Keragaan perikanan Kota Jakarta Utara

122 Dalam rangka mewujudkan pembangunan Kota Air Kamal Muara, Pemda DKI melakukan reklamasi pantai di daerah Kamal Muara. Aktivitas reklamasi yang telah dilakukan pengembang di wilayah DKI Jakarta akan menciptakan sebuah daerah baru seluas 2.700 hektar. Secara legal, Keputusan Presiden No 52 Tahun 1995 menetapkan, kawasan Pantai Utara Jakarta itu akan direklamasi. Reklamasi meliputi bagian perairan laut Jakarta yang diukur dari garis pantai utara Jakarta secara tegak lurus ke arah laut, sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman laut delapan meter. Itu artinya, garis pantai akan maju sekitar 1,5 kilometer ke utara. Kompas Online 1997.

4.4 Kondisi Perikanan

Kondisi perikanan di kawasan Dadap – Kamal Muara secara geografis relatif sama, yaitu berada di pesisir dengan kondisi perairan pantai yang sama. Meskipun demikian, secara fisik kondisi pelabuhan perikanannya cukup berbeda jauh dan terbagi secara jelas diantara yang ada di wilayah Pemkot Jakarta Utara dengan yang ada di Kabupaten Tangerang.

4.4.1 Keragaan perikanan Kota Jakarta Utara

Sebagai bagian dari program pengembangan perikanan di kawasan Jakarta Utara, pemerintah setempat telah membangun berbagai prasara dan sarana pendaratan ikan. Seluruh aktivitas kapal perikanan yang ada di wilayah Jakarta Utara dilayani oleh beberapa pelabuhan perikanan yang tersebar disepanjang pantai utara, mulai dari TPI Kamal Muara di sebelah barat sampai ke TPI Cilincing di sebelah timur. Kapasitas setiap pelabuhan tidak sama, tergantung pada program pemerintah daerah tentang lokasi pusat kegiatan perikanan yang akan dikembangkan. Sesuai dengan kapasitas yang direncanakan, maka fasilitas yang dimiliki setiap pelabuhan juga disesuaikan; meskipun pada kenyataan ada beberapa pelabuhan yang selalu tidak dapat mengejar kecukupan fasilitasnya jika dibandingkan dengan beban yang harus ditanggungnya. Klasifikasi semua TPI di Wilayah Kota Jakarta Utara dicantumkan dalam Tabel 4.10. 123 Tabel 4.10 Tempat Pendaratan Ikan TPI di Wilayah Kota Jakarta Utara No. TEMPAT PENDARATAN IKAN TPI KOORDINATOR ADMINISTRATIF DAN OPERASIONAL KAPASITAS TAMBAT LABUH FASILITAS LOKASI 1 2 3 ¾ 4 ¾ 5 6 1. Muara Baru UPT Pengelolaan Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan ¾ Darmaga Barat: 40 sd 80 kapal ukuran 30 GT ¾ Darmaga Timur: 80 kapal ukuran: 80 GT ¾ Penataan Gelombang Barat 760 m 2 , timur 290 m 2 ¾ Kolam pelabuhan seluas 10 ha ¾ Kawasan Industri dan Perkantoran ¾ Dermaga lebar 6 m panjang 475 m dan kedalaman 4,5 m Kelurahan Penjaringan Kecamatan Penjaringan 2. Muara Angke UPT Pengelolaan Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan 500 kapal dengan ukuran 10 sd 80 GT ¾ Tempat Pelelangan dan Kantor: 1.420 m 2 ¾ Kolam pelabuhan: 63.993 m 2 ¾ Dermaga beton 176 m 2 ¾ Tanggul pemecah gelombang: 2.250 m 2 ¾ Tempat pengepakan ikan: 33 unit ¾ Tempat pengecer Ikan:341 m 2 ¾ Kiosgudangkantor: 40 unit ¾ Gudang alat-alat perikanan: 5 unit ¾ Pos penjagaan: 1 unit ¾ Kios ikan bakar: 24 unit ¾ Gedung workshop: 1 unit ¾ Waserda TA: 1 unit Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan 124 Lanjutan Tabel 4.10 1 2 3 ¾ 4 ¾ 5 6 3. Kamal Muara Walikota Jakarta Utara ¾ 10 sd 15 motor tempel ukuran: dibawah 10 GT ¾ Kantor pelelangan ikan:75 m 2 ¾ Gedung pelelangan ikan TPI: 200 m 2 jumlah lapak 40 unit diisi oleh 40 pedagang ¾ Gedung pengecer ikan: 75 m 2 ¾ Dermaga kayu sepanjang 50 m 2 ¾ Kolam pelabuhan: 30 m 2 Kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan 4. Kali Baru Walikota Jakarta Utara ¾ 10 sd 15 motor tempel ukuran: dibawah 10 GT ¾ Luas lahan: 2.084 m 2 ¾ Kantor: 40 m 2 ¾ Gedung Pelelangan: 200 m 2 jumlah lapak 82 unit diisi oleh 31 pedagang ¾ Tempat Penjualan Ikan: 1.400 m 2 ¾ Dermaga: 35 m 2 Kelurahan Kali Baru Kecamatan Cilincing 5. Cilincing Walikota Jakarta Utara ¾ 10 sd 15 motor tempel ukuran: dibawah 10 GT ¾ Luas lahan: 1.100 m 2 ¾ Gedung Pelelangan+kantor: 500 m 2 ¾ Dermaga: 200 m 2 Kelurahan Cilincing Kecamatan Cilincing Sumber: SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 4.0221999 Keterangan: penyelenggara Pelelangan Ikan di: ¾ TPI Muara Baru : Koperasi Mina Baruna dan Koperasi Muara Makmur ¾ TPI Muara Angke : Koperasi Mina Jaya ¾ TPI Kamal Muara : Sudin Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara ¾ TPI Kali Baru : Sudin Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara ¾ TPI Cilincing : Sudin Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara 125 Dari Tabel 4.10 tampak bahwa terdapat tiga TPI di Kecamatan Penjaringan masing-masing satu TPI di Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Pluit, dan Kelurahan Penjaringan dan dua lainnya di Kecamatan Cilincing. Jika diukur lewat laut, jarak antara TPI Kamal Muara dengan TPI Muara Angke sekitar 6 km lewat darat jaraknya dua kali lipat sekitar 12 km, TPI Muara Angke ke TPI Muara Baru sekitar 3,6 km, TPI Muara Baru ke TPI Kali Baru sekitar 13 km, dan TPI Kali Baru ke TPI Cilincing sekitar 2,4 km Jarak antara TPI Dadap dengan TPI Kamal Muara sekitar 700 m jika ditempuh lewat laut dan sekitar 4 km jika ditempuh lewat darat. Jarak yang begitu dekat jika dilihat dari laut telah menyebabkan kurang efisiennya penggunaan TPI tersebut dan terjadinya pemborosan fasilitas prasarana dan sarana pelabuhan.. Pada saat ini, meskipun telah dilakukan klasifikasi kapasitas tambat labuh dari setiap TPI yang ada di kawasan Jakarta Utara, tetapi tetap saja telah terjadi antrian yang cukup signifikan. Di PPSJ Muara Baru, pada saat musim ikan, antrian bongkar muat palka ikan dapat mencapai 10 jam, sedangkan di PPI Muara Angke lama waktu antrian mencapai 7 jam. Kasus terjadinya antrian ini antara lain disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1 jumlah kapal ikan yang berlabuh melebihi kapasitas tambat, sehingga beberapa kapal harus menunggu di luar kolam pelabuhan; 2 proses bongkar hasil tangkapan yang memerlukan waktu lebih lama untuk kapal ikan yang membawa hasil tangkapan lebih banyak tidak ada keseragaman; 3 proses muat perbekalan juga memerlukan waktu yang berbeda-beda sesuai dengan ukuran kapal dan lama waktu penangkapan ikan di laut; 4 kecepatan proses lelang sangat tergantung pada kelancaran proses