Band Japanese Rock Dalam Industri Rekaman

Indonesia menganggap dandanan mereka sebagai gaya Harajuku. Istilah V-Kei memang masih sangat asing ditelinga orang Indonesia. Hanya orang-orang yang mengikuti perkembangan band Jepang sajalah yang mengenal istilah V-Kei. Pada album pertama, mereka menampilkan tampilan yang “ceria” dimana beberapa personilnya mewarnai rambutnya dengan warna pink dan pirang seperti orang barat. Namun sepengamatan saya, semakin terkenal mereka di masyarakat, perlahan-lahan gaya seperti itupun mereka tinggalkan. Kini mereka kerap tampil kompak dengan mengenakan kostum yang seragam, justru pada salah satu kostum mereka terdapat motif batik yang mencirikan budaya Indonesia. Beberapa personil Rosemary Marian juga kerap memakai Rock dan kaos kaki warna warni yang lazim digunakan oleh perempuan. Dari segi visual, kostum band Suicide Maya memang tidak terlalu Japanese, namun mereka lebih menonjolkan aksi panggung, dimana sang vokalis menirukan aksi panggung Kyo vokalis Dir en Grey yang mensayat-sayat bagian tubuhnya. Menurut Arya informan penulis, beberapa band lain juga mulai lebih kasual, namun bukan berarti tidak memperhatikan fashion sama sekali. Hal ini terutama berlaku untuk band-band yang sudah cukup lama bermusik karena mereka kini lebih fokus pada musikalitasnya. Sedangkan band-band baru masih mengandalkan fashion sebagai “senjata utama”, baru kemudian musikalitas.

3.5 Band Japanese Rock Dalam Industri Rekaman

Menurut Pengamat Musik Denny Sakrie, di Indonesia ini musik yang mengkhalayak itu adalah yang easy listening, mudah dicerna dengan kemasan- kemasan yang berbeda. Pengamat Musik lainnya, Denny MR, melihat pasca Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara booming-nya trend musik rock alternative dan ska di Indonesia beberapa tahun lalu hingga kini belum ada lagi trend musik yang dominan. Sedangkan menurut Abdee Negara gitaris Slank, trend musik sekarang lebih variatif dan rancu karena sumbernya sudah sangat banyak. Contohnya, anak-anak muda Indonesia kini bisa tergila-gila dengan musik dan gaya hidup dari Jepang. Dulu kita hanya melihat trend musik yang datangnya dari Inggris atau Amerika. 42 Dari hasil forum di internet, komposisi musik dari lagu-lagu Japanese Rock ini terdengar aneh bagi sebagian orang yang baru pertama kali mendengarnya. Namun mereka bisa langsung menjadi penggemar setia aliran musik tersebut setelah terbiasa mendengarnya. Sayangnya genre musik ini jarang kira temui di Industri musik Indonesia. Menurut Dedy Hernawan, bagi dunia musik hiburan komposisi musik yang rumitjelimet sekalipun berkualitas, akan dianggap terlalu sulit untuk diterima oleh masyarakat karena hal itu bertentangan dengan hakikat musik hiburan yang selalu menawarkan kemudahan; mudah dicerna, mudah dihapus, dan mudah untuk dinikmati. Sehingga Jenis komposisi musik yang rumit sekalipun berkualitas tidak akan memenuhi syarat untuk dijadikan komoditi rekaman. 43 Band Indonesia yang menjadi pelopor dan sukses membawa jenis musik ini masuk major label adalah JRS J-Rocks. Perusahaan Aquarius Musikindo melihat potensi mereka ketika JRS menjadi pemenang pertama pada audisi Nescafe Gets Started 2004. JRS menjadi satu-satunya band Indonesia yang berhasil rekaman di Abbey Road, tempat yang sama dengan The Beatles rekaman. 42 Baca Tulisan Wendi Putranto, “Industri Musik Indonesia Kiamat?”, dalam Majalah Rolling Stone edisi Maret 2007 43 Baca artikel “Penciptaan Seni dalam Konteks Perubahan Jaman” oleh Dedy Hernawan dalam P4ST UPI FORD FOUNDATION p4st.upi.edumain.php. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Lagu-lagu pada album pertama JRS bagi sebagian penggemar musik Japanese Rock sering diasosiasikan dengan lagu-lagunya Laruku. Misalnya saja lagu “ceria” yang dianggap menjiplak lagu “C’est la vie”. Bahkan video klip single pertama mereka yang berjudul Lepaskan Diriku juga dianggap meniru salah satu video klip Laruku. Memang pada album tersebut nuansa Jepang sangat terasa pada musik mereka. R Muhammad Mulyadi peneliti sejarah industri musik dalam tulisannya “Faktor-Faktor Penentu Produk Industri Budaya”, menyatakan bahwa: …….di dalam industri musik, musisi lebih sering tunduk kepada keinginan produser. Dalam hal ini musisi lebih sering menyetujui kