Tujuan Kerangka Berpikir Wilayah Pesisir

10 penduduk lokal dalam perencanaan pembangunan sangatlah vital. Opini masyarakat harus diakomodasi oleh pemerintah sehingga akan diperoleh prinsip- prinsip saling mendapat keuntungan win-win solution meskipun tidak penuh.

1.3 Tujuan

Penelitian yang berjudul ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN PERIKANAN KAMAL MUARA DAN DADAP DALAM KONTEKS PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR TERPADU ini bertujuan untuk: 1 Mengkaji kondisi lingkungan, pemanfaatan dan ketergantungan daerah perikanan dari TPI Dadap dan TPI Kamal Muara sesuai dengan perkembangan kegiatan pembangunan daerah di kawasan tersebut. 2 Menganalisis struktur komposisi pertumbuhan ekonomi wilayah dan pemusatan aktivitas serta hierarki aktivitas pelayanan. 3 Mengkaji pemanfaatan lahan dan daya tampung pelabuhan perikanan di kawasan Dadap-Kamal Muara berkaitan dengan kapasitas tampung TPI Muara Angke di masa yang akan datang 4 Membuat analisis dan skenario pengembangan dan pengelolaan pelabuhan perikanan dalam konteks pengelolaan pesisir terpadu. 5 Membuat kajian opini masyarakat tentang kondisi perikanan di kawasan Dadap-Kamal Muara