bongkar muat, keberadaan para pembeli, dan kondisi pasar ikan konsumen. Besarnya minat pemilik kapal ikan atau nakhodanya untuk mendaratkan hasil tangkapannya di TPI Muara Angke dan Muara Baru antara lain disebabkan oleh fasilitas bongkar muat dan harga jual ikan yang diperolehnya. Sehingga 126 kapal yang berlabuh tidak hanya yang ber-KTP Jakarta tetapi juga dari daerah- daerah lainnya. Kebijakan menerima kapal dari luar daerah ini secara ekonomi memang dapat menambah nilai retribusi dan meningkatkan volume aktivitas ekonomi di sekitar TPI tersebut, tetapi jika berlebihan akan juga menjadi tidak efisien karena waktu dan otomatis kesempatan untuk berusaha menjadi hilang. Limpahan antrian kapal ikan yang berlabuh di TPI Muara Angke dan TPI Muara Baru tersebut tidak secara otomatis dapat ditampung oleh TPI-TPI disebelahnya baik di barat maupun di timurnya. Hal ini disebabkan oleh fasilitas yang tersedia belum memadai. Dengan demikian, untuk menyelesaikan masalah tersebut antara lain adalah: 1 membangun dan atau melengkapi fasilitas bongkar muat untuk kapal ikan dan sarana transportasi darat yang terlibat dalam sistem TPI tersebut; 2 membangun dan atau meningkatkan kapasitas dan kualitas prasarana dari TPI ke lokasi pasar, baik untuk pemasaran ikan maupun untuk pembelian perbekalan lainnya; 3 melakukan pengelolaan terpadu diantara penaggungjawab operasional TPI-TPI tersebut sehingga setiap akan timbul masalah di setiap TPI tersebut dapat langsung diantisipasi sebelumnya; 4 menerapkan penegakkan hukum secara tegas, adil, dan transparan. Kebutuhan ikan konsumsi di Provinsi DKI Jakarta dengan asumsi jumlah penduduk sekitar 9,5 juta jiwa, dan besarnya tingkat konsumsi sebanyak 22,3 kgkapitatahun adalah sebesar 580 ton per hari Disnakkanlut 2005. Jumlah kebutuhan tersebut dipenuhi oleh ikan lokal dan dari luar daerah, dengan proporsi masing-masing dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. Distribusi ikan konsumsi di DKI Jakarta tahun 2005. No. ASAL IKAN JUMLAH PERSENTASE 1 Ikan laut segar lokal 188,26 ton 32,46 2 Ikan laut segar luar daerah 159,74 ton 27,54 3 Ikan tawar 116 ton 20 4 Ikan asinolahan 58 ton 10 5 Ikan kaleng 58 ton 10 Sumber: data diolah dari Disnakkanlut 2005 127 Asal ikan laut segar yang didatangkan ke Jakarta berasal dari daerah perikanan fishing ground di sekitarnya. Menurut Disnakkanlut 2005, daerah perikanan tersebut adalah perairan-perairan Bangka Belitung, Sumatera, Selat Karimata, Laut Jawa, Kalimantan Barat, Kepulauan Natuna, Teluk Jakarta dan Karawang, serta Karimun Jawa. Data jumlah kapal ikan di Kota Jakarta Utara dari tahun 1992 sampai 2001 dicantumkan dalam Tabel 4.12. Tabel 4.12. Data jumlah kapal ikan di Kota Jakarta Utara tahun 1992-2003 Sumber: Disnakkanlut 2002 dan Disnakkanlut 2004 Dari Tabel 4.12 tampak bahwa perubahan jumlah kapal tampak nyata dari tahun 1998-1999, terjadi kenaikan mencolok untuk jenis perahu layar hampir 400 sedangkan untuk kapal dengan motor tempel mencapai 200 . Untuk jenis kapal motor, kondisi sebaliknya terjadi dimana pada periode yang sama telah terjadi penurunan jumlah dari 2.108 menjadi 2.639 unit. Kemungkinan perubahan ini dipicu oleh terjadinya perubahan nilai mata uang rupiah terhadap nilai US yang menyebabkan terjadinya gejolak ekonomi dan sosial. Jenistahun 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 Perahu layar 230 230 354 350 219 195 309 1210 852 450 142 111 - Kecil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Sedang 174 167 231 221 90 90 143 560 394 208 - Besar 56 63 123 129 129 105 166 650 458 242 Motor Tempel 998 879 989 1.640 1.650 1.215 659 1.325 791 791 526 567 Kapal Motor 1.338 1.542 1.686 1.730 1.745 2.121 2.108 1.639 2.095 2.724 2.123 2.246 -0-5 GT 263 238 278 278 277 833 839 246 466 523 85 97 - 5-10 GT 210 226 223 203 203 375 366 413 585 602 510 538 - 10-20 GT 181 122 284 317 315 189 182 400 544 544 501 538 - 20-30 GT 125 231 124 131 139 201 170 292 253 363 344 376 - 50 GT 490 655 707 731 741 453 477 249 214 647 683 697 Total kapal 2.566 2.651 3.029 3.720 3.614 3.531 3.076 4.174 3.738 3.965 5.357 2.924 128 Sumberdaya ikan yang dihasilkan oleh Kota Jakarta Utara tidak hanya berasal dari kegiatan penangkapan ikan di laut, tetapi juga berasal dari aktivitas budidaya baik budidaya ikan maupun jenis kerang-kerangan. Data potensi budidaya perikanan darat dan potensi budidaya kerang hijau di wilayah Jakarta Utara dicantumkan dalam Tabel 4.13 dan Tabel 4.14. Dari Tabel 4.13 tampak bahwa perikanan budidaya air tawar di wilayah Jakarta Utara didominasi oleh tambak di Kecamatan Penjaringan dan Cilincing serta perikanan di perairan umum yaitu di danau dan situ; kolam hanya seluas 2,7 ha. Jumlah petani ikan sebanyak 168 orang petani tambak dan 65 orang petani ikan di danau. Jumlah petani ikan ini meningkat hampir mencapai 400 . Luas lahan budidaya bertambah dari 193 ha tahun 2002 menjadi 250,7 ha, dengan tingkat produksi total 170,78 ton. Aktivitas budidaya ikan jenis lain yang juga menguntungkan adalah budidaya ikan hias. Meskipun jumlah petani ikan hias hanya 7 orang, tetapi jumlah produksi tahun 2003 mencapai 89.025 ekor. Jumlah ini jauh menurun jika dibandingkan produksi tahun sebelumnya yang mencapai 632.615 ekor . Hal ini kemungkinan disebabkan oleh semakin ketatnya isu lingkungan terhadap ikan hias yang diperoleh dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan. Aktivitas budidaya laut yang sangat dominan adalah budidaya kerang hijau. Sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.14, budidaya kerang hijau paling banyak dilakukan oleh 404 orang nelayan Kamal Muara, yang mengelola 530 rakit dengan luas areal 102.817 m 2 . Nelayan Cilincing juga mengembangkan kegiatan yang sama dengan jumlah petani 210 orang dan jumlah rakit 241 serta mencakup luasan 4.452 m 2 . Meskipun jumlah unit budidaya kerang hijau di Kamal Muara lebih banyak dua kali lipat, tetapi jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh aktivitas budidaya ini ternyata lebih banyak di Cilincing 1.213 orang daripada di Kamal Muara 678 orang. 