Identifikasi Tumbuhan Kesimpulan HASIL DAN PEMBAHASAN

30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh bagian Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah sawo dengan jenis Manilkara zapota L. P.Royen dari suku Sapotaceae. Data hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 42.

4.2 Analisis Kuantitatif

4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium

Kurva kalibrasi kalium, kalsium, natrium dan magnesium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku kal s ium, kalium, natrium dan magnesium pada panjang gelombang masing-masing. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk kalsium, kalium, dan natrium diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0.038547 X + 0.004881 untuk kalsium, Y = 0.04501 X - 0.01113 untuk kalium, Y = 0.140129 X + 0.000886 untuk natrium dan Y = 0,4084 X – 0,0004 untuk magnesium. Kurva kalibrasi larutan baku kalium, kalsium, natrium dan magnesium dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. 31 Gambar 4.1 Kurva kalibrasi kalsium Gambar 4.2 Kurva kalibrasi kalium Gambar 4.3 Kurva kalibrasi natrium 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 2 4 6 8 10 12 A bs or ba ns i Konsentrasi µgmL Y = 0.038547 X + 0.004881 r = 0.9996 -0,05 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 2 4 6 8 10 12 A bs or ba ns i Konsentrasi µgmL Y = 0.04501 X - 0.01113 r = 0.9992 -0,02 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 A bs or ba ns i Konsentrasi µgmL Y = 0.140129 X + 0.000886 r = 0.9998 32 Gambar 4.4 Kurva kalibrasi magnesium Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan kofisien korelasi r untuk kalsium sebesar 0,9996; kalium sebesar 0,9992; natrium sebesar 0,9998; dan magnesium sebesar 0,9999. nilai r ≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linear antara X dan Y Ermer dan McB. Miller, 2005.

4.2.2 Analisis Kadar Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada

Sampel Sampel yang digunakan dalam penetapan kadar kalium, kalsium, natrium dan magnesium terdiri dari empat jenis yaitu sampel I II yang terdiri dari sawo matang berkulit, serta sawo matang tidak berkulit , dan sampel III IV terdiri dari sawo mengkal berkulit serta sawo mengkal tidak berkulit. Pengujian kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Konsentrasi kalium, kalsium, natrium dan magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi. Data dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 51 dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 53. -0,02 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 A bs or ba ns i Konsentrasi µgmL Y = 0.4084 X + 0.0004 r = 0.9999 33 Pengujian dilanjutkan dengan perhitungan statistik perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 15, halaman 94. Hasil analisis kuantitatif kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Analisis Kuantitatif Kalium, Kalsium, Natrium dan magnesium pada Sampel I,II,III dan IV No Jenis Logam Kadar Logam dalam Sampel mg100 g MBK MTK MgBK MgTK 1 Kalium 222,5635 ± 2,7442 140,9663 ± 1,2153 185,3649 ± 0,3720 187,7387 ± 1,4814 2 Kalsium 19,6492 ± 0,0988 11,2662 ± 0,07067 20,5811 ± 0,0774 13,6619 ± 0,0447 3 Natrium 6,2928 ± 0,7072 7,5687 ± 0,4758 8,1745 ± 0,1742 7,1406 ± 0,3195 4 Magnesium 11,5420 ± 0,0749 8,6940 ± 0,0280 10,8951 ± 0,0439 11,7894 ± 0,0337 Keterangan: Sampel I MBK = Matang Berkulit Sampel II MTK = Matang Tidak Berkulit Sampel III MgBK = Mengkal Berkulit Sampel IV MgTK = Mengkal Tidak Berkulit Dari hasil analisis kuantitatif kalium, kalsium, natrium dan magnesium, sesuai yang tercantum pada table 4.1, setiap sampel mempunyai variasi kadar mineralnya. Kadar Kalium Banyak terdapat pada sawo matang berkulit dibanding matang tidak berkulit, sedangkan pada sawo mengkal lebih tinggi yang tidak berkulit dibanding berkulit. Hal ini sesuai dengan tiori bahwa pada kulit buah lebih banyak mengandung Kalium, karena kalium dalam tumbuhan berfungsi untuk menjaga bunga dan buah tidak mudah gugur, dan fungsi kulit buah ialah untuk melindungi daging buah. Kadar kalsium lebih tinggi pada sawo mengkal dan matang berkulit dibanding mengkal dan matang tidak berkulit. 34 Kadar magnesium berbanding terbalik dengan kalsium yaitu lebih tinggi pada sawo mengkal dan matang tidak berkulit dibanding yang berkulit. Kadar natrium justru lebih tinggi pada mengkal berkulit dan paling sedikit pada matang berkulit. Perbedaan kadar natrium yang lebih sedikit dibanding dengan kadar kalium yang lebih banyak dalam sampel, hasil penelitiaan ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kadar kalium lebih tinggi dibanding natrium 16:1. Hal ini sesuai dengan peran mineral dalam tumbuhan yang berfungsi dan diedarkan ke buah dan bunga, sehingga kalium lebih banyak dalam buah. Sedangkan natrium pada tumbuhan diedarkan untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun, maka kadarnya dalam buah hanya sedikit. Mineral diedarkan ke bagian-bagian tertentu dalam tanaman sesuai dengan kebutuhan. Dari hasil penelitian ini secara keseluruhan kadar yang paling tinggi dalam sawo ialah kalium seterusnya kalsium, magnesium dan natrium yang paling rendah, hal tersebut sesuai dengan literatur. Kalium dan kalsium dalam tanaman salah satunya berfungsi untuk memperkuat, karena fungsi kulit melindungi atau menutupi daging buah sehingga harus lebih keras.

4.2.3 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Kalium, Kalsium, Natrium dan

Magnesium pada Sampel. Pengujian beda nilai rata-rata kadar kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada sampel bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan pada kadar kalsium, kalium, natrium dan magnesium antar ke empat sampel yang terdiri dari sawo matang dan mengkal berkulit serta sawo matang dan mengkal tidak berkulit. Uji awal yang dilakukan sebelum data diolah ialah uji normalitas data menggunakan metode statistik inferensi yaitu uji Kalmogorov- 35 Smirnov. Uji ini bertujuan untuk mendeteksi distribusi data terdisrtribusi normal atau tidak normal. Hasil uji tersebut menyatakan bahwa hanya kadar natrium yang terdistribusi normal karena Sig.p 0,05 sedangkan kalium, kalsium dan magnesium terdistribusi tidak normal karena Sig.p 0,05. Maka untuk natrium bisa dilanjutkan dengan uji ANOVA yaitu uji One Way ANOVA guna mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata secara signifikan antar sampel. Dari hasil yang diperoleh terdapat perbedaan statistik yang signifikan antar sampel dengan probabilitas lebih kecil dari 0.05 P = 0.000 0.05. maka dilanjutkan dengan uji Post-Hoc menggunakan Turkey untuk mengetahui bahwa nilai rata-rata kadar natrium pada sawo matang tidak berkulit mempunyai perbedaan yang signifikan dengan matang berkulit dan mengkal berkulit tetapi tidak mempunyai perbedaan dengan mengkal tidak berkulit. Data dapat dilihat pada lampiran 15, point 4. Hasil uji normalitas kalium, kalsium, dan magnesium karena terdistribusi tidak normal maka ini termasuk analisis non parametrik sehingga bisa dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Uji ini digunakan uji asumsi ANOVA tidak terpenuhi, dalam hal ini kita akan mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata kadar kalium, kalsium dan magnesium antar sampel. Maka diperoleh hasil P = 0.000 0.05 ini berarti terdapat perbedaan statistik yang signifikan antar sampel. Tetapi pada uji ini kita tidak bisa mengetahui perbandingan antar sampel yang mana dari keempat sampel tersebut adanya perbadaan yang signifikan.

4.2.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Berdasarkan data kurva kalibrasi kalsium, kalium, natrium dan magnesium diperoleh batas deteksi dan batas kuantitasi untuk mineral tersebut. Batas deteksi 36 dan batas kuantitasi kalium, kalsium, natrium dan magnesium dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium Mineral Batas Deteksi µgml Batas Kuantitasi µgml Kalium 0,5264 1,7547 Kalsium 0,3381 1,1270 Natrium 0,0267 0,0892 Magnesium 1,2984 0,0318 Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa semua hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi dan batas kuantitasi. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 79.

4.2.5 Uji Perolehan Kembali Recovery

Hasil uji perolehan kembali Recovery kalsium, kalium, natrium dan magnesium setelah penambahan larutan baku dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 84. Perhitungan persen recovery kalium, kaslium, magnesium dan natrium pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 86. Persen recovery kalsium, kalium, dan natrium pada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Persen Uji Perolehan Kembali recovery Kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada Sampel No Mineral yang dianalisis Recovery Syarat rentang persen Recovery 1. Kalium 92,6917 80-120 2. Kalsium 99,1419 80-120 3. Natrium 99,8363 80-120 4. Magnesium 102,1610 80-120 Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan kembali recovery untuk kalium 92,6917, kalsium 99,1419, natrium 99,8363, dan magnesium 102,1610. 37 Persen perolehan kembali tersebut menunjukkan kecermatan kerja yang memuaskan pada pengujian kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada sampel. Hasil yang diperoleh dari uji perolehan kembali recovery ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan, jika rata-rata hasil perolehan kembali berada pada rentang 80-120 Ermer dan McB. Miller, 2005.

4.2.6 Simpangan Baku Relatif

Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif untuk kalium, kalsium, natrium, dan magnesium dapat dilihat pada Tabel 4.4, sedangkan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman 90. Tabel 4.4 Nilai Simpangan Baku dan Simpangan Baku Relatif Kalsium, Kalium, Natrium dan Magnesium No. Mineral Simpangan Baku Simpangan Baku Relatif 1. Kalium 1,6671 0,75 2. Kalsium 0,0599 0,09 3. Natrium 0,4296 6,83

4. Magnesium

0,0456 0,39 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat dilihat nilai simpangan baku SD untuk, kalium adalah sebesar 1,6671, kalsium adalah sebesar 0,0599, natrium adalah sebesar 0,4296, dan magnesium adalah sebesar 0,0456. sedangkan nilai simpangan baku relatif RSD sebesar 0,75 untuk kalium, dan 0,09 untuk kalsium dan 6,83 untuk natrium dan 0,39 untuk magnesium. Menurut Harmita 2004, nilai simpangan baku relatif RSD untuk analit dengan kadar part per million ppm adalah tidak lebih dari 16 dan untuk analit dengan kadar part per billion ppb RSD nya adalah tidak lebih dari 32. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode yang dilakukan memiliki presisi yang baik. 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengujian secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom menunjukkan bahwa kandungan kalsium, kalium, natrium dan magnesium pada sampel yang terdiri dari matang berkulit dan tidak berkulit adalah sebesar 222,5635 ± 2,7442 dan 140,9663 ± 1,2153 mg100 g untuk kalium, 19,6492 ± 0,0988 dan 11,2662 ± 0,0706 mg100 g untuk kalsium, 6,2928 ± 0,7072 dan 7,5687 ± 0,4758 mg100 g untuk natrium serta 11,5420 ± 0,0749 dan 8,6940 ± 0,0280 untuk magnesium, sedangkan kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada sampel yang terdiri dari mengkal berkulit dan tidak berkulit adalah sebesar 185,3649 ± 0,3720 dan 187,7387 ± 1,4814 mg100 g untuk kalium, 20,5811 ± 0,0774 dan 13,6619 ± 0,0447 mg100 g untuk kalsium, 8,1745 ± 0,1742 dan 7,1406 ± 0,3195 mg100 g untuk natrium serta 10,8951 ± 0,0439 dan 11,7894 ± 0,0337 untuk magnesium. 2. Hasil uji statistik yaitu uji beda rata-rata yang diawali dengan uji Normalitas dengan uji Kalmograv-Smirnov, diperoleh kadar natrium sebagai hasil yang normal sedangkan kalium, kalsium dan magnesium tidak normal. Uji lanjutan untuk natrium digunakan One Way ANOVA sedangkan untuk kalium, kalsium, dan magnesium dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis maka diperoleh kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium yang berbeda secara signifikan antara sampel yang terdiri dari 39 matang berkulit dan tidak berkulit serta mengkal berkulit dan tidak berkulit, di mana kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada sawo matang lebih tinggi dari pada mengkal, serta yang berkulit lebih tinggi dari pada tidak berkulit, sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium paling banyak terkandung pada sawo matang berkulit.

5.2 Saran