1.4 Kerangka Berpikir

Dari kerangka permasalahan yang ada di lapangan, maka kerangka pikir penelitian yang perlu dilakukan dapat diuraikan sebagaimana tercantum dalam Gambar 1.1. 11 TPI DAN ISU MASALAH EKONOMI KEBIJAKAN MASALAH FISIK MASALAH SOSIAL SKENARIO SOLUSI Batas kelurahan Batas kabupaten dan batas provinsi Gambar 1.1. Kerangka berfikir pemecahan masalah pengembangan pelabuhan perikanan di kawasan TPI Dadap dan TPI Kamal Muara dalam konteks pengelolaan pesisir terpadu. ? PPITPI MUARA ANGKE Overload o Rencana Pembangunan Pelabuhan Kapal Riset o Rencana Pembangunan Pelabuhan Kapal Kon- tainer o Rencana pembangunan Kawasan Wisata Pantai Pasir PutihMutiara Dadap PPITPI KAMAL MUARA PPITPI DADAP Kota Air Kamal Muara Gelanggang olah raga Alur masuk pelabuhan dangkal, kapasitas kecil Inefisensi Kekurangan sarana prasarana Konflik tataruang TPI tidak aktif Tidak optimal Tenaga buruh kurang optimal Alur masuk pelabuhan dangkal, kapasitas kecil Tenaga buruh kurang optimal Pengangguran dan prostitusi Aktivitas perikanan tidak optimal ? ? 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir didefinisikan oleh FAO sebagai wilayah peralihan atau transisi di antara daratan dan laut, termasuk danau besar di tengah daratan Scialabba 1998. Wilayah pesisir mempunyai fungsi, bentuk, dan dinamika yang beragam, serta tidak dibatasi oleh batas spasial yang ketat. Sementara itu Chua 2006 mendefinisikan wilayah pesisir sebagai bagian daratan yang berada di sepanjang garis pantai dan berbatasan dengan air laut. Oleh karena itu wilayah pesisir adalah suatu kawasan tempat terjadinya interaksi antara daratan dan perairan. Sebagai akibatnya, secara langsung dipengaruhi oleh kekuatan alam baik yang berasal dari daratan maupun dari laut. Pengaruh daratan antara lain aliran air tawar dan sedimen ke pesisir yang mengakibatkan terbentuknya delta, wetlands dan mudflats. Sebaliknya, pasang surut dan arus laut mendorong air asin jauh masuk ke wilayah daratan. Kekuatan alam lainnya yang juga berlangsung di wilayah pesisir dan berpengaruh nyata adalah angin, suhu, badai, dan curah hujan. Interaksi antara proses-proses fisika, kimia, dan biologi di wilayah peralihan tersebut menciptakan sistem sumberdaya yang menghasilkan barang dan jasa yang unik dan kondusif untuk kehidupan manusia. Chua 2006 juga menjelaskan bahwa aktivitas manusia adalah faktor ke tiga yang mempengaruhi keterpaduan dan kesehatan wilayah pesisir. Di suatu kawasan pesisir yang tidak terdapat komunitas manusia, proses alami dapat menjaga kondisi wilayah tersebut tetap pristine . Terdapat dua istilah yang umum dipakai, yaitu coastal zones dan coastal area Scialabba 1998. Bentuk coastal zones lebih dimaksudkan pada definisi berdasarkan wilayah geografis dimana suatu peraturan pengelolaan diberlakukan. Sementara itu coastal area lebih luas penggunaannya pada wilayah pesisir yang belum ditetapkan sebagai wilayah untuk tujuan pengelolaan. Secara geografis, wilayah pesisir memiliki suatu keunikan tertentu, dalam arti bahwa di tempat ini dapat dibangun pelabuhan dan berbagai fasilitas penunjangnya sehingga dapat menangkap setiap peluang keuntungan dari 13 kegiatan-kegiatan ekonomi yang terjadi, baik kegiatan ekonomi primer maupun sekunder. Menurut Cicin-Sain dan Knecht 1998, tingginya nilai ekonomi suatu kawasan pesisir juga disebabkan oleh daya tariknya yang besar untuk kegiatan wisata. Wilayah pesisir secara biologis juga merupakan tempat yang mempunyai produktivitas paling tinggi dan paling kaya dengan berbagai habitat. Selain itu, sejalan dengan berlangsungnya jaman, kawasan pesisir merupakan suatu tempat yang dapat bertahan terhadap berbagai pengaruh peristiwa alam, seperti badai angin dan gelombang pada skala yang bervariasi. Chua 2006 menyebutkan bahwa lebih dari setengah penduduk dunia hidup di kawasan yang lebarnya 100 km sepanjang garis pantai. Angka ini kemungkinan akan meningkat lagi menjadi 75 penduduk dunia akan hidup di kawasan pesisir pada tahun 2020. Menurut kesepakatan umum, definisi wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai coastline, maka wilayah pesisir memiliki dua macam batas boundaries, yaitu: batas sejajar garis pantai longshore dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai crossshore Dahuri et al. 1996. Akan tetapi penetapan batas-batas suatu wilayah pesisir yang tegak lurus terhadap garis pantai, sejauh ini belum ada kesepakatan, artinya batas wilayah pesisir dapat saja berbeda antara satu dengan negara yang lain. Hal ini dapat difahami karena adanya perbedaan kondisi lingkungan, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sistem pemerintahan. Sorensen dan Mc Creary 1990 sebagaimana yang dikutip Dahuri et al. 1996 mengkompilasi beberapa definisi wilayah pesisir dengan kesimpulan: 1 Batas wilayah pesisir ke arah darat pada umumnya adalah jarak secara arbitrer dari rata-rata pasang tertinggi mean high tide, dan batas ke arah laut umumnya adalah sesuai dengan batas jurisdiksi provinsi; 2 Untuk kepentingan pengelolaan, batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat ditetapkan sebanyak dua macam, yaitu batas untuk wilayah perencanaan planning zone dan batas untuk wilayah pengaturan regulation zone atau pengelolaan keseharian day-to-day management. Wilayah perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan hulu apabila terdapat kegiatan manusia kegiatan pembangunan fisik yang dapat 14 menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan sumberdaya pesisir. Oleh karena, itu batas wilayah pesisir ke arah darat untuk kepentingan perencanaan dapat sangat jauh ke arah hulu. Jika suatu program pengelolaan wilayah pesisir menetapkan dua batasan wilayah pengelolaan wilayah perencanaan dan wilayah pengaturan, maka wilayah perencanaan selalu lebih luas daripada wilayah pengaturan; 3 Batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat berubah, tergantung pada isu pengelolaan yang dilakukannya.

2.2 Pengembangan Wilayah dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara