000 m, maka jumlah lumpur yang harus dikeruk adalah sebanyak 3,50 x 2.000 x 45 m 3 = 315.000 m 3 . Artinya, hanya dengan memenuhi 1,28 dari kebutuhan material urukan maka masalah pendangkalan jalur lalu lintas perahu nelayan di Kali Perancis sudah dapat ditanggulangi. 3 Setelah proses pengerukan dilakukan, perlu dibangun suatu tanggul disepanjang jalur lalu lintas kapal penangkap ikan tersebut agar terjadinya pendangkalan dapat dihindarkan sedapat mungkin. Konflik yang terjadi sebagai akibat dari rencana pembangunan Kota Air Kamal Muara tidaklah seramai yang terjadi di Dadap, karena masih dalam fase awal dimana hasil studi amdal dan masalah legal aspek dipertanyakan oleh berbagai pihak. Mengacu pada pendapat Chua 2006 yang menyatakan bahwa aktivitas manusia adalah faktor ke tiga yang mempengaruhi keterpaduan dan kesehatan wilayah pesisir, dimana faktor pertama dan keduanya adalah daratan dan perairan, maka untuk memecahkan konflik pengelolaan sumberdaya pesisir di kawasan Dadap-Kamal Muara, faktor manusia harus berperan secara aktif untuk mencari solusi pemecahannya. Chua 2006 menambahkan bahwa di suatu kawasan pesisir yang tidak terdapat komunitas manusia, proses alami dapat menjaga kondisi wilayah tersebut tetap pristine. Untuk menanggulangi konflik di kawasan Dadap pada tahap ini, beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mencari solusi masalah tersebut antara lain: 176 1 Semua diskusi dan perdebatan tentang aktivitas reklamasi Pantura harus diwakili oleh semua stakeholders, tidak hanya dilakukan diantara para pemerhati lingkungan, Pemda, dan Pemerintah Pusat; 2 Perhatian dan pertimbangan terhadap pelestarian sumberdaya lingkungan plasma nutfah atau biodiversiti harus juga memperhatikan keuntungan yang perlu digali dan diperoleh untuk kepentingan masyarakat lokal yang akan terkena dampaknya; 3 Setiap perencanaan dan aktivitas yang akan dilakukan di lokasi proyek untuk setiap tahapan pelaksanaan proyek, mulai dari land clearing sampai berjalannya aktivitas di lokasi tersebut setelah proyek fisik selesai, harus dijelaskan kepada semua stakeholders, sehingga mereka akan menyadari peran apa yang akan diambilnya. Skenario solusi konflik reklamasi pesisir Dadap diantara para stakeholders dicantumkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Skenario solusi konflik reklamasi pesisir Dadap dan peran antar para stakeholders STAKEHOLDERS PERAN PEMDA TANGERANG 1 Melaksanakan pertemuan diantara stakeholders untuk mencari solusi masalah pengurukan pesisir Dadap 2 Memandu diskusi diantara wakil-wakil stakeholders tentang manfaat proyek pembangunan kawasan Wisata Mutiara Dadap serta kaitannya dengan kegiatan reklamasi yang sedang dilakukan dan untung ruginya jika proyek diteruskan atau dihentikan 3 Mengumumkan secara terbuka rencana pembangunan kawasan wisata Pantai Mutiara Dadap, dan melaksanakan sosialisasi dengan masyarakat, khususnya masyarakat lokal 4 Menetapkan kepada pengembang untuk mengambil bahan urukan dari Kali Perancis dan sepanjang jalur pelayaran perahu nelayan 5 Menetapkan kepada pengembang untuk menggunakan tenaga lokal dalam berbagai bidang PENGEMBANG 1 Menjelaskan kepada Pemda, nelayan, dan penduduk setempat tentang proyek reklamasi yang sedang dilaksanakan serta beberapa peran dan keuntungan yang dapat diambil oleh penduduk setempat, baik saat persiapan dan pelaksanaan proyek maupun setelah berjalannya aktivitas 2 Mendahulukan penggunaan tenaga kerja lokal dalam proses reklamasi kawasan pesisir Dadap 177 Lanjutan Tabel 5.1 STAKEHOLDERS PERAN 3 Melakukan pengerukan Kali Perancis dan jalur pelayaran perahu nelayan sebagai material urukan pesisir Dadap 4 Membangun dinding penahan longsor di sepanjang Kali Perancis yang berfungsi sebagai jalur lalu lintas perahu dan tempat bersandarnya perahu nelayan NELAYAN 1 Membantu pemda dan pengembang untuk melakukan pengerukan dasar Kali Perancis dan jalur pelayaran perahu nelayan dimana lumpur hasil kerukan digunakan untuk mereklamasi perairan pesisir. 2 Dengan bertambah dalamnya Kali Perancis maka aktivititas perikanan dapat dilakukan tanpa terganggu lagi 3 Mempersiapkan diri untuk ikut berperan dalam aktivitas wisata bahari yang telah direncanakan pemerintah dan pengembang di Pantai Mutiara Dadap PENDUDUK LAIN 1 Melakukan koordinasi dan identifikasi kapasitas sumberdaya manusia lokal yang dapat berperan-serta, baik dalam kegiatan proyek reklamasi pantai Dadap maupun setelah kawasan Wisata Pantai Mutiara Dadap tersebut berjalan. 2 Mempersiapkan diri untuk ikut berperan dalam aktivitas wisata bahari yang telah direncanakan pemerintah dan pengembang di Pantai Mutiara Dadap Beberapa peran yang dapat ditawarkan kepada masyarakat setempat antara lain: 1 berperan aktif primer ikut terlibat secara langsung baik sebagai tenaga kerja di tahap awal aktivitas pembangunan, maupun sebagai karyawan setelah proyek fisik selesai; 2 berperan aktif sekunder bergerak dalam bidang sarana pendukung kegiatan; 3 tidak berperan, artinya sudah jelas berapa rupiah nilai uang yang akan diperoleh dari proses pembebasan lahan, dan lain-lainnya yang akan dilakukan. Menurut informasi Nurhayati 2003, material urukan yang akan dipakai untuk reklamasi pantura adalah berasal dari Tanjung Burung, Pulau Tidung, Tanjung Kait, Tanjung Pontang, Pantai Cemara, Pasir Putih, serta bekas pertambangan timah di Pulau Bangka, dan Belitung. Jumlah material yang dibutuhkan untuk kegiatan reklamasi tersebut mencapai 335 juta meter kubik, 178 yang akan digunakan untuk mereklamasi pantai utara Pantura seluas 2.700 hektar sepanjang 32 km yang membentang dari Tangerang hingga Bekasi. Selain memerlukan biaya transportasi yang sangat besar, pengambilan material urukan tersebut tentu saja akan mempengaruhi ekosistim tempat material tersebut diambil. Contoh paling nyata adalah Pulau Nipah di Batam, yang nyaris tenggelam akibat pengerukan pasir laut oleh pengusaha untuk mereklamasi kawasan pesisir Singapura. Reklamasi bandara Sukarno Hatta yang menggunakan pasir laut dari perairan Indramayu, dampaknya berupa abrasi yang tidak terelakkan di pesisir sepanjang Eretan, bahkan kini telah mendekati jalan raya Pantura. Lainnya, kasus reklamasi Pantai Indah Kapuk, Jakarta, yang telah terbukti mendatangkan banjir bagi penduduk setempat, apalagi jika pengurukan tersebut berskala besar. Solusi yang disarankan untuk memecahkan masalah reklamasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Skenario solusi konflik rencana reklamasi pantura STAKEHOLDERS PERAN PEMKOT JAKARTA UTARA 1 Melaksanakan pertemuan diantara stakeholders untuk mencari solusi masalah rencana reklamasi pantura yang dikaitkan dengan program pembangunan DKI sebagai ibu kota negara; 2 Memandu diskusi diantara wakil-wakil stakeholders tentang manfaat proyek reklamasi pantura serta kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta, pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, dan pembenahan berbagai aktivitas ekonomi masyarakat yang dilakukan di lokasi umum; 3 Mengumumkan secara terbuka rencana pembangunan kawasan kota air, dan melaksanakan sosialisasi dengan masyarakat, khususnya masyarakat lokal 4 Membuat kesepakatan diantara pengembang dengan masyarakat pesisir yang terkena dampak pembangunan kota air tersebut dan memberikan gambaran secara jelas kepada setiap stakeholders apa yang akan terjadi pada saat proyek ini sudah jadi dan berkembang, serta peran aktif apa yang dapat dipegang oleh setiap stakeholders. Konsekuensi apa yang akan diterima oleh penduduk lokal jika mereka aktiftidak aktif terlibat dalam aktivitas proyek, baik pada massa konstruksi maupun saat kegiatan sudah berlangsung. 5 Menetapkan kepada pengembang untuk menggunakan tenaga lokal dalam berbagai bidang 179 Lanjutan Tabel 5.2 STAKEHOLDERS PERAN PENGEMBANG 1 Menjelaskan kepada Pemda, nelayan, dan penduduk setempat tentang proyek reklamasi yang sedang dilaksanakan serta beberapa peran dan keuntungan yang dapat diambil oleh penduduk setempat, baik saat persiapan dan pelaksanaan proyek maupun setelah berjalannya aktivitas 2 Mendahulukan penggunaan tenaga kerja lokal dalam proses reklamasi kawasan pesisir Kamal Muara 3 Melakukan pengerukan Kali Kamal dan jalur pelayaran perahu nelayan sebagai material urukan pesisir pantura 4 Membangun dinding penahan longsor di sepanjang Kali Kamal yang berfungsi sebagai jalur lalu lintas perahu dan tempat bersandarnya perahu nelayan NELAYAN 1 Membantu pemda dan pengembang untuk melakukan pengerukan dasar Kali Kamal dan jalur pelayaran perahu nelayan dimana lumpur hasil kerukan digunakan untuk mereklamasi perairan pesisir. 2 Dengan bertambah dalamnya Kali Kamal maka aktivititas perikanan dapat dilakukan tanpa terganggu lagi 3 Mempersiapkan diri untuk ikut berperan dalam program pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah reklamasi PENDUDUK LAIN 1 Melakukan koordinasi dan identifikasi kapasitas sumberdaya manusia lokal yang dapat berperan-serta, baik dalam kegiatan proyek reklamasi pantura maupun setelah program pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah reklamasi tersebut berjalan. 2 Mempersiapkan diri untuk ikut berperan dalam aktivitas program pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah reklamasi Menurut analisis Nurhayati 2003, Pemda DKI Jakarta tidak pernah menilai ongkos kerusakan ekosistem, seperti mangrove, padang lamun, terumbu karang, ikan, dan ekosistem laut yang akan hilang dan terusir dari kawasan ini. Selain itu, hilangnya mata pencarian ribuan pembudidaya ikan yang memanfaatkan Teluk Jakarta selama ini, tidak pernah menjadi bahan pertimbangan. Pemda DKI tidak pernah mengkaji secara mendalam aspek sosial dari penggusuran secara besar- besaran terhadap penduduk setempat yang selama ini menjadi bagian dari sebuah lingkungan dan turut menjaga dan melestarikannya, tetapi diusir yang belum jelas mau dikemanakan dan akan bekerja apa nantinya. Sedangkan keahlian mayoritas di kawasan itu adalah budidaya dan menangkap ikan. 180 Chua 2006 menjelaskan bahwa solusi untuk permasalahan yang komplek di kawasan pesisir memerlukan suatu paradigma yang bergeser dari pendekatan konvensional yang sekarang dilakukan ke suatu perencanaan yang cukup matang, berorientasi ke masa depan, didasarkan pada paradigma pengelolaan yang objektif yang mengintegrasikan antara kebijakan, peraturan perundang-undangan, mekanisme implementasi, didukung pengetahuan ilmiah, pendanaan, dan kapasitas pemberdayaan. Namun demikian, terdapat juga beberapa faktor penghambat yang terus menerus yang menahan laju keberhasilan. Pertama, terlalu banyak pihak yang terlibat dalam memperebutkan sumberdaya yang terbatas sehingga memunculkan konflik multidimensi. Kedua, adanya ketidakpastian uncertainty karena adanya kapasitas daya dukung lingkungan. Sampai saat ini para ahli ilmu pengetahuan belum dapat menyediakan metoda yang dapat diandalkan untuk menghitung atau memperkirakan daya