129 Tabel 4.13. Potensi budidaya perikanan darat di Jakarta Utara tahun 2003. No. Kecamatan Potensi Budidaya Danau Ikan Konsumsi Ikan Hias Luas ha Petani orang Produksi kg Kolam m 2 Petani orang Produksi kg Petani orang Produksi ekor BakAQ unit 1. Penjaringan 27.000 11 6.000 7 15.000 60 Tambak 75 40 11.000 Situ Teluk Gong 2 - - Situ Penjaringan 25 - - Situ PIK 7 - - Situ Mega Mall Pluit 1 - - 2. Cilincing 4.000 61 3.700 1 4.000 150 Tambak 81,7 128 140.380 3. Tanjung Priok 2.000 63 8.300 30 42.000 128 D. Papanggo 25 60 5.000 D. Sunter Podomoro 30 5 - 4. Kelapa Gading 1.500 49 2.500 9 22.000 60 D. Kodamar 2 - - 5. Pademangan 5.500 13 2.300 2 4.000 28 Situ Pademangan 1 13 14.400 6. Koja 3.000 25 3.000 4 2.025 13 Situ Rawa Badak 1 - - Jumlah 250,7 246 170.780 43.000 222 25.800 53 89.025 439 2002 193 62 - 40.413 136 19.810 84 632.615 303 2001 193 62 - 40.413 136 18.611 84 626.050 302 Sumber: BPS 2004 130 Tabel 4.14. Potensi budidaya kerang hijau di Jakarta Utara tahun 2003 No. Lokasi budidaya Bagan tancap Jumlah petani Penyerapan tenaga kerja Produksi ton Rakit Luas m 2 1. Kelurahan Kamal Muara 530 102.817 404 678 74.160 2. Kelurahan Cilincing 241 4.452 210 1.213 51.500 Jumlah 771 107.269 614 1.891 125.660 2002 735 102.161 603 1.855 122.000 2001 735 102.161 603 1.855 122.000 Sumber: BPS 2004 131 Untuk mencukupi kebutuhan ikan konsumsi tersebut, Pemerintah DKI Jakarta, khususnya Pemkot Jakarta Utara telah menetapkan berbagai kebijakan pembangunan perikanan, sebagaimana tercantum dalam Perda 3 Tahun 2001, tugas pokok Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta adalah “menyelenggarakan penyusunan, perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pengendalian di bidang peternakan, perikanan dan kelautan”. Adapun visinya adalah mewujudkan masyarakat sejahtera melalui pengelolaan sumberdaya peternakan, perikanan dan kelautan yang berwawasan lingkungan secara berkelanjutan; sehingga misi yang diembannya meliputi: 1 Mencukupi kebutuhan pangan hewani bagi warga DKI Jakarta; 2 Melindungi masyarakat dari bahaya penyakit yang ditimbulkanbersumber dari hewanternak, 3 Meningkatkan derajat warga ibukota melalui peningkatan kesehatan; 4 Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat; 5 Menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang produktif; 6 Mengembangkan kelembagaan dan peraturan perundangan; 7 Pengendalianpengawasan eksploitasi dan eksplorasi serta penataan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan; 8 Konservasi, rehabilitasi, pelestarian dan perlindungan sumberdaya perikanan dan kelautan. Untuk mencapai misi yang diembannya tersebut, Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta telah menyusun kebijakan strategik, sebagaimana tercantum di bawah ini: 1 Mewujudkan kegiatan peternakan, perikanan dan kelutan sebagai salah satu motor penggerak usaha skala kecil masyarakat yang dapat menyerap banyak tenaga kerja; 2 Menggugah kesadaran masyarakat untuk melindungi dan merehabilitasi ekosistem perairan laut, sungai dan situ agar dapat dimanfaatkan untuk kegiatan usaha budidaya ikan; 132 3 Mendorong penganekaragaman pengolahan hasil peternakan, perikanan dan kelautan yang laku di pasar modern supermarket dan ekspor; 4 Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi peternakan, perikanan dan kelautan untuk usaha, pengolahan dan pemasaran; 5 Menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi berkembangnya usaha peternakan, perikanan dan kelautan, antara lain: jaminan keamanan, kepastian usaha ekspor; 6 Meningkatkan pengawasan, pengendalian dan merehabilitasi ekosistem habitat pesisir dan laut. Dari kebijakan-kebijakan strategik tersebut ditetapkan tujuan pembangunan peternakan, perikanan dan kelautan di Provinsi DKI Jakarta, yaitu: sebagai bagian dari Provinsi DKI Jakarta, Kota Jakarta Utara menetapkan program pengembangan perikanannya terpusat di TPI Muara Angke. 1 TPI Muara Angke Muara Angke adalah tempat pendaratan ikan kedua paling besar di wilayah Kecamatan Penjaringan Kota Jakarta Utara, setelah Muara Baru. Muara Angke ternyata tidak hanya diperuntukan bagi kapal yang berbasis di Jakarta, tetapi juga banyak kapal yang berasal dari luar daerah yang mendaratkan hasil tangkapannya di sini. Untuk jenis ikan yang ditangkap dari wilayah penangkapan di perairan Laut Jawa dan sekitarnya oleh kapal yang berlabuh di Muara Angke disebut ikan lokal, sedangkan ikan yang ditangkap di luar kawasan tersebut oleh kapal yang tidak berbasis di pelabuhan Muara Angke disebut ikan luar daerah dan kapalnya disebut kapal andon. Besarnya jumlah ikan yang didaratkan di TPI Muara Angke dapat dilihat pada Tabel 4.15. Dari Tabel 4.15 tampak bahwa jumlah ikan lokal yang didaratkan di TPI Muara Angke tahun 2001 mencapai 7.725 ton, dan terus meningkat tahun 2002 menjadi 8.472 ton, tahun 2003 turun sedikit menjadi 8.163 ton, dan tahun 2004 mencapai jumlah 8.109 ton. 133 Sementara itu, jumlah ikan luar daerah yang didaratkan di TPI Muara Angke paling banyak terjadi tahun 2003 sebesar 4.047 ton. Tabel 4.15. Data produksi ikan lokal dan ikan luar daerah dari masing- masing PPI yang ada di Provinsi DKI Jakarta, tahun 2001-2004 No. JENIS PRODUKSI JUMLAH PRODUKSI kgTAHUN 2001 2002 2003 2004 I Tempat Pelelangan Ikan A Ikan lokal TPI Muara Angke 7.724.796 8.472.920 8.162.744 8.109.187 B Ikan tuna TPI Muara Baru 4.857.485 3.183.343 2.702.357 2.666.077 C Ikan tradisional TPI Muara Baru 5.422.511 5.456.493 5.786.243 5.245.488 II Ikan Olahan Sunda Kelapa 279.464 III Ikan Luar Daerah A Ikan daerah Muara Angke 3.358.074 3.135.787 4.047.280 3.670.598 B Ikan daerah Muara Baru 25.828.263 18.866.183 2.321.882 2.132.634 C Ikan daerah Pasar Ikan 1.083.562 1.024.724 763.725 743.490 D Ikan daerah Kamal Muara 548.060 539.500 529.550 577.370 E Ikan daerah Kali Baru 326.715 F Ikan daerah Cilincing 422.690 IV Data ekspor jenis produk TPI Muara Baru 17.313.077 16.575.504 16.967.343 29.007.368 Jumlah Total 66.135.828 57.254.454 41.281.124 53.181.081 Sumber: Disnakkanlut 2005 Untuk TPI Muara Baru terdapat data yang paling menarik, yaitu terjadi penurunan jumlah ikan tuna dari tahun ke tahun, yakni 4.857 ton, 3.183 ton, 2.702 ton, dan 2.666 ton dari tahun 2001 sampai 2004. Sementara itu, data ikan lain ikan tradisional selain tuna menunjukkan jumlah yang relatif stabil pada 5000-an ton. Data lain yang juga menarik dari TPI Muara Baru adalah menurunnya jumlah ikan luar daerah yang didaratkan di sini, yaitu dari jumlah fantastis mencapai 25.828 ton tahun 2001, turun menjadi 18.866 ton setahun kemudian, lalu turun drastis pada angka 2.322 ton dan 2.133 ton tahun 2003 dan 2004. Jika disandingkan dengan angka data ekspor produk perikanan yang sangat melonjak dari tahun 2003 sebesar 16.967 ton menjadi 29.007 ton tahun 2004, maka terjadinya 134 penurunan jumlah ikan daerah yang datang ke TPI Muara Baru tersebut kemungkinan disebabkan oleh dilakukannya penanganan sebelum ekspor di daerah-daerah sehingga produk tersebut hanya tercatat sebagai barang ekspor di PPS Muara Baru. Ditinjau dari nilai retribusi yang diperoleh dari aktivitas penjualan ikan tersebut, TPI Muara Angke memperoleh jumlah yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan TPI lainnya di DKI Jakarta. Data selengkapnya dicantumkan dalam Tabel 4.16. Tabel 4.16. Rekapitulasi retribusi pemakaian tempat pelelangan ikan lokal dan ikan luar daerah dari masing-masing PPI yang ada di Provinsi DKI Jakarta, tahun 2001-2004 No JENIS PRODUKSI RETRIBUSITAHUN x Rp 1.000 2001 2002 2003 2004 I Tempat Pelelangan Ikan A Ikan lokal TPI Muara Angke 1.235,7 1.550,3 1.615.307 1.659.646 B Ikan tuna TPI Muara Baru - 396.830 325.758 394.086 C Ikan tradisional TPI Muara Baru 223.351 291.212 309.277 280.957 II Ikan Olahan Sunda Kelapa 1.584 III Ikan Luar Daerah A Ikan daerah Muara Angke 106.104 99.125 98.145 83.290 B Ikan daerah Muara Baru - 20.527 63.654 63.007 C Ikan daerah Pasar Ikan 1.084 1.025 764 743 D Ikan daerah Kamal Muara 548 540 530 577 E Ikan daerah Kali Baru 327 F Ikan daerah Cilincing 423 IV Data ekspor jenis produk TPI Muara Baru 17.313 16.576 16.967 29.007 Jumlah Total 1.610.311 2.398.934 2.447.814 2.547.587 Sumber: Disnakkanlut 2005 135 Dari Tabel 4.16 tampak bahwa nilai retribusi yang diperoleh TPI Muara Angke adalah yang paling besar jika dibandingkan dengan yang diperoleh dari TPI lainnya, dan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001, nilai retribusi ini mencapai 1,2 milyar rupiah lebih sekitar 76,74 dari total retribusi perikanan, dan secara lambat meningkat menjadi 1,66 milyar rupiah tahun 2004 sekitar 65,15 . Turunnya persentase nilai retribusi tersebut tahun 2004 karena terjadinya peningkatan nilai retribusi ikan ekspor dari TPI Muara Baru. Frekwensi pendaratan kapal di TPI Muara Angke semakin hari semakin tinggi. Menurut informasi lisan dari Kepala UPT Muara Angke, saat ini 27 Desember 2005 terdapat 815 unit kapal yang berlabuh di kolam pelabuhan TPI Muara Angke, padahal kapasitas tampungnya hanya 500 kapal. Rekapitulasi data frekwensi tambat labuh kapal yang masuk di PPI Muara Angke Jakarta Utara tahun 2002-2004 dicantumkan dalam Tabel 4.17, sedangkan data frekwensi tambat labuh selama tahun 2005 dicantumkan dalam Tabel 4.18. Tabel 4.17 dan Tabel 4.18 menunjukkan bahwa antara tahun 2002-2004 terjadi sedikit perubahan jumlah kapal yang berlabuh di TPI Muara Angke, yaitu dari 4.859, 4.842, dan 4.934. Sebagian besar dari kapal yang mendarat berukuran kurang dari 30 GT dan jenis kapal angkut ojek yang melayani transportasi dari Jakarta ke Kepulauan Seribu. Kelompok kapal penangkap ikan yang paling banyak ternyata adalah kapal dengan alat tangkap purse seine dan gill net. Selama bulan Januari sampai dengan bulan Oktober 2005, sebagaimana tampak pada Tabel 4.17, dari jumlah kapal yang mendarat dan berukuran lebih besar cenderung mengalami kenaikan, dari 63 sampai lebih dari 100 unit. Untuk kapal ikan yang berlabuh di TPI Muara Angke, yang menggunakan jenis alat tangkap bouke ami dan jaring cumi juga mengalami peningkatan. 136 Tabel 4.17. Rekapitulasi data frekwensi tambat labuh kapal yang masuk di PPI Muara Angke Jakarta Utara tahun 2002-2004 TAHUN JML KAPAL GT ALAT TANGKAP PENGGUNAAN ES BALOK SPI YG MATI SPI LD 30 30 AK BA BB GN JC FN JT LP MA PS PC 2002 4.859 3.830 1.029 1.597 350 - 722 107 255 122 101 - 683 - 934.380 610 175 234 2003 4.842 4.069 773 1.761 622 614 516 288 16 196 91 - 831 - 836.612 579 175 - 2004 4.934 3.884 1.027 1.407 803 560 485 553 3 103 23 5 982 6 847.293 109 34 8 Sumber: Disnakkanlut 2005 Catatan:AK = kapal angkutan; BA = bouke ami liftnet cumi; BB = bubu; GN = gill net; JC = jaring cantrang; FN = fish net; JT = jaring tangsi; LP = lampara; MA = muro ami; PS = purse seine; PC = pancing. Tabel 4.18. Rekapitulasi data tambat labuh kapal yang masuk di Pelabuhan Perikanan Muara Angke tahun 2005 no BULAN JML KAPAL GT ALAT TANGKAP PENGGUNAAN ES BALOK SPI YG MATI SPI LD 30 30 AK BA BB FN GN JC JM JT JN PG LP LB PC PS MA 30 30 1 Januari 344 282 62 110 31 36 - 28 32 21 4 - 1 4 1 1 75 - 60.600 24 8 - 2 Pebruari 390 337 53 125 32 38 - 35 34 18 3 - - 6 - - 98 1 65.700 24 8 - 3 Maret 454 372 82 132 68 39 - 30 28 39 4 2 - 9 - 1 101 1 80.550 37 16 1 4 April 442 379 63 134 72 33 - 35 29 41 9 3 - 8 - 1 76 1 81.700 49 11 41 5 Mei 496 101 395 171 83 41 - 38 29 47 3 - - 15 2 - 65 2 91.700 46 23 21 6 Juni 476 369 107 148 88 40 - 43 18 62 3 - - 8 - - 65 1 89.050 49 32 25 7 Juli 491 388 103 142 88 38 - 34 24 49 6 - 12 9 - 1 83 5 89.750 30 62 17 8 Agustus 468 350 118 115 100 31 1 41 30 51 2 - - - 2 - 94 1 89.400 28 18 28 9 September 468 366 102 112 108 45 - 30 29 53 2 - - 1 2 2 84 - 92.645 29 15 39 10 Oktober 480 389 91 103 98 36 - 44 31 75 3 - - 1 1 - 88 - 20.450 52 26 - Jumlah 4.509 3.333 1.176 1.292 768 377 1 358 284 456 39 5 13 61 8 6 829 12 761.545 368 216 174 Sumber: UPT Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan 2005 Catatan:AK = kapal angkutan; BA = bouke ami lift net cumi; BB = bubu; FN = fish net; GN = gill net; JC = jaring cantrang; JM = jaring cumi; JT = jaring tangsi; JN = jaring nilon; PG = payang; LP = lampara;LB = lion bung gillnet cucut ; PC = pancing; PS = purse seine; MA = muro ami 137 Penggunaan es balok untuk kegiatan perikanan mengalami peningkatan antara bulan Januari sampai September, dari 60 ribu balok menjadi 90 ribu lebih. Tetapi pada bulan Oktober mengalami penurunan drastis sampai pada jumlah 20.450 balok saja. Terjadinya hal ini dipastikan karena kenaikan bahan bakar minyak, sehingga biaya operasional penangkapan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan hasil tangkap yang diperoleh. Perubahan besarnya biaya operasional kapal penangkap ikan sebelum dan setelah kenaikan harga BBM dicantumkan dalam Tabel 4.19 dan Tabel 4.20. Sebagai akibat dari kenaikan harga BBM tersebut, maka sekitar 50,6 dari kapal ikan yang berlabuh di Muara Angke tidak dapat beroperasi, karena besarnya biaya operasional sudah melebihi perkiraan hasil tangkapan. Besarnya overload dari TPI Muara Angke ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1 Lengkapnya fasilitas bongkar muat pelabuhan; 2 Proses pelayanan administrasi bongkar muat berlangsung sangat singkat 15-20 menit sedangkan proses sortir dan bongkat muatan sekitar satu jam. 3 Mudahnya dilakukan proses pemasaran ikan; 4 Fasilitas pendukung operasional penangkapan tersedia secara lengkap. 5 Semakin besarnya biaya operasional penangkapan sebagai akibat naiknya BBM. 6 Rendahnya biaya tambat kapal perhari, sesuai dengan Perda No. 31999 dimana biaya tambat untuk kapal perhari sampai dengan 5 GT = Rp 300, antara 5-10 GT = Rp 1.000, antara 10-20 GT = Rp 2.000, dan 20 GT = Rp 4.000; 7 Tidak adanya batasan jangka waktu kapal boleh bersandar di kolam pelabuhan. 138 Tabel 4.19. Dampak kenaikan BBM terhadap biaya eksploitasi penangkapan ikan di TPI Muara Angke Maret 2005 dari Rp 1.600 menjadi Rp 2.150. No ALAT TANGKAP LAMA TRIP hari UKURAN KAPAL GT KEBUTUHAN BBM liter BIAYA EKSPLOITASI SBLM NAIK BBM BIAYA EKSPLOITASI STLH NAIK BBM KENAIKAN 1 Payang 4 6 500-600 1.500.000 1.900.000 27 2 Jaring cumi 15 6 4.000 13.000.000 15.300.000 18 3 Gillnet 20 29 10.000 22.000.000 27.000.000 23 4 Jaring cumi 60 43 20.000 38.000.000 48.000.000 26 5 Jaring tangsi 60 15 5.000 15.250.000 17.500.000 15 6 Purse seine 10 30 5.000 14.500.000 17.000.000 17 7 Fish net 30 29 15.000 28.990.000 37.000.000 28 8 Fish net 45 29 20.000 39.360.000 49.500.000 26 9 Purse seine cakalang 7 88 4.000 14.600.000 16.900.000 16 10 Bubu 20 26 3.000 8.790.000 10.550.000 20 11 Angkutan 7 24 1.300 11.185.000 12.780.000 14 Sumber: Disnakkanlut 2005 139 Tabel 4.20. Dampak kenaikan BBM terhadap biaya eksploitasi penangkapan ikan di TPI Muara Angke Maret 2005 dari Rp 2.150 menjadi Rp 4.300 No ALAT TANGKAP LAMA TRIP hari UKURAN KAPAL GT BIAYA OPERASIONAL BIAYA OPERASIONAL SDH NAIK BBM x Rp 000 HASIL PER TRIP juta BIAYA OPERASIONAL SBLM NAIK BBM x Rp 000 BBM Lt Harga x Rp 1000 Es balok Harga x Rp 1000 Oli dll x Rp 1000 Ransum x Rp 1000 Gaji ABK x Rp 1000 Premi nakhoda x Rp 1000 1 Payang 4 6 200 860 20 240 60 350 600 - 2.110 2-2,5 1.670 2 Jaring cumi 20 30 7.000 30.100 400 3400 4.000 3.000 4.400 6.000 50.900 20-40 35.000 3 Jaring cumi 20 30 9.000 38.700 400 3.400 6.000 3.000 5.200 6.000 62.300 25-50 42.000 4 Bouke ami 50 30 23.000 98.900 - 12.000 6.000 13.000 11.250 141.150 50- 100 89.050 5 Purse seine cakalang 15 30 8.500 36.550 700 5.950 4.675 5.000 18.000 - 70.175 25-40 50.470 6 Purse seine cklkembung 10 30 4.000 17.200 250 2.125 2.000 4.000 16.000 - 41.325 20-50 31.525 7 Gillnet pari 60 30 9.000 38.700 500 4.250 5.000 6.000 13.320 4.500 71.770 25-40 50.470 8 Gillnet tongkol 25 30 6.000 25.800 350 2.975 3.500 3.500 10.000 - 45.775 15-30 32.075 9 Bubu 25 30 6.000 25.800 300 2.550 3.500 3.000 3.700 - 38.550 20-30 24.850 10 Bubu 40 30 8.000 34.400 400 3.400 4.500 5.000 7.400 - 54.700 20-40 31.100 11 Tuna long line 81 100 32.400 195.372 - 72.100 7.500 24.440 5.425 304.837 200- 230 201.017 12 Perahu harian 1 10 150645 560 - 150 480 - 1.335 1-1,5 1.005 Sumber: UPT Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan 2005 140 Tidak seimbangnya antara kapasitas tampung kolam pelabuhan dengan jumlah kapal yang berlabuh, telah menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain: 1 Kebutuhan bahan perbekalan untuk operasional kapal ikan meningkat; 2 Upaya pemeliharaan fasilitas pelabuhan dan TPI menjadi lebih berat; 3 Upaya pemeliharaan kebersihan lingkungan harus ditingkatkan; 4 Memungkinkan terjadinya praktek kolusi dalam proses bongkar muat, karena setiap kapal yang terdapat dalam antrian menginginkan ditangani lebih cepat dan lebih dulu; 5 Kenaikan harga BBM telah mengakibatkan tingginya persentase kapal yang tidak dapat beroperasi, sehingga menimbulkan dampak sosial bagi buruh nelayan dan buruh yang bekerja di pelabuhan. Rendahnya biaya tambat kapal sesuai dengan Perda No. 31999 juga menjadi penyebab kapal nelayan tersebut untuk tetap berlabuh. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukkan kapal di kolam pelabuhan, dan menghalangi kapal yang akan melakukan bongkar muat. Overload -nya TPI Muara Angke menimbulkan terjadinya pasokan kurang untuk bahan-bahan kebutuhan operasional kapal ikan, yang terdiri dari es, air tawar bersih, sarana pengolahan, boks ikan, gudang garam, gudang dingin untuk menyimpan ikan hasil tangkapan, gudang pembeku, kontainer, dll. Secara rinci, ketersediaan dan kebutuhan prasaranasarana penanganan dan pengolahan hasil perikanan di Muara Angke dicantumkan dalam Tabel 4.21. 141 Tabel 4.21. Ketersediaan dan kebutuhan sarana dan prasarana penanganan dan pengolahan hasil perikanan KETERSEDIAAN KEBUTUHAN PRASARANA JUMLAH KAPASITAS TERPASANG PRODUKSI PRASARANA JUMLAH unit KAPASITAS A Pabrik es 1 unit 6.000 balok 3.000 balokhari A Pabrik es 1 7.000-8.000 balok Pasokan es kop putri salju 2.500-3.000 balokhari Pasokan es kop KPNDP 1.200-2.000 balokhari B Cool room chill room 1 unit 150 ton 150 ton B Cool roomchill room 5 750 ton C Cold storage 1 unit 1.000 ton 400 ton C Cold storage 1 1.000 ton D Cool box 1.000 unit 100 ton 100 ton D Cool box 2.000 200 ton E Air bersih 2.122 m 3 bln 2.122 m 3 bln 2.122 m 3 bln E Air bersih 3.395 m 3 bln 5.000 m 3 bln F Sentra pengolahan tradisional UKM 1 lokasi 208 unit 30-40 ton F Sentra pengolahan tradisional UKM 250 unit 50 ton G Saranaperalatan pengolahan 7 unit 5 ton 3,5 tonhari G Saranaperalatan pengolahan 7 unit 5 ton H Gudang garam 5 unit 15 tonhari 10,5 tonhari H Gudang garam 5 unit 15 tonhari I Kontainer 12 unit 288 ton 250 ton I Kontainer 18 unit 432 ton Sumber: UPT Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan 2005 . 142 Dari Tabel 4.21 tampak bahwa kekurangan pasokan fasilitas terdiri dari air bersih, es, ruang pendingin, cold storage, cool box, sentra pengolahan tradisional, gudang garam, dan kontainer. Beberapa dari fasilitas yang kurang tersebut dapat dengan mudah dipenuhi seperti cool box, kontainer, dll dengan cara membelinya. Namun demikian, jika dikaitkan dengan penempatannya maka hal ini menjadi tidak mudah, karena adanya faktor- faktor pembatas di bagian hulunya, seperti ketersediaan lahan dan keterbatasan sarana penunjang antara lain air, listrik, bahan bakar, dll. Pemenuhan kekurangan fasilitas tersebut pada gilirannya akan menimbulkan masalah ekonomi dan sosial yang cukup rumit. 2 TPI Kamal Muara Globalisasi telah membawa dampak yang cukup besar ke seluruh dunia, antara lain juga ke Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Untuk menghadapi era ini, Jakarta mempersiapkan diri untuk menjadi kota unggulan yang mampu bersaing dengan kota-kota besar lainnya di kawasan Asia Pasifik. Salah satu kawasan yang mendapat prioritas untuk dibenahi adalah kawasan Pantura Jakarta, yang direncanakan sebagai water front city . Muara Kali Kamal, saat ini berfungsi sebagai tempat pendaratan ikan TPI. Meskipun sudah dilakukan pembenahan, namun kesan semrawutnya penataan bangunan dan aktivitasnya masih terasa. Pemda DKI melalui BPR Pantura dan PT Pembangunan Pantura sudah melaksanakan studi untuk penyusunan Master Plan Penataan DAS Kali Kamal-Kamal Muara. Tujuan studi tersebut adalah untuk mengkonkritkan pembangunan DAS Kali Kamal sebagai salah satu jalan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan dan juga meningkatkan produktivitas nelayan melalui pengembangan usaha, sarana dan prasarana TPI, sarana promosi dan pemasaran hasil-hasil perikanan serta pembangunan perumahan dan fasilitasnya BPRP 2001. Tujuan yang 143 lainnya dari studi ini adalah: 1 terbangunnya salah satu kawasan nelayan sebagai asset produksi pengembangan terpadu Jakarta Utara; 2 tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas dan lingkungan yang memadai; 3 terbangunnya suatu kawasan komersil yang dapat mendukung adanya perkampunganpemukiman nelayan yang lengkap dengan fasilitasnya; dan 4 penambahan sarana rekreasi sebagai asset wisata Jakarta. Adapun sasaran studi ini adalah disamping terjadinya peningkatan pendapatan dan produktivitas nelayan, adalah untuk menciptakan suatu kawasan komunitas sosial terpadu dengan pengembangan usaha, yaitu dapat dibangun “fasilitas multi purposepublic facility” berupa fasilitas yang ada kaitannya dengan aktivitas perikanan dan kegiatan penunjang, antara lain pendaratan ikan fishing port, pengawetan dan pengasapan ikan, kolam pembiakan, pasar pelelangan ikan, serta rumah makan laut seafood restaurant. Dari informasi di atas tampak bahwa program pembangunan yang direncanakan oleh Pemda DKI Jakarta dan Pemkot Jakarta Utara, belum memasukan kawasan Dadap sebagai bagian dari unsur yang harus dipertimbangkan, baik keberadaan nelayannya maupun ketidak- berfungsian dari TPI Dadap tersebut. Ketidakterpaduan program pembangunan di wilayah perbatasan seperti ini merupakan salah satu faktor yang kemungkinan dapat memberi pengaruh negatif terhadap pengelolaan program-program pembangunan di kemudian hari. Berbagai rencana pembangunan kawasan Kamal Muara telah dilakukan oleh Pemkot Jakarta Utara, mulai dengan rencana pembangunan tempat pendaratan ikan dan restoran tradisional kawasan DAS Kali Kamal sampai Rencana Pembangunan Kota Air Kamal Muara. Kedua rencana pembangunan tersebut telah diwujudkan sampai tahap studi kelayakan; meskipun pembangunan fisiknya belum dimulai. 144 Isu dan permasalahan yang berkembang berkaitan dengan bidang perikanan di lokasi penelitian hampir merata juga dialami oleh kawasan lainnya di pantura. Masalah yang teridentifikasi antara lain: produksi hasil tangkap, harga ikan, kelembagaan, dan penurunan produktivitas usaha budidaya. Ketersediaan sarana khusus perikanan memang masih belum lengkap seperti: pabrik es dan Depot BBM, tetapi karena lokasinya sangat dekat dengan sumber prasarana yang diperlukan tersebut maka masalah ini dapat cepat diatasi. Kondisi perikanan di kawasan Kamal Muara berpusat di TPI Kamal Muara, dimana terdapat beberapa kegiatan yang meliputi aspek: 1 Pemasaran Kegiatan pemasaran ikan bertujuan untuk menjaga stabilitas harga agar tercapai keuntungan optimal bagi nelayan dan kepuasan bagi para konsumen, baik konsumen langsung maupun tidak langsung. 2 Pembinaan mutu Berbagai usaha untuk melakukan peningkatan mutu ikan yang didaratkan sudah dilakukan oleh pemerintah daerah melalui kegiatan penyediaan sarana dan prasarana pelelangan sehingga ikan yang dipasarkan mempunyai kualitas yang masih baik. Sebagaimana di TPT-TPI lainnya, masalah krusial yang sering dijumpai adalah penyediaan air bersih, es, dan kebersihan lingkungan. 3 Penarikan retribusi Pada setiap kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan sumberdaya perikanan dikenakan biaya retribusi. Beberapa permasalahan yang sedang terjadi saat ini di kawasan Kamal Muara antara lain: 145 1 Adanya kapal ikan yang parkir untuk mengisi bahan perbekalan meskipun ikan yang mereka tangkap sebelumnya telah didaratkan di TPI lain; hal ini agak mengganggu kegiatan bongkar-muat hasil tangkapan kapal-kapal ikan lainnya; 2 Instalasi limbah tidak berfungsi sebagaimana mestinya; 3 Banjir hampir setiap saat terjadi pada saat air laut pasang; Jumlah nelayan yang resmi tercatat berdasarkan data dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta tahun 2003 di wilayah Kecamatan Penjaringan sebagian besar merupakan nelayan pendatang 8.100 orang atau 74,67 dan hanya sebagian kecil 2.748 orang atau 25,33 merupakan nelayan menetap. Sebagian besar dari nelayan pendatang 87,62 merupakan nelayan pekerja dan hanya sebagian kecil 12,38 yang merupakan nelayan pemilik. Sedangkan untuk nelayan menetap, proporsinya kurang lebih sama antara nelayan pemilik dan nelayan pekerja, dengan persentase masing-masing 47,71 nelayan pemilik dan sisanya 52,29 merupakan nelayan pekerja. Secara keseluruhan, total nelayan yang ada di Kecamatan Penjaringan adalah 10.848 nelayan, sedangkan di Jakarta Utara adalah sebanyak 17.341 nelayan. Ini berarti sebanyak 62,56 nelayan yang beroperasi di wilayah Jakarta Utara terkonsentrasi di Kecamatan Penjaringan. Hasil penelitian Litasari 2002 menunjukkan bahwa jumlah nelayan di Kelurahan Kamal Muara adalah 10.350 orang, pembudidaya