didapatkan bahwa sebagian besar lanjut usia yang beraktivitas kurang memiliki tingkat kognitif buruk, yaitu sebanyak 50 orang 42,4.
Hasil uji korelasi didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara usia p-value = 0,149, jenis kelamin p-value = 0,452
dan pendidikan terakhir p-value = 0,486 dengan tingkat kognitif lanjut usia. Uji korelasi antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia
didapatkan p-value = 0,000, hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel aktivitas fisik dengan variabel tingkat
kognitif lanjut usia p ≤ 0,05. Dari hasil koefisien korelasi diketahui r = 0,609. Hal itu menunjukkan bahwa dua variabel mempunyai hubungan
yang kuat, karena berada pada rentang koefisien korelasi antara 0,50 - 0,69.
53
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Variabel Aktivitas Fisik dan Tingkat Kognitif
1. Gambaran Aktivitas Fisik
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata - rata lanjut usia memiliki aktivitas fisik yang baik, yaitu sebanyak 62 orang 52,5 dari
118 responden. Dari hasil pengamatanpeneliti saat wawancara didapatkan bahwa beberapa lanjut usiamasih sangat aktif dalam kegiatan yang ada di
panti, seperti senam, membuat kerajinan tangan, bermain angklung dan lain
sebagainya.
Penelitian ini didukung oleh penelitian Utami 2013, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut usia masih aktif dalam
melakukan aktivitas fisik, yaitu sebesar 55,6. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wreksoatmodjo 2013 menunjukkan bahwa rata - rata
lanjut usia yang tinggal di panti memiliki aktivitas fisik yang buruk. Menurut Yamada 2009 para lanjut usia penghuni panti memiliki aktivitas
fisik yang kurang dibanding lanjut usia yang tinggal bersama keluarga masing - masing. Kurangnya aktivitas fisik memperbesar risiko penurunan
fungsi kognitif. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan
antara lanjut usia yang memiliki aktivitas fisik baik dan aktivitas fisik kurang, karena di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan sudah
terdapat jadwal tetap untuk melakukan kegiatan yang sudah ditetapkan oleh pihak atau petugas panti. Lanjut usia yang memiliki aktivitas kurang
kemungkinan disebabkan karena ada keterbatan lanjut usia dalam melakukan aktivitas sehari - hari serta ketidaktertarikan lanjut usia dalam
kegiatan yang sudah dijadwalkan di panti seperti: senam, membuat kerajinan tangan dan lain sebagainya.
2. Gambaran Tingkat Kognitif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata - rata lanjut usia berkognitif buruk, yaitu sebanyak 68 orang 57,6 dari 118 responden.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa lanjut usia yang tinggal di panti cenderung lebih berisiko mengalami
gangguan kognitif dibandingkan lanjut usia yang tinggal di keluarga masing - masing Wilson, 2002. Penelitian Alvarado dkk. 2004 di
Mexico City mendapatkan dari 155 lanjut usia yang tinggal di panti, 102 orang 65,8 nilai MMSEnya rendah dibanding dengan 30 orang 24,0
di antara 125 lanjut usia yang tinggal di keluarga. Alvarado dkk. 2004 menyebutkan bahwa setelah 6 bulan, kondisi para lanjut usia yang tinggal
di panti memburuk, terutama di kalangan perempuan dengan angka mortalitas mencapai 33. Penelitian Guerrerro dkk. 2007 di Filipina juga
menunjukkan bahwa lanjut usia di masyarakat rata - rata nilai MMSEnya lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di panti.
Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara lanjut usia yang berkognitif baik dan lanjut usia yang berkognitif
buruk. Lima puluh tujuh koma enam persen lanjut usia berkognitif buruk, hal ini disebabkan karena ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat