21
3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1
Larutan HNO
3
1:1
Larutan HNO
3
65 bv sebanyak 500 ml diencerkan dengan 500 ml air suling Helrich, 1990.
3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan adalah buah sawo mengkal dan matang yang diambil secara purposif dari pohon Sawo di Kampong Langga Aceh. Metode
pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposive yang dikenal juga sebagai sempling pertimbangan, dimana sampel ditentukan atas dasar
pertimbangan bahwa semua sampel mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang diteliti Budiarto, 2004.
3.5.2 Penyiapan Sampel
Sebanyak 1 kg buah sawo Manilkara zapota L. matang dan mengkal dicuci bersih dari pengotor, dikupas kulitnya, dipotong-potong serta dipisahkan
daging buah dari bijinya, selanjutnya dihaluskan.
3.5.3 Proses Dekstruksi
Sampel yang telah disiapkan masing-masing ditimbang sebanyak 50 gram, dimasukkan kedalam kurs porselen, lalu ditambahkan HNO
3
1:1 sebnayak 5 mL. didiamkan selama 24 jam, kemudian diarangkan diatas hot plate selama 1 jam,
lalu diabukan dengan tanur pada temperatur awal 100
o
C dan dinaikkan perlahan- lahan hingga 500
o
C dengan interval 25
o
C setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 24 jam dan dibiarkan hingga dingin dan dipindahkan ke desikator. Abu
ditambahkan 5 mL larutan HNO
3
1:1, kemudian diuapkan pada hot plate sampai
22 kering. Kurs perselen dimasukkan kembali ke tanur dengan temperatur awal
100
o
C setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin dan dipindahkan ke desikator Horwitz, 2000.
3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel
Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 5 mL HNO
3
1:1, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian larutan dicukupkan dengan
aquademineral hingga garis tanda Horwitz, 2000. Kemudian disaring dengan kertas Whatman No 42 dan 5 mL filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan
kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung dalm botol. Filtrat ini digunakan sebagai larutan sampel untuk analisis kuantitatif.
3.5.5 Analisa Kuantitatif 3.5.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium
Larutan baku kalium 1000 mcgml dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan
akuademineral kensentrasi 10 mcgml larutan induk baku II. Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet Larutan Induk Baku II sebanyak
2,5 ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml, dilarutkan dalam labu 50 ml dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aquademineral sehingga didapatkan
konsentarasi berturut-turut 0,5 mcgml; 2,00 mcgml; 3,00 mcgml; 4,00 mcgml dan diukur pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-propana
Rohman, 2007.
3.5.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium
Larutan baku kalsium 1000 mcgml dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan
23 akuademineral kensentrasi 10 mcgml larutan induk baku II. Larutan untuk
kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet Larutan Induk Baku II sebanyak 2,5 ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml, dilarutkan dalam labu 50 ml dan
dicukupkan sampai garis tanda dengan aquademineral sehingga didapatkan konsentarasi berturut-turut 0,5 mcgml; 2,00 mcgml; 3,00 mcgml; 4,00 mcgml
dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala dinitrogen oksida-asetilen Rohman, 2007.
3.5.5.3 Pembutan Kurva kalibrasi Natrium
Larutan baku natrium 1000 mcgml dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan
akuabides kensentrasi 10 mcgml larutan induk baku II. Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet Larutan Induk Baku II sebanyak 25 ml,
dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan aquademineral hingga garis tanda konsentrasi 2,5 mcgml. larutan kurva kalibrasi natrium
dibuat dengan memipet larutan induk baku III sebanyak 4 ml, 6 ml, 8 ml, dan 12 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan
sampai garis tanda dengan aquademineral sehingga didapatkan konsentarasi berturut-turut 0,2 mcgml; 0,3 mcgml; 0,4 mcgml; 0,5 mcgml dan 0.6 mcgml
diukur pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-propana Rohman, 2007.