kerang hijau 397 orang, dan para pengolah dan pedagang sebanyak 1.615 orang. Dari 397 orang pembudidaya kerang hijau ini, terdapat sekitar 1.000 unit rakit, yang jika dilihat dari daratan pun akan tampak seolah-olah pesisir Kamal Muara seperti dipagari oleh pagar-pagar bambu. Data terakhir menunjukkan bahwa pada bulan April 2007, tercatat hanya ada 636 nelayan Anonimous 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perikanan sudah mulai menurun, baik karena domisili nelayan yang berubah ataupun karena terjadinya perubahan pola mata pencaharian dari nelayan ke jenis usaha lain. 146 Litasari 2002 juga menyebutkan bahwa produksi kerang hijau tahun 2000 mencapai 10.000 ton, dan hanya merupakan 50 dari produksi tahun 1999. penurunan jumlah produksi ini disebabkan oleh bertambah rusaknya kualitas perairan pantai sehingga menyebabkan pertumbuhan kerang lebih lambat, yang tadinya dapat dipanen setelah 6-7 bulan, tetapi tahun 2002 sudah memerlukan waktu pemeliharaan antara 8-11 bulan. Produksi per rakit juga menurun dari 15-20 ton menjadi sekitar 10 ton saja. Pendapatan rata-rata pembudidaya kerang hijau di Kelurahan Kamal Muara sekitar Rp 4.500.000 per rakit per musim. Kerang hijau rebusan laku terjual seharga Rp 6.000 per kg Litasari 2002. Hasil samping dari budidaya kerang hijau dan bagan adalah ikut terpanennya oyster. Meskipun jumlahnya sedikit, tetapi daging oyster ini berharga sampai Rp 15.000 per kg. Sedangkan hasil samping nelayan kerang darah adalah kerang kapak-kapak Pina sp, dengan harga jual Rp. 17.000 per kg. Jumlah ikan yang berhasil didaratkan di TPI Kamal Muara pada tahun 2002 adalah sebesar 529.550 kg atau senilai Rp. 776.245.000. Jumlah ini sedikit lebih kecil jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya yang mencapai nilai Rp 889.910.000, meskipun tetap menunjukkan kecenderungan terjadinya peningkatan jika dilihat dari produksi tahun 1997. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan yang beroperasi dari TPI Kamal Muara adalah gill net, jaring payang, sero, jaring tembang, dan pancing. Sedangkan untuk aktivitas budidaya ikan, sarana produksi yang tersedia berupa tambak untuk bandeng serta bambu dan tambang tami untuk budidaya kerang hijau. Data selengkapnya dari volume dan nilai produksi ikan lokal di TPI Kamal Muara berdasarkan alat tangkap dicantumkan dalam Tabel 4.22. 147 Tabel 4.22. Data nilai produksi TPI Kamal Muara dan DKI Jakarta dari Tahun 1997 – 2003 dalam Rp 1.000.000 Tahun Nilai Produksi TPI Kamal Muara Kenaikan Penurunan Nilai Produksi DKI Jakarta Kenaikan Penurunan Proporsi Nilai Produksi 1997 113,840 58.427,363 0,19 1998 129,626 13,87 64.555,867 10,49 0,20 1999 160,600 23,89 123.692,176 91,60 0,13 2000 488,636 204,26 94.188,509 -23,85 0,52 2001 889,910 82,12 70.024,728 -25,65 1,27 2002 776,245 -12,77 ta - Rata-rata 62,27 - 13,15 0,46 Sumber: BPS 2004a; Disnakanlut 2002; data diolah. Dari data yang dikumpulkan antara tahun 1997 – 2002 menunjukan kenaikan volume dan nilai produksi rata-rata sebesar 62,27 tahun di TPI Kamal Muara. Rata-rata kenaikan volumenilai ikan ini lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kenaikan volume dan nilai ikan untuk DKI Jakarta, yakni hanya sebesar 13,15 . Namun demikian, volume atau nilai ikan tersebut hanya sedikit saja sumbangannya 0,46 terhadap total nilai produksi ikan untuk wilayah DKI Jakarta. Rincian nilai produksi ikan dari Tahun 1997 – 2002 dicantumkan dalam Tabel 4.23. Ikan yang berhasil ditangkap diantaranya ikan bawal hitam, belanak, baronang, cendro, cumi-cumi, ekor kuning, kakap merah, kembung, kue, layang, layur, manyung, dan ikan pari. Alat tangkap yang digunakan berupa gill net, jaring payang, ataupun pancing. Selain itu diproduksi juga ikan bandeng dan mujair, yang merupakan hasil tambak. Data selengkapnya dari volume dan nilai produksi ikan lokal di TPI Kamal Muara berdasarkan jenis dicantumkan dalam Tabel 4.24. Hasil pengamatan terakhir tahun 2007 menunjukkan bahwa jenis ikan yang dipasarkan di TPI Kamal Muara tidak hanya terbatas pada ikan-ikan laut dan tambak saja. Beberapa jenis ikan tawar yang dibudidayakan di karamba jaring apung di waduk-waduk juga ikut dipasarkan. 148 Tabel 4.23. Daftar jenis ikan yang didaratkan di TPI Kamal Muara dari tahun 1997-2001 Disnakkanlut. 2002 No. Nama Lokal 1997 1998 1999 2000 2001 Kg Rp 1.000 Kg Rp 1.000 Kg Rp 1.000 Kg Rp 1.000 Kg Rp 1.000 1 Bandeng 17.310 12.737 20.920 17.440 16.860 24.010 61.700 131.475 255.590 363.625 2 Bawal hitam 1.990 1.682 100 134 150 192 - - - - 3 Belanak - - 100 164 - - - - - - 4 Beronang - - 600 604 - - - - - - 5 Campur 20.770 4.293 12.530 2.654 63.210 17.762 36.300 11.646 - - 6 Cendro 1.650 1.350 1.880 1.156 - -- - - - - 7 Cumi-cumi 6.160 6.530 1.430 2.050 220 324 760 3.220 - - 8 Ekor kuning - - - - - - - - - - 9 Japuh - - 670 364 - - - - - - 10 Kakap merah - - - - - - 2.900 10.250 20.540 37.900 11 Kembung 21.900 16.554 9.560 7.458 10.660 13.904 13.390 38.978 24.540 45.325 12 Kuwe 10.940 8.436 13.360 11.212 8.610 10.810 6.980 19.568 16.330 40.775 13 Layur 610 280 510 280 1.450 1.106 - - - - 14 Manyung 14.710 7.032 9.430 5.946 6.880 7.992 2.280 6.378 740 1.400 15 Mujair 11.530 4.348 10.820 4.308 10.150 7.190 4.700 5.280 12.170 13.490 16 Pari 2.270 1.112 2.010 1.224 1.700 1.316 950 1.632 - - 17 Rebon - - - - 4.520 4.018 4.390 4.900 - - 18 Selar 61.050 18.840 63.800 22.046 58.800 24.938 73.810 100.660 84.690 121.665 19 Talang-talang 8.770 4.372 9.380 6.202 6.380 7.450 1.300 4.086 - - 20 Tembang 51.850 10.668 121.440 30.070 44.750 11.926 14.660 5.328 - - 21 Teri 7.470 3.460 1.620 896 5.290 5.292 3.650 4.238 - - 22 Tonglol - - - - - - 24.560 55.800 28.940 57.400 23 Udang 16.120 12.146 19.560 15.418 16.450 22.370 28.780 75.240 87.930 167.580 149 Tabel 4.24. Volume dan nilai produksi ikan lokal di TPI Kamal Muara berdasarkan alat tangkap tahun 1997-2001 Disnakkanlut. 2002 No. Nama Lokal 1997 1998 1999 2000 2001 Kg Rp 1.000 Kg Rp 1.000 Kg Rp 1.000 Kg Rp 1.000 Kg Rp 1.000 1 Empang 50.460 31.869 50.570 36.782 43.460 53.570 95.180 211.995 355.690 544.695 2 Gill net - - - - - - 12.870 27.530 49.590 93.050 3 Jaring rampus - - - - - - 610 1.954 - - 4 Jaring tembang 34.800 6.964 19.300 3.896 15.950 3.794 6.800 2.040 - - 5 Pancing 28.070 32.520 98.530 189.240 6 Payang 61.050 18.840 63.800 22.046 58.800 24.938 55.940 92.815 44.250 62.925 7 Sero 110.790 56.167 166.050 66.902 137.870 78.298 85.730 119.785 - - Jumlah 257.100 113.840 299.720 129.626 256.080 160.600 285.200 488.639 548.060 889.910 150 Perahukapal yang dioperasikan di wilayah perairan Kamal Muara ini secara umum dapat dikelompokan ke dalam 3 golongan, yaitu : ukuran besar 10 GT 1.076 buah; ukuran sedang 5 – 10 GT sebanyak 21 buah; dan tidak terdapat perahu dengan ukuran kecil kurang dari 5 GT tanpa motor atau motor 10 PK dengan dimensi 7 x 2,80 m 2 . Berdasarkan data nilai produksi dari masing-masing jenis alat tangkap yang digunakan, sebagian besar ikan yang mendarat di TPI Kamal Muara adalah dari tambak, dengan volume 440.150 kg atau setara dengan Rp 599,095 juta. Volume tersebut 83,12 dari volume total volume produksi ikan di TPI Kamal Muara, yakni 529.550 kg atau senilai Rp. 776,245 juta. Sedangkan volume dan nilai produksi yang berasal dari gill net, jaring payang dan pancing hanya sebagian kecil saja, masing-masing secara berurutan adalah seberat 33.850 kg 6,39 total produksi dari gill net, seberat 17.810 kg 3,36 total produksi dari jaring payang dan 37.740 kg 7,13 total produksi dari alat tangkap pancing. Selain perikanan tangkap dan budidaya di atas, nelayan setempat juga mengusahakan budidaya kerang hijau. Jika dilihat dari jumlah petani yang mengusahakannya, di Kamal Muara terdapat 404 petani atau 65,80 dari keseluruhan petani kerang hijau yang ada di Jakarta Utara. Lokasi lainnya terdapat di Cilincing dengan 210 petani kerang hijau. Produksi yang telah dihasilkan pada tahun 2003 mencapai 74.160 ton yang berasal dari 530 rakit dengan luas 102.817 ha yang dikelola oleh sebanyak 678 tenaga kerja petani kerang hijau atau kurang lebih 1 orang per-rakit. Bilamana disimpulkan, maka kegiatan perekonomian yang berlangsung di kawasan Kamal Muara terdiri dari: 1 Pendaratan ikan yang berasal dari kapal motor, kapal dengan motor tempel, dan perahu tradisional; 2 Industri pemasaran ikan: berupa pengepakan ikan, pembuatan garam secara tradisional; sistem distribusi ikan yang dilakukan adalah dengan cara: dijual langsung kepada masyarakat konsumen secara eceran, dan dijual partai besar kepada grosir. Kegiatan pasar 151 ikan tradisional berlangsung setiap hari, baik ikan yang di-es maupun yang tidak; 3 Warungrestoran ikan: banyak dilakukan oleh penduduk disekitar pintu masuk perkampungan nelayan Kamal Muara yang langsung berbatasan dengan Kali Kamal; 4 Pemuatan perbekalan penangkapan ikan disuplai oleh unit perbekalan nelayan, yang menyediakan sarana penangkapan ikan dan kebutuhan hidup sehari-hari. 5 Kegiatan perbankan, baik pemerintah maupun swasta. 6 Kegiatan perkoperasian, yang terdiri dari koperasi konsumsi, koperasi produksi dan koperasi serba usaha. 7 Kegiatan industri, dari yang berskala besar hingga industri yang berskala kecil atau rumah tangga. Sarana perekonomian berupa bank hanya terdapat 2 buah, masing-masing satu buah bank pemerintah dan sebuah bank swasta. Dilihat dari jumlah bank yang ada, Kamal Muara merupakan wilayah yang jumlah banknya paling sedikit di Kecamatan Penjaringan, dimana total keseluruhan bank yang ada di kecamatan ini mencapai 18 buah bank dan tersebar di semua kelurahan. Sarana perekonomian lain adalah koperasi, berdasarkan data yang berasal dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI pada tahun 2003 hanya terdapat sarana koperasi berupa sebuah koperasi simpan pinjam dengan 81 anggota dan sebuah koperasi serba usaha dengan jumlah anggota 109. Jenis koperasi lainnya, yakni koperasi konsumsi dan koperasi produksi belum ada. Pasar Inpres, yang merupakan sarana perekonomian yang paling vital belum terdapat di Kamal Muara. Sarana perekonomian berupa pasar yang ada hanya 1 buah pasar lingkungan dan 1 buah lokasi pedagang K-5 dengan jumlah pedagang sebanyak 46 orang. Total jumlah Pasar Inpres yang ada di Kecamatan Penjaringan sebanyak 5 buah, tersebar di 152 Kelurahan Pluit 3 buah dan Kelurahan Kapuk Muara dan Pejagalan masing-masing 1 buah. Data selengkapnya dari potensi ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di sekitar TPI Kamal Muara dicantumkan dalam Tabel 4.25. Tabel 4.25 Potensi ekonomi dan penyerapan tenaga kerja rata-rata per hari di lingkungan TPI Kamal Muara tahun 2005 sebelum kenaikan harga BBM. No JENIS KEGIATAN PELAYANAN JUMLAH BURUH UNIT NILAI SATUAN TRANSAKSI HARIAN JUMLAH TRANSAKSI HARIAN KET. 1 Transaksi TPI 35 6.750.000 Anak buah peserta lelang 20 35.000 700.000 2 Bahan bakar 10 ton 16.500.000 1.650lt Buruh 10 35.000 350.000 3 Es balok 500 balok 600.000 12.000blk 4 Kegiatan tambat labuh 15 50.000 Perda No 399 5 Buruh dilingkungan TPI 15 25.000 375.000 6 Kuli gerobak pengasin 10 15.000 150.000 7 Kuli gerobak lelang 10 25.000 250.000 8 Buruh Pedagang K5 produk ikan 25 15.000 375.000 9 Buruh 6 unit pengepakan 12 20.000 240.000 10 Workshop 4 25.000 100.000 11 Buruh Kios alat perikanan 2 unit 2 15.000 30.000 12 Buruh pedagang otak-otak 5 15.000 75.000 13 Buruh depot es 3 20.000 60.000 14 Upah ABK Gillnet 56 336 35.000 35.840.000 Purse seine 27 270 27.000 7.290.000 Jaring rampus 42 210 30.000 6.300.000 Jaring nilon 35 105 30.000 3.150.000 Payang 11 132 35.000 4.620.000 Pancing 28 84 30.000 2.520.000 Bagan 530 1.590 20.000 31.800.000 Kerang Hijau 1.000 3.000 17.000 51.000.000 Jumlah 168.425.000 Sumber: diolah dari BPS 2004 dan dan data primer 153 Jumlah perusahan industri sebagai salah satu penunjang sarana perekonomian masyarakat, banyak terdapat di Kamal Muara. Tercatat ada 65 buah industri besar, 100 buah industri sedang, dan 12 buah industri kecil. Jika dilihat dari persentasenya terhadap Kecamatan Penjaringan, maka sebarannya mencapai 43,62 industri besar, 23,53 industri sedang dan 12,77 industri kecil di Kelurahan Kamal Muara. Sarana perekonomian lain berupa hotel, losmen, hostel, motel, dan restauran tidak terdapat di Kamal Muara. Sarana perekonomian berupa hotel dan restauran atau sejenisnya hanyalah berupa warung makan, dengan jumlah 18 buah. Di Kecamatan Penjaringan, hanya terdapat 1 buah hotel melati yang berada di Kelurahan Pluit.

4.4.2 Keragaan perikanan Kabupaten Tangerang