dukung lingkungan suatu ekosistem. Ketiga, pengelolaan sumberdaya alam gagal untuk menyesuaikan diri dengan perubahan populasi dan ekonomi yang cepat di wilayah pesisir. Seringkali, pengelolaan sumberdaya alam cenderung terbatas untuk menanggulangi krisis pengelolaan secara khusus. Keempat, tidak terdapat institusi yang dapat dijadikan home-base untuk ICZM, artinya tidak ada lembaga yang khusus dibentuk untuk menjalankan program ICZM. Kelima, banyak bantuan dana luar negeri tidak digunakan secara efektif karena buruknya koordinasi diantara lembaga-lembaga terkait. Kebijakan pembangunan pemerintah daerah di Indonesia rata-rata lebih didominasi oleh kepentingan politik jika dibandingkan dengan pertimbangan ilmiah atau untuk kepentingan umum. Sebagai contoh, landasan hukum dari proyek reklamasi Pantura sangat kontroversial, proyek ini tidak ada dalam peraturan daerah tentang RUTR Rencana Umum Tata Ruang 1960 - 1985 maupun RUTR 1985 - 2005. Tetapi tiba-tiba saja lahir Keppres No. 52 tahun 1995 tentang Reklamasi Pantura. Hal yang janggal ini justru dijadikan dalih oleh Pemprov DKI untuk melakukan pelanggaran. Dalam Peraturan Daerah No. 6 tahun 1999 tentang rencana tata ruang wilayah RTRW 2010 muncul ketentuan tentang reklamasi pantura. Selain itu, Keppres No. 52 sangat tidak visibel dan tidak mengakomodir kepentingan ekologi dan sosial. Oleh karena itu, maka 181 dalam rangka konsolidasi di tingkatan LSM peduli lingkungan termasuk WALHI Jakarta dan LP3ES pada 3 April 2003 lalu, forum sepakat untuk mengadakan gugatan judicial review terhadap Keppres tersebut, bila diperlukan Nurhayati 2003. Ketidaksetujuan terhadap proyek reklamasi pantura juga ada di kalangan birokrasi. Ali Sadikin mantan Gubernur DKI Jakarta, Emil Salim mantan Menteri Lingkungan Hidup menentang keras proyek ini. Bahkan, terakhir Menteri LH Nabiel Makarim, mengecam proyek ini dengan mengeluarkan SK Menteri No. 14 tahun 2003 untuk mencabut Keppres tentang Reklamasi Pantai Pantura Jakarta dan diganti dengan Keppres pembatalan Reklamasi Pantai Pantura; dan yang paling hangat pada tanggal 5 Mei 2003 lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri baru-baru ini, Rokhmin Dahuri mendukung Nabiel Makarim soal reklamasi Nurhayati 2003. Dipandang dari aspek konservasi sumberdaya perairan yang berbentuk flora atau fauna bawah air, upaya reklamasi yang dilakukan oleh para pengembang juga di kawasan pesisir lainnya sangat merugikan karena apa yang hidup di dasar perairan belum seluruhnya sudah teridentifikasi. Dengan demikian, sumberdaya plasma nutfah yang sangat berragam tersebut akan menjadi punah karena dilakukannya penimbunan dasar perairan. Kenyataan menunjukkan bahwa aktivitas eksplorasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman spesies yang terdapat di kawasan pesisir Indonesia sebagian besar belum dilakukan. Kalaupun sudah, hanya dilakukan di sebagian kecil kawasan yang mendapat kajian amdal pesisir yang sangat lengkap, sehingga kekayaan spesies yang terdapat di dasar perairan pesisir dapat teridentifikasi. Peningkatan polusi lingkungan perairan di beberapa kawasan pesisir Indonesia termasuk di lokasi penelitian sudah sangat parah. Hal ini ditunjukkan dengan warna air laut yang sudah kehitam-hitaman dengan bau yang lumpur yang menusuk. Dalam kondisi perairan seperti ini, keberadaan berbagai spesies flora dan fauna dikhawatirkan sudah mengalami kepunahan sehingga upaya reklamasi yang dilakukan merupakan aktivitas yang dinilai lebih menguntungkan sepanjang untuk tujuan menciptakan lingkungan yang lebih baik. 182

5.1.2 Analisis tingkat ketergantungan kawasan Dadap dan Kamal Muara