3.5.5.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium
Larutan baku natrium 1000 mcgml dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan
akuademineral kensentrasi 10 mcgml larutan induk baku II. Larutan induk
24 baku III dibuat dengan memipet Larutan Induk Baku II sebanyak 10 ml,
dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan aquademineral hingga garis tanda konsentrasi 2 mcgml. larutan kurva kalibrasi magnesium
dibuat dengan memipet larutan induk baku III sebanyak 2,5 ml, 5 ml, 7,5 ml, dan 12,5 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan
dicukupkan sampai garis tanda dengan aquademineral sehingga didapatkan konsentarasi berturut-turut 0,1 mcgml; 0,2 mcgml; 0,3 mcgml; 0,4 mcgml dan
0,5 mcgml diukur pada panjang gelombang 285,2 nm dengan tipe nyala udara asetilen Rohman, 2007.
3.5.5.5. Penetapan Kadar Kalium
Larutan sampel hasil destrukasi dipipet sebanyak 0,4 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan denagan akuademineral hingga
garis tanda faktor pengenceran = 1000,4. Lalu diukur absorbsinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur
metodenya dimana penetapan kadar kalium dilakukan pada panjang gelombang 766,5 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absosrbsi yang diperoleh harus
berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi
dari kurva kalibrasi.
3.5.5.6 Penetapan Kadar Kalsium
Larutan sampel hasil destrukasi dipipet sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan denagan akuademineral hingga
garis tanda faktor pengenceran = 1005. Lalu diukur absorbsinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur
25 metodenya dimana penetapan kadar kalsium dilakukan pada panjang gelombang
422,7 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absosrbsi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium
dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.
3.5.5.7 Penentapan Kadar Natrium
Larutan sampel hasil destrukasi dipipet sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan denagan akuademineral hingga
garis tanda faktor pengenceran = 1001. Lalu diukur absorbsinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur
metodenya dimana penetapan kadar natrium dilakukan pada panjang gelombang 589,0 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absosrbsi yang diperoleh harus
berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.
3.5.5.8 Penatapan Kadar Magnesium
Larutan sampel hasil destrukasi dipipet sebanyak 0,8 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan denagan akuademineral hingga
garis tanda faktor pengenceran = 1000,8. Lalu diukur absorbsinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur
metodenya dimana penetapan kadar magnesium dilakukan pada panjang gelombang 285,2 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absosrbsi yang diperoleh
harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari
kurva kalibrasi.
26
3.5.5.9 Perhitungan Kadar Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium
dalam Sampel
Kadar kalium, kalsium, natrium, dan magnesium dalam sampel dapat dihitung dengan cara berikut:
Kadar mcgml = C × V × Fp
W Keterangan:
C = Konsentrasi logam dalam larutan sampel mcgml
V = Volume larutan sampel ml
Fp = Faktor pengenceran
W = Berat sampel gram
3.5.6 Analisis Data Secara Statistik
3.5.6.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan sebelum data diolah menggunakan metode statistik inferensi. Uji normalitas data merupakan uji penting yang bertujuan untuk
mendeteksi distribusi data suatu variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang terdistribusi normal merupakan syarat untuk melakukan pengujian statistik
parametric, sementara jika data terdistribusi tidak normal maka pengujian menggunakan uji statistik non parametrik. Uji normalitas yang digunakan pada
penelitian ini ialah uji Kalmogorov-Smirnov.
3.5.6.2 Uji Kalmogorov-Smirnov
Pada pengujian normalitas data Kalmogorov-Smirnov, hipotesa yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ho : Data terdistribusi normal Jika Sig.P 0.05 maka Ho diterima
Ha : Data tidak terdistribusi normal Jika Sig.P 0.05 maka Ho ditolak.
27
3.5.6.3 Uji Analisis Of Variance ANOVA
Uji ANOVA merupakan jenis analisis parametrik. Uji ini digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata secara signifikan pada variabel
terikat pada 2 atau lebih kelompok. Jenis ANOVA yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji One way ANOVA.
3.5.6.4 Uji One way ANOVA
Uji ini digunakan untuk menganalisis satu variabel terikat berdasarkan satu variabel tidak terikat sebagai factor. Dimana kita ingin mengetahui ada tidaknya
perbedaan nilai rata-rata antara 2 kelompok atau lebih. Dalam penelitian ini kita ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata kadar mineral dari ke 4
sampel sawo. Jika probabilitas 0.05 ini berarti terdapat perbedaan statistik yang signifikan nilai rata-rata kadar mineral antar sampel.
