R2.W1b.1021-1026hal.21 “Iyaaa...kepribadiannya itu yang paling utama, aku ga mandang fisik lagi.”
R2.W1b.1050-1051hal.22 “....Saya  rasa  fisik  itu  bisa  berubah,  seiring  dengan  waktu  bisa  berubah.  Tapi
kalau kepribadian mungkin itu tidak, istilahnya kalau kepribadian itu mungkin sudah tertanam dalam diri dia, jadi kemungkinan itu akan sulit untuk berubah.
Itu membuat saya melihat kepribadiannya yang utama.” R2.W1b.1054-1064hal.22
Loren sangat  mendambakan suasana keluarga  yang tenang, tidak sering ribut, kehidupan rumah tangga yang harmonis. Ia tidak ingin sering terjadi pertengkaran
atau masalah kelak karena hal apapun. Masalah sekecil apapun janganlah dibesar- besarkan,  namun  dibicarakan  secara  terbuka.  Karena  itu  ia  menginginkan
pasangan  yang  lembut,  tidak  suka  berbicara  kasar.  Ia  juga  tidak  menyukai  jika pasangannya mudah emosi dan membentak.
“Yang  mempengaruhi  apa  lah  dibilang  yahh.  Dia  ga  suka  ngomong  keras, orangnya lembut. Itu aja sihh, sama dia tuh ga gampang marah...Kriterianya itu
aja sih, aku ga suka orang  yang  ngomong kasar. Semberaut gitu, itu aja, suka membentak, karna saya ga suka itu.”
R2.W1b.1044-1046hal.22 “Gambarannya,  kepinginnya  keluarga  yang  damai,  saya  ga  suka  yang  ribut.
Saya  tuh  suka  laki-laki  yang  lembut  ga  suka  yang  kasar,  jadi  saya  sih  suka suasana  rumah  tangga  yang,..rumah  tangga  yang  terbukalah  gitu,
komunikasinya  ada,  ceria,  kalau  bisa  jangan  ribut-ribut.  Kalau  pun  hal-hal sekecil apapun, kalau bisa jangan diributkan.”
R2.W2b.216-217hal.29
2. Usia
Loren  lebih  menginginkan  pasangan  yang  lebih  tua  dari  dirinya.  Menurutnya pasangan  yang  usianya  lebih  tua  darinya  lebih  dapat  membimbing  dan
mengarahkan dirinya kelak. Karena jika pasangan usianya lebih muda darinya, ia
Universitas Sumatera Utara
yang  akan  lebih  banyak  mengarahkan  pasangan.  Ia  juga  merasa  lebih  nyaman dibimbing  dan  dinasehati  oleh  pasangan  yang  usianya  lebih  tua  darinya.  Loren
mengungkapkan  bahwa  usia  pasangan  tidak  terlalu  mempengaruhi  pemilihan pasangannya. Sebelumnya ia pernah berpasangan dengan pria yang usianya lebih
muda, juga dengan pria yang lebih tua. Baginya usia tidak begitu penting, asalkan pikirannya dan pasangan dapat sejalan.
“Kalau  bisa  sih  yang  lebih  tua  dari  kita...karna  saya  merasa,  ehg,  kalau  dia muda,  kalau  dia  yang  menasehati  kita  kayaknya  ga  cocok.  Istilahnya  kalau
yang  sama  lebih  muda,  kebanyakan  kita  yang  mengarahkan  dia,  tapi  kalau yang lebih tua dia yang mengarahkan kita.”
R2.W1b.1078-1084hal.23 “Kalau usia sih saya ga terlalu, karna pacaran dengan usia yang lebih muda pun
saya udah pernah, yang lebih tua juga pernah, yang sekarang ini. Kalau usia sih enggak...yang penting kita bisa satu jalan, saling nyambung itu aja.”
