Agama Gambaran Pemilihan Pasangan Pada Tuna Daksa

Meski demikian ia juga mengakui bahwa pria sering merasa down atau merasa rendah diri apabila pendidikan pasangannya lebih tinggi daripada dirinya. Hal ini juga pernah ia alami dengan pasangannya sekarang. Loren adalah tamatan sarjana sedangkan pasangannya sekarang hanya tamatan SMA. Pasangannya sering merasa rendah diri khususnya saat mereka sedang membicarakan sesuatu terkait pengetahuan ataupun perkembangan teknologi, dimana dalam hal ini lebih banyak dimengerti oleh Loren. Namun ia sendiri punya cara tersendiri mengatasi masalah ini. Bila ia dihadapkan pada situasi ini, ia sering mengatakan pada pasangan bahwa hal ini bukanlah apa-apa. Hal ini hanya lah sekedar ilmu pengetahuan, namun bila berbicara tentang kehidupan pasangannyalah yang lebih berpengalaman. Ini adalah caranya menengahi bila kondisi ini terjadi dalam hubungannya. “Memang iya pasangan cenderung merasa rendah diri jika pendidikan lebih rendah dari pasangan, pacar-pacar saya yang dulu ga ada yang tamat SMA, baru yang ini. Jadi saya ngalamin yang sekarang ini, dia kan tamat SMA, dia sering itu merasa rendah diri sama saya, misalnya membicarakan sesuatu, entah teknologi, iyalah kau kan anak kuliahan jadi sering ada omongan seperti itu, cuman saya menanganinya alah itu kan ga ada pengaruh, itu hanya ilmu pengetahuan aja, kalau di kehidupan kan kamu lebih berpengalaman. Jadi istilahnya saya menengahinya seperti itu, supaya dia ga jadi minder dengan pendidikannya,” R2.W2b.615-626hal.37

3. Agama

Bagi Loren agama adalah faktor yang sangat berpengaruh dan menjadi prioritas utama dalam memilih pasangannya. Memiliki pasangan dengan latar belakang keyakinan atau agama yang sama adalah hal yang ia cari dan ia inginkan. Loren Universitas Sumatera Utara mempunyai keyakinan, seorang pria yang mempunyai dasar agama yang baik pasti menyanyangi Tuhan atau penciptanya dengan sepenuh hati. Dan hal ini menandakan bahwa ia juga pasti akan menyanyangi pasangannya. Ia berharap mendapatkan pasangan yang bukan hanya baik, tapi juga memiliki kehidupan agama yang baik. Karena baik saja tidak berarti jika kehidupan keagamaan kurang. “Kalau agama iyaa, itu sangat berpengaruh. Apalagi kayak sekarang ini, saya itu pinginnya laki-laki itu, dia itu sayang sama Tuhan. Karna menurut saya kalau laki-laki itu udah sayang sama Tuhan, kalau sayang dengan penciptanya, dia pasti sayang sama pasangannya. Itu prinsip saya. Walaupun dia baik, tapi kehidupan keagamaannya kurang, itu mempengaruhi untuk memilih dia” R2.W1b.978-986hal.21 Bagi Loren memiliki keyakinan dan agama yang sama dengan pasangan dapat semakin mempererat hubungan mereka. Mereka bisa menjalankan kegiatan agama bersama, beribadah dan berdoa bersama. Bukan hanya itu ia juga menyakini, bahwa memilih pasangan dengan latar belakang agama yang sama dan juga menjalankan kehidupan agama yang baik, akan mengurangi timbulnya perselisihan atau masalah dalam rumah tangganya kelak. Bukan berarti kehidupan keluarga tanpa masalah, namun akan semakin berkurang. Ia juga merasa lebih mudah memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh pasangan, seperti yang diajarkan oleh agamanya. “Kenapa yahh, enak rasanya kalau sama-sama kepercayaannya, kita bisa berdoa bersama, kita bisa beribadah bersama, kita juga bisa yah ga berbeda pendapat jadinya. Krna kepercayaan kita kan sama itu aja yang buat saya memilih. Jadi kalau kita udah beda agama, beda kepercayaan, cara kita berdoa aja nanti udah lain, jadi kapan lagi kita bisa bersama. Itu yang membuat kita jadi semakin dekat dengan pasangan. R2.W1b.994-1003hal.21 Universitas Sumatera Utara “Saya rasa ga akan ada perselisihan, kalau udah satu agama, satu kepercayaan, satu keyakinan. Tapi itu memang kalau benar-benar melakukannya yah. Jadi kalau dia satu kepercayaan, kemungkinannya bukan tanpa masalah, tapi ga akan sering-sering, trus kita bisa memaafkan pasangan kalau pasangan salah. Itu juga yang diajarkan oleh agama kan. R2.W1b.1007-1015hal.21

4. Ras atau Suku