Kebijakan pengelolaan perikanan di Indonesia

44 menunjukkan bahwa sumberdaya kelautan merupakan kekayaan alam yang memiliki peluang amat potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumberdaya yang efektif dalam membangun Bangsa Indonesia. Atas dasar inilah maka konsep Tatalaksana Perikanan yang Bertanggungjawab harus segera dilaksanakan di Indonesia sebelum terlambat dan sulit untuk diperbaiki kembali.

2.3.1 Kebijakan pengelolaan perikanan di Indonesia

Mengingat luasnya kawasan perairan potensi perairan tawar sebesar 24,53 juta ha dan laut sebesar 5,8 juta km 2 , Dahuri 2003, Indonesia sudah sepantasnya memiliki suatu kebijakan pengelolaan perikanan yang baik. Meskipun sejak awal berdirinya Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 17.508 pulau, tetapi kebijakan pemerintah dari waktu ke waktu belum memprioritaskan sumberdaya perikanan dan kelautan sebagai penggerak pembangunan bangsa. Hal ini baru direalisasikan melalui Keppres No.355M1999 dalam Kabinet Periode 1999-2004 tentang pembentukan Departemen Eksplorasi Laut DEL yang kemudian namanya diubah menjadi Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan DELP berdasarkan Keppres No. 1451999, serta menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan DKP melalui Keppres No. 1652000 Anonimous 2003a. Untuk mewujudkan semua harapan tersebut di atas, DKP menyusun visi pembangunan kelautan Anonimous 2007a, yaitu: Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang lestari dan bertanggung jawab bagi kesatuan dan kesejahteraan anak bangsa. Sedangkan misinya adalah: 2 Peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan masyarakat pesisir lainnya. 3 Peningkatan peran sektor kelautan dan perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. 4 Pemeliharaan dan peningkatan daya dukung serta kualitas lingkungan perairan tawar, pesisir, pulau-pulau kecil dan lautan. 5 Peningkatan kecerdasan dan kesehatan bangsa melalui peningkatan konsumsi ikan. 6 Peningkatan peran laut sebagai pemersatu bangsa dan peningkatan budaya bahari bangsa Indonesia. 45 Untuk mencapai misi tersebut, DKP telah membuat beberapa program kerja sebagaimana disampaikan dalam Lokakarya Refleksi Kebijakan Revitalisasi Kelautan dan Perikanan, yang diselenggarakan tanggal 15 Januari 2007. Dalam melaksanakan revitalisasi perikanan, DKP menetapkan beberapa komponen utama yang dipandang sebagai syarat mutlak yang harus dipenuhi sehingga program revitalisasi berdampak positip bagi masyarakat. Komponen-komponen tersebut Anonimous 2007a adalah : 1 perlu adanya pemantapan regulasi, baik di tingkat daerah; 2 perlu adanya kejelasan dukungan pembiayaan, baik pemerintah pusat, daerah, swasta, dan masyarakat; 3 Perlu adanya perencanaan pemasaran dalam rangka menjamin kepastian pasar produk atau komoditas yang dihasilkan; dan 4 perlu adanya kegiatan penyuluhan dan pendampingan dalam rangka diseminasi teknologi dan informasi. Pelaksanaan program revitalisasi akan lebih berdayaguna dan berhasil guna bilamana komponen-komponen utama atau komponen esensial ditunjang oleh komponen-komponen berikut: 1 perlu ada rencana komprehensif serta rencana pengembangan komoditas atau produk di tingkat pusat dan daerah; 2 perlu adanya kawasan yang jelas sebagai kawasan basis contohnya pelabuhan perikanan, kawasan usaha, serta kawasan pengembangan; 3 perlu melibatkan swasta dalam program revitalisasi mengingat bahwa pemerintah memiliki kemampuan yang kapasitas yang terbatas; 4 perlu ditunjang oleh industri pendukung misalnya galangan kapal, dok, pakan, benih, baik dalam bentuk unit usaha terpisah atau terpadu; 5 perlu dikembangkan industri pengolahan hasil yang secara terus menerus menghasilkan nilai tambah yang lebih besar bagi pelaku ekonomi; 6 perlu dilaksanakan riset secara terus menerus dalam rangka menghasilkan teknologi dan informasi baru bagi peningkatan efisiensi usaha; dan 7 perlu pengembangan sumberdaya manusia terutama pada sektor swasta melalui pendidikan dan pelatihan Anonomous 2007a.

2.3.2 Pelabuhan perikanan