R2.W1b.1067-1071hal.22
3. Kesamaan Sikap dan Nilai
Di  usianya  saat  ini  Loren  memiliki  kekhawatiran  jika  kelak  ia  tidak  bisa memiliki  anak,  selain  itu  ia  kondisi  fisiknya  juga  tidak  sesehat  perempuan  yang
lain.  Karena  hal  ini,  Loren  mencari  dan  memilih  pasangan  yang  motivasinya menikah bukan untuk memiliki keturunan. Ia ingin pasangannya juga menghargai
dan  menerima  hal  ini. Ia  mencari pasangan  yang  menikah karena  memang  ingin saling membahagiakan satu sama lain. Sebagai teman berbagi dan menghabiskan
sisa hidup bersama. Kesamaan inilah yang ingin ia bangun dan ia bagikan kepada pasangannya. Kesamaan  ini  juga akan semakin  meningkatkan kecocokan dengan
pasangan, hal inilah yang ia alami dengan pasangannya sekarang. Ia dan pasangan
Universitas Sumatera Utara
memiliki  tujuan  yang  sama  sehingga  mereka  merasa  semakin  cocok  satu  sama lain.
“Kalau untuk saat ini sih, karna usia saya sudah, gimanalah dibilang yah, udah diambang  apa  ini,  kalau  saya  perempuan  kan  ini  sudah  rawan,  sudah  rawan
punya  anak,  jadi  saya  mencari  pasangan  yang  motivasinya  bukan  untuk mencari anak. Karna saya kalau, yang saya khawatirkan saya ga bisa menjaga
keturunan karna usia saya sudah seperti ini. Jadi saya kasih gambaran sama dia, bukan  berarti  saya ga  bisa punya anak, tapi  seandainya saya tidak  bisa punya
anak apa dia  bisa terima. Karna usia saya kan udah  seperti  ini,  lagian kondisi saya  kan  tidak  seperti  perempuan  yang  sehat.  Istilahnya  gimanalah  dibilang
yah, kalau dibilang ga pingin punya anak, enggak mungkin yah kan, tapi kalau bisa jangan tujuan dia itu untuk anak, istilahnya tujuan dia itu menikah untuk,
istilahnya saling atau membahagiakan pasangannya, itu yang paling penting” R2.W2b.229-247hal.29
“Iyaa, saya pikir kecocokan, karna kan dia  mencari pasangan pun  bukan  mau untuk  anak  lagi,  yah  memang  untuk  menghabiskan  sisa  hidup  dia  yang
sekarang, jadi dia pingin sama orang yang betul-betul dia sayangi.” R2.W2b.264-268hal.29
Hubungan  antara  dua  orang  akan  berjalan  baik  jika  keduanya  mau  saling menyesuaikan  dalam  berbagai  hal.  Hal  inilah  yang  disadari  oleh  Loren.  Ia  tidak
bisa  selalu  sependapat  atau  sepakat  dengan  pasangan,  pasti  ada  hal-hal  yang mereka  berdua  tidak  sepakat.  Karena  itu  Loren  menyadari  bahwa  ia  harus
menyesuaikan diri dengan pasangan. Ia menyadari perlu untuk menoleransi sikap atau  sifat  pasangan  yang  berbeda.  Namun  bukan  hanya  satu  pihak  yang  harus
melakukan  penyesuaikan,  baginya  keduanya  harus  saling  menyesuaikan  agar mengurangi terjadi konflik atau masalah sehingga hubungan dapat berjalan baik.
“Yah kalau kita ga menyesuaikan diri dengan pasangan, bisa ribut terus nanti. Istilahnya  gimana  supaya  hubungan  itu  bisa  baik,  makanya  kita  harus
menyesuaikan  diri.  Saya  pikir  sih  bukan  hanya  sepihak  yang  menyesuaikan, harusnya dua pihak. Dua-duanya harus saling menyesuaikan.”
R2.W2b.494-499hal.35
Universitas Sumatera Utara
4. Peran Gender dan Kebiasaan Pribadi