tindakan, pengamatan dan refleksi. Berikut pemaparan hasil penelitian dalam siklus I dan siklus II:
4.1.1. Siklus I
1. Perencanaan Siklus I
Perencanaan siklus I didasarkan pada identifikasi masalah pada tahap prapenelitian. Perencanaan tindakan disusun untuk
menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan Elfanany, 2013: 55. Pada penelitian ini perencanaan tindakan
meliputi penyususan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang mencakup pendekatan Project-Based Learning, persiapan
instrumen penilaian kognitif, psikomotor dan afektif, berupa lembar observasi teruji, persiapan bahan ajar dengan materi pokok
Kelarutan dan Hasil kelarutan, dan persiapan media pembelajaran berupa kit untuk kegiatan proyek.
Proses perencanaan memiliki poin-poin sebagai berikut : 1.
Menentukan solusi dari permasalahan data awal
2.
Menyusun RPP
3.
Membuat kisi-kisi soal
4.
Evaluasi dan analisis data evaluasi
5.
Menyusun lembar observasi
6.
Menyusun lembar refleksi
2. Tindakan Siklus I
Tahap tindakan merupakan implementasi dari perencanaan tindakan, yaitu realisasi pendekatan Project-Based Learning
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan di kelas untuk mengenalkan materi Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan, pembentukan kelompok
dengan anggota 5 siswa per kelompok, penugasan membuat makalah pada akhir pertemuan pertama dan revisi makalah pada
akhir pertemuan kedua. Pertemuan kedua dilaksanakan pembelajaran di kelas.
Pertemuan ini membahas materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis
proyek. Siswa dikenalkan materi kejenuhan suatu larutan. Agar siswa mengerti kejenuhan suatu larutan, dilakukan pembuatan
larutan jenuh garam dapur. Penggunaan kit pada proses ini dapat dilakukan dikelas. Penilaian psikomotorik juga dilkukan pada
tahap ini. Proses pembuatan larutan jenuh garam dapur pertama dipresentasikan oleh guru. Garam dapur dilarutkan sebanyak
mungkin dalam gelas kimia dan dipanaskan dalam penangas air. Setelah larutan dingin, larutan disaring sehingga diperoleh filtrat
larutan garam dapur yang jenuh. Larutan jenuh tidak dapat melarutkan garam lagi, dan hal ini juga didemonstrasikan oleh
guru pengampu.
Setelah demonstrasi dilakukan, tiap kelompok siswa mempraktikan proyek yang sama dengan guru. Pembelajaran ini
dilanjutkan dengan memberikan materi Pengaruh Ion Senama Terhadap Kelarutan. Larutan garam dapur jenuh tadi ditambahi
dengan garam Natrium Bikarbonatsoda kue. Endapan terjadi, Pengaruh ion senama dapat dibuktikan dengan penambahan garam
senama Na
+
. Pembuatan larutan jenuh natrium bikarbonat sudah dapat dilakukan siswa sendiri, setelah melihat prosedur pembuatan
larutan jenuh garam dapur. Pada akhir pertemuan ini, hasil dari kegiatan proyek berupa hasil tes kognitif, sikap selama
pembelajaranafektif dan pelaksanaan proyekpsikomotor. 3.
Pengamatan Siklus I Tahap pengamatan atau observasi dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan. Teknik pengamatan dilaksanakan menggunakan format lembar observasi terstruktur dan teruji, serta
penilaian dilakukan oleh tiga observer. Kisi-kisi lembar observasi dikembangkan berdasarkan indikator kegiatan pembelajaran
berbasis proyek. 4.
Refleksi Siklus I Tahap refleksi merupakan tahap dimana peneliti bersama
guru pengampu
mengevaluasi tindakan
dengan melihat
ketercapaian indikator keberhasilan. Berdasarkan data hasil observasi, diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 79,83 dengan 23
siswa tuntas KKM dan 7 siswa pada kategori tidak tuntas. Hal ini
berarti pencapaian siklus I belum mencapai jumlah ketuntasan minimal yaitu 24 siswa tuntas KKM.
Tabel 4.1 . Tabulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Siklus I
Hasil Tes Awal Hasil Tes Siklus I
Kategori Ketuntasan
Tuntas Tidak Tuntas Rata-rata:
69,30 79,83
Jumlah tuntas : 17
23 7
Peningkatan Siklus I 20
Peneliti bersama
guru pengampu
mengidentifikasi kekurangan berdasarkan nilai siswa pada setiap akhir siklus. Siswa
yang belum tuntas diberi perhatian lebih dengan memberi arahan tentang tujuan dari pembelajaran. Melalui pengamatan, ternyata
siswa yang tidak tuntas lebih cenderung pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari nilai afktif
siswa yang tidak tuntas pada akhir siklus I pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 . Nilai Aspek Afektif dan Kognitif Pada Siswa Tidak
Tuntas Nilai Afektif Hubungan Hasil belajar kognitif dan afektif tersebut dapat
dijadikan pedoman untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Siswa yang kurang aktif agar diberi kesempatan untuk
unjuk kerja dan kesempatan untuk bertanya selama kegiatan belajar dan mengajar.
Ketuntasan hasil belajar afektif mencapai 23 dari 30 siswa tuntas dalam pembelajaran yang dilakukan selama siklus I dan
rata-rata nilai afektif sebesar 3,00 dengan kriteria “Baik”. Menurut
ketuntasan klasikal, pencapaian ini belum dapat dianggap berhasil dengan kriteria minimal sebesar 24 siswa tuntas. Pembelajaran
yang telah dilakukan telah memacu siswa aktif selama pembelajaran, terutama ketika kegiatan proyek dilakukan. Siswa
aktif bertanya dan memberikan tanggapan terhadap proyek yang dilakukan.
PTK_0 3
PTK_0 6
PTK_0 7
PTK_1 1
PTK_1 8
PTK_1 9
PTK_2 7
Nilai Afektif 70
67,5 62,5
62,5 62,5
70 67,5
Nilai Kognitif 75
75 65
65 70
85 70
10 20
30 40
50 60
70 80
90
N il
a i
Si sw
a
Kode siswa
Hasil belajar psikomotorik memiliki ketuntasan yang paling besar dibandingkan dengan aspek afektif dan kognitif. Aspek
psikomotor yang dilakukan pada siklus 1 merupakan kegiatan dasar dalam kegiatan laboratorium dan merupakan persiapan pada
proyek inti pemurnian garam dapur. Hasil belajar psikomotor menghasilkan ketuntasan 27 dari 30 siswa mampu memenuhi
kriteria ketuntasan minimal dan rata-rata siswa mendapat nilai 3,57 dengan kriteria “sangat baik”. Data ini menunjukan bahwa
kegiatan dasar
laboratoriummelarutkan, menyaring,
dan mengamati endapan dalam larutan dapat dikuasai oleh siswa.
4.1.2. Siklus II