3.5.6.5 Uji Kruskal-Wallis
Uji Kruskal-Wallis adalah uji nonparametrik yang digunakan untuk membandingkan tiga atau lebih data sampel. Uji ini dilakukan ketika asumsi
ANOVA tidak terpenuhi atau dengan kata lain uji ini merupakan alternatif dari uji ANOVA. Bila probabilitas 0.000 lebih kecil dari 0.05 maka ini artinya terdapat
perbadaan statistik yang signifikan antar kadar mineral dalam sampel.
3.5.7 Validasi Metode
3.5.7.1 Uji Perolehan Kembali Recovery
Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode adisi penambahan baku. Dalam metode adisi dengan menambahkan sejumlah larutan
standar dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit
28 yang ditambahkan dapat ditemukan. Larutan baku yang ditambahkan yaitu 6 mL
larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgmL, 10 mL larutan baku kalium konsentrasi 1000 µgmL, dan 1,5 mL larutan baku natrium konsentrasi 1000
µgmL. Sampel yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak 50 g di
dalam krus porselen, lalu ditambahkan 6 mL larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgmL, 10 mL larutan baku kalium konsentrasi 1000 µgmL, dan 1,5 mL
larutan baku natrium konsentrasi 1000 mcgmL, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Persen
perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini Harmita, 2004:
Perolehan Kembali = C
F
− C
A
C
∗ A
× 100 Keterangan:
C
A
= Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku C
F
= Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku C
∗ A
= Kadar larutan baku yang ditambahkan
3.5.7.2 Penentuan Batas Deteksi Limit of Detection dan Batas Kuantifikasi
Limit of Quantification
Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sebaliknya, batas
kuantifikasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batas deteksi dan batas kuantifikasi ini
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut Harmita, 2004; Rohman dan Gandjar, 2007: Simpangan Baku
= �
∑Y−Yi
2
n −2
Batas Deteksi LOD =
3× ��
�����
Batas Kuantitasi LOQ =
10× ��
�����
29
3.5.7.3 Uji Keseksamaan Presisi
Uji keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukan
drajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan swcara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku yang relatif yang
memenuhi persyaratan menunjukan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah Rohman dan
Gandjar, 2007. ��� =
�� ��
× 100 Keterangan :
�� = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi
RSD = Relative Standard Deviation
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh bagian Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor. Hasil identifikasi
menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah sawo dengan jenis Manilkara zapota L. P.Royen dari suku Sapotaceae. Data hasil identifikasi dapat
dilihat pada Lampiran 1, halaman 42.
4.2 Analisis Kuantitatif
4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium
Kurva kalibrasi kalium, kalsium, natrium dan magnesium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku kal
s
ium, kalium, natrium dan magnesium pada panjang gelombang masing-masing. Dari pengukuran kurva
kalibrasi untuk kalsium, kalium, dan natrium diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0.038547 X + 0.004881 untuk kalsium, Y = 0.04501 X - 0.01113 untuk
kalium, Y = 0.140129 X + 0.000886 untuk natrium dan Y = 0,4084 X – 0,0004 untuk magnesium.
Kurva kalibrasi larutan baku kalium, kalsium, natrium dan magnesium dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
31
Gambar 4.1 Kurva kalibrasi kalsium
Gambar 4.2
Kurva kalibrasi kalium
Gambar 4.3 Kurva kalibrasi natrium
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
0,35 0,4
0,45
2 4
6 8
10 12
A bs
or ba
ns i
Konsentrasi µgmL
Y = 0.038547 X + 0.004881 r = 0.9996
-0,05 0,05
0,1 0,15
0,2 0,25
0,3 0,35
0,4 0,45
0,5
2 4
6 8
10 12
A bs
or ba
ns i
Konsentrasi µgmL
Y = 0.04501 X - 0.01113 r = 0.9992
-0,02 0,02
0,04 0,06
0,08 0,1
0,12 0,14
0,16
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
A bs
or ba
ns i
Konsentrasi µgmL
Y = 0.140129 X + 0.000886 r = 0.9998
32
Gambar 4.4 Kurva kalibrasi magnesium
Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan kofisien korelasi r untuk kalsium sebesar
0,9996; kalium sebesar 0,9992; natrium sebesar 0,9998; dan magnesium sebesar 0,9999. nilai r
≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linear antara X dan Y Ermer dan McB. Miller, 2005.
4.2.2 Analisis Kadar Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada