Sekitar awal 2000-an, terdapat band bernama Kagumikami yang terbentuk dari sebuah persahabatan Budi gitar,vokal, Andri gitar, dan Lukfi bass yang
ketiganya duduk di bangku sekolah yang sama dan ingin membentuk sebuah band berdasarkan kegemaran jenis musik yang sama yaitu Japanese Rock dan Brith
Rock. Mereka mencoba menawarkan warna musik rock Jepang yang mungkin masih belum terbiasa di telinga orang Indonesia. Adanya interaksi sosial antara
satu individu dengan individu lain, ataupun antara satu kelompok dengan kelompok lain, memunculkan band-band lainnya. Seperti munculnya band
Marrionate, dimana sang vokalis mengaku pertama kali mulai membawakan lagu- lagu band Jepang setelah diajak oleh personil band Kagumikami. Selanjutnya
muncul beberapa band yang membawakan aliran serupa hingga saat ini.
4.2 Band Beraliran Japanese Rock di Kota Medan
Adanya kesamaan minat terhadap budaya modern Jepang seperti anime, manga, dan musik, beberapa individu membentuk sebuah komunitas. Komunitas
ini bisa berupa komunitas pecinta group band J-Rocks nama band dari Jakarta, bukan genre musik maupun lainnya. “Komunitas Anime Lover Medan” yang
bertempat di SVEN-NET Internet Cafe di jalan Setia Budi Medan, merupakan komunitas yang terbentuk bermula dari kegemaran menonton anime dan membaca
manga. Biasanya bermula dari komunitas-komunitas seperti itu suatu band yang hobi membawakan lagu-lagu Jepang terbentuk.
Setelah era Kagumikami, selanjutnya muncul band lainnya seperti Shiroyuuki, Azumi, Cecillian, Chocoreto, Hanako, Arafuru, dan mungkin masih
ada lagi band-band baru yang akan bermunculan. Sebagaimana yang penulis lihat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
melalui internet dimana beberapa band masih dalam tahap pencarian personil baru untuk mengisi posisi tertentu, apakah sebagai basis, gitaris, vokalis, ataupun posisi
lainnya.
4.3 Japanese Rock Mengacu Pada Musik
Musik adalah aktivitas manusia. Artinya bunyi musikal dan karya musik yang tercipta tidak akan ada tanpa adanya aktivitas dari manusia itu sendiri. Ada
beberapa komponen untuk melihat musik sebagai aktivitas manusia yaitu komponis, proses membuat karya, hasil karya, dan konteksnya. Komponis dalam
hal ini adalah group-group band yang ada di kota Medan. Rata-rata dari mereka telah memiliki lagu ciptaan sendiri. Mereka tidak menempuh pendidikan khusus
ketika belajar bermain musik. Mereka belajar secara otodidak sehingga mereka tidak tahu bagaimana cara menciptakan sebuah lagu dengan menggunakan notasi.
Penulis ambil salah satu proses penciptaan lagu dari band Azumi. Tahap pertama proses penciptaan lagu biasanya dilakukan di sela-sela jam session dengan
mencari nada-nada. Mereka hanya mengandalkan ingatan mereka untuk mengingat nada-nada yang telah dibuat saat jam session tadi. Semua personil
berhak menyumbang idenya dalam menciptakan nada baru untuk mengembangkan dan menyempurnakan nada-nada yang sudah didapatkan saat
jam session di rumah masing-masing. Setelah masing-masing dari mereka selesai dengan hasil kreasinya, kemudian ide dari tiap personil diperdengarkan kepada
semua personil. Setelah itu mereka memilih nada-nada yang dianggap cocok dan bisa diterima oleh semua personil. Dalam hal penciptaan lirik lagu juga seperti itu.
Semua personil diberi kebebasan membuat lirik asalkan tidak jauh dari tema yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
sudah ditetapkan. Kemudian ide-ide tersebut dikumpulkan, lalu dipilih lirik-lirik mana yang cocok setelah melalui tahap seleksi “nggak jelas”, istilah mereka.
Setiap band memiliki idolanya masing-masing. Banyak band Jepang yang mempengaruhi komposisi musik yang mereka ciptakan. Komposisi merupakan
potongan musik. Kata “komposisi” bisa berarti “menaruh bersama”, sehingga komposisi ialah sesuatu dimana catatan musik diletakkan bersama. Sebelum
berbicara mengenai komposisi, terlebih dahulu akan di paparkan alat-alat musik apa saja yang digunakan, sebab alat musik merupakan instrumen yang dibuat
dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah musik. Band Medan menggunakan alat musik yang umum digunakan dalam musik Japanese rock, seperti gitar dengan
efek distorsi yang keras beserta amplifier-nya, gitar elektrik, bass, serta drum set. Namun ada juga band yang menambahkan instrumen keyboard. Para band
biasanya menonjolkan permainan salah satu alat musik, seperti permainan drum yang cepat ataupun menunjukkan skill pada permainan melodi, bass, dan
sebagainya. Ada band yang membuat ketukan drum-nya lebih punk dan gitar yang penuh dengan distorsi. Vibrasi, teknik falsetto, dan nada tinggi yang menjadi ciri
penyanyi Jepang juga berusaha diangkat oleh mereka, walaupun kembali lagi para penonton lah yang berhak menilai apakah usaha mereka itu cukup berhasil atau
tidak. Kembali ke masalah komposisi, lagu yang diciptakan didominasi oleh nada minor dan mayor, serta menggunakan akord yang umum dipakai dalam Japanese
rock. Ekspresi musik yang muncul juga bermacam-macam, seperti nuansa kelam dan nuansa yang penuh semangat. Tempo cepat dengan nada mayor membawa
kesan semangat pada lagu, sedangkan nada minor dengan tempo yang sedikit lambat membawa nuansa kesedihanmuram pada lagu. Sifat lagunya repetitif dan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
teksturnya polifoni. Band Japanese rock yang ada di Medan tidak membawakan sub genre yang sama, ada yang membawakan pop-rock, metal, dan sebagainya.
Oleh karena itu teknik menyanyi yang digunakan tentunya juga tidak sama, sebab untuk band yang membawakan sub genre metal kerap bernyanyi dengan
menggunakan teknik growling dan screaming. Lirik adalah kata-kata atau teks yang dinyanyikan dalam sebuah karya
musik. Lirik dalam sebuah lagu merupakan bahasa untuk mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan seorang penyanyi kepada penonton. Lirik lagu tersebut
bisa merupakan suatu pengalaman pribadi yang dialami oleh penciptanya, pengalaman orang-orang terdekat, ataupun hanya sekedar fantasi belaka. Sebelum
terciptanya sebuah lirik secara utuh, si pencipta terlebih dahulu memikirkan tema lagu yang akan dibuatnya. Awalnya tema-tema lagu dalam musik Japanese rock
bercerita tentang isu politik. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tema- tema lagu dalam musik ini jangkauannya semakin luas seperti bercerita tentang
cinta, persahabatan, dan sosial. Salah satu band Japanese rock kota Medan bernama Shiroyuuki sudah memiliki stok lagu yang cukup banyak. Kebanyakan
lagunya bercerita tentang cinta seperti lagu “cinta hitam, CLBK” dan sebagainya. Ada juga yang bertemakan tentang persahabatan seperti lagu “sahabat terbaik”.
Kepedulian terhadap sesama tercermin pada lagu “Tsunami 26 Dec ‘04”, dan ada juga lagu yang bercerita tentang kematian. Dari sekian banyak lagu yang mereka
ciptakan ada satu lagu berjudul “narcizz bangedh”, menceritakan rasa malu seorang gadis yang mempunyai pacar seorang cosplayer “super narsis” karena
cara berdandannya yang ekstrim. Lirik yang easy listening pada lagu ini membuat banyak penonton menyukainya. Sebagai anak muda yang emosinya masih
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
meledak-ledak melihat ini dan itu, salah satu band ada yang lebih suka mengangkat tema sosial pada lirik lagunya karena tidak jauh dari apa yang mereka
lihat sehari-hari. Bahasa yang digunakan pada lirik lagu ada yang menggunakan bahasa Indonesia dan ada juga yang menggunakan bahasa Inggris. Berikut contoh
lirik lagu yang bercerita tentang rasisme:
Hancurkan
Ooo..Ooo.. Ooo..Ooo..
God did not create me to see you dropped and ruined
He reveals the life of me So that we can see and breathe together in this world
No love for the land who consider themselves rotten great
Exceeds the holy light That never bow to him
This is the line that creates the courage to Fear in the imagination
Stronger than true love the most tough Draw from the lies that you created yourself
Reff : Ooooo..Oooo..oooo
Destroy on RASISME.. Ooooo…oooo..
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Let’s end this foolish thought Break in the thick walls
That limit our hearts and their Until when we come back
No more injuries in this world Replaced with a smile that protect every person
Then there would be no more regrets when we look back
Selain mempengaruhi musik yang mereka ciptakan, mereka juga biasanya membawakan lagu-lagu dari band idolanya itu dalam suatu pertunjukan. Lagu dari
soundtrack anime yang sangat popular juga suka dibawakan oleh beberapa band, seperti soundtrack anime Saint Saiya yang sangat popular pada masanya. Ketika
membawakan lagu dari band Jepang tersebut biasanya aransemen-nya tidak dirubah sama sekali, dalam artian mereka membawakannya sama seperti aslinya.
Namun ada juga yang memasukkan ide kreatifnya ketika lagu yang dibawakan pada saat itu menggunakan alat musik yang tidak mereka miliki. Yang dilakukan
kemudian adalah menonjolkan improvisasi permainan salah satu alat musik seperti drum untuk mengganti bagian itu. Kadang-kadang juga temponya
dibawakan lebih cepat daripada lagu yang sebenarnya.
4.4 Visual Kei Mengacu Pada Penampilan Performance