2.5. Konsep Project-Based Learning
Salah satu model pembelajaran inovatif adalah Project-based LearningPBL. Project-Based Learning
berfokus pada konsep dan prinsip inti sebuah disiplin, memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi, pemecahan
masalah, dan tugas-tugas bermakna lainnya, students centered, dan menghasilkan produk nyata.
2.5.1. Isi Memuat Gagasan yang Orisinil
1. Masalah kompleks.
2. Siswa menemukan hubungan antar gagasan yang diajukan.
3. Siswa berhadapan pada masalah yang ill-defined.
4. Pertanyaan cenderung mempersoalkan masalah dunia nyata
2.5.2. Kondisi Mengutamakan Otonomi Siswa
1. Melakukan inquiri dalam konteks masyarakat.
2. Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien.
3. Siswa belajar penuh dengan kontrol diri.
4. Mensimulasikan kerja secara profesional.
2.5.3. Hasil Produk Nyata
1. Siswa menunjukan produk nyata berdasarkan hasil investigasi mereka.
2. Siswa melakukan evaluasi diri.
3. Siswa responsif terhadap segala implikasi dari kompetensi yang
dimilikinya.
4. Siswa mendemonstrasikan kompetensi sosial, manajemen pribadi,
regulasi belajarnya. PBLProject-Based Learning, Proyek dilakukan secara kolaboratif
dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa atau kebutuhan masyarakat atau
industri lokal. PBLProject-Based Learning memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan
bermakna bagi usia dewasa: siswa SMA, mahasiswa, atau pelatihan tradisional untuk membangun keterampilan kerja Wasis, 2008. Dalam
PBLProject-Based Learning, siswa menjadi terdorong lebih aktif dalam belajar, guru hanya sebagai fasilitator, guru mengevaluasi produk hasil
kinerja siswa meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil proyek yang dikerjakan.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit
pembelajaran bermakna dengan memadukan konsep-konsep dari sejumlah komponen baik itu pengetahuan, disiplin ilmu atau lapangan. Pada
pembelajaran berbasis proyek kegiatan pembelajarannya berlangsung secara kolaboratif dalam kelompok yang heterogen. Mengingat hakikat
kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan belajar berlangsung diantara siswa. Pada pembelajaran berbasis proyek kekuatan
individu dan cara belajar yang diacu dapat memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.
Ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi pembelajaran proyek. Pendapat Thomas yang dikutip
Herminarto Sofyan 2006: 298 menyatakan ada lima kriteria pembelajaran berbasis proyek yaitu keterpusatan centralita, berfokus pada pertanyaan
atau masalah, investigasi konstruktif atau desain, otonomi siswa, dan realisme.
Dalam pembelajaran berbasis proyek yang dijadikan sebagai pusat proyeknya adalah inti kurikulum. Melalui proyek ini siswa akan mengalami
dan belajar konsep-konsep. Pembelajaran berbasis proyek memfokuskan pada pertanyaan atau masalah yang mendorong menjalani konsep-konsep
dan prinsip-prinsip. Proyek ini dapat dibangun di sekitar unit tematik atau gabungan topik-topik dari dua atau lebih. Proyek juga melibatkan siswa
dalam investigasi konstruktif. Investigasi ini dapat berupa desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah,
penemuan atau proses pembangunan model. Dan agar dapat disebut proyek yang memenuhi kriteria pembelajaran berbasis proyek, aktivitas tersebut
harus meliputi transformasi dan kontruksi pengetahuan pada pihak siswa. Proyek mendorong siswa mendapatkan pengalaman belajar sampai pada
tingkat yang signifikan. Proyek dalam pembelajaran berbasis pada proyek lebih mengutamakan otonomi, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat
rumit, dan tanggung jawab siswa. Proyek adalah realistik. Proyek memberikan keotentikan pada siswa. Karakteristik ini meliputi topik, tugas,
peranan yang dimainkan siswa, konteks dimana proyek dilakukan, kolabotaror yang bekerja sama dengan siswa, produk yang dihasilkan,
sasaran bagi produk yang dihasilkan dan unjuk kerja atau kriteria dimana produk-produk dinilai.
Secara umum pembelajaran berbasis proyek menempuh tiga tahap yaitu perencanaan proyek, pelaksanaan proyek, dan evaluasi proyek.
Kegiatan perencanaan meliputi: identifikasi masalah riil, menemukan alternatif dan merumuskan strategi pemecahan masalah, dan melakukan
perencanaan. Tahap pelaksanaan meliputi pembimbingan siswa dalam penyelesaian tugas, dalam melakukan pengujian produk evaluasi,
presentasi antar kelompok. Tahap evaluasi meliputi penilaian proses dan produk yang meliputi: kemajuan belajar proyek, proses aktual dari
pemecahan masalah, kemajuan kenerja tim dan individual, buku catatan dan catatan penelitian, kontrak belajar, penggunaan komputer, refleksi.
Sedangkan penilaian produk seperti dalam hal: hasil kerja dan presentasi, tugas-tugas non tulis, laporan proyek.
Melalui Pembelajaran berbasis proyek siswa akan mengalami dan belajar konsep-konsep. Pembelajaran berbasis proyek memfokuskan pada
pertanyaan atau masalah yang mendorong menjalani konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Proyek juga melibatkan siswa dalam investigasi
konstruktif. Investigasi ini dapat berupa desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, penemuan atau proses
pembangunan model. Proyek mendorong siswa mendapatkan pengalaman belajar sampai
pada tingkat yang signifikan. Proyek lebih mengutamakan otonomi,
pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat rumit, dan tanggung jawab siswa. Proyek memberikan keotentikan pada siswa. Karakteristik ini meliputi
topik, tugas, peranan yang dimainkan siswa, konteks dimana proyek dilakukan, kolabotaror yang bekerja sama dengan siswa, produk yang
dihasilkan, sasaran bagi produk yang dihasilkan dan unjuk kerja atau kriteria dimana produk-produk dinilai.
Siswa dapat berkolaborasi dengan guru satu atau dua orang, tetapi siswa melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang.
Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan dikembangkan oleh siswa dalam tim adalah merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan
membuat konsensus tentang tugas yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa, dan bagaimana mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam
berinvestigasi. Keterampilan yang dibutuhkan dan yang akan dikembangkan oleh siswa merupakan keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk
keberhasilan hidupnya. keterampilan ini berada dalam ranah psikomotorik dan diimpelmentasikan dalam kegiatan proyek pembuatan garam dapur,
seperti dalam kriteria berikut: 1.
Kegiatan Persiapan a.
Keterampilan dalam mempersiapkan alat dan bahan proyek pemurnian garam
b. Keterampilan dalam mempersiapkan menyiapkan format laporan
sementara 2.
Keterampilan Proses Dasar a.
Keterampilan dalam menggunakan alat proyek pemurnian garam
b. Keterampilan dalam mengamati terbentuknya endapan dan warna
endapan c.
Keterampilan menafsirkan hasil pengamatan memprediksikan dan mengklasifikasikan
d. Penguasaan prosedur proyek pemurnian garam
e. Kerjasama kelompok
f. Keterampilan mengajukan pertanyaan
3. Kegiatan Akhir
a. Menuang sisa larutan kerja ke tempat yang disediakan
b. Kebersihan alat dan tempat proyek pemurnian garam
c. Mengembalikan alat-alat yang sudah dibersihkan
4. Pembuatan Laporan Sementara
a. Membuat laporan sementara hasil analisis menyimpulkan
Keterampilan esensial tersebut sangat mendukung mereka ketika terjun di dunia kerja. Oleh karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif,
maka pengembangan keterampilan tersebut seyogyanya ditujukan untuk semua tim.
2.6. Model Project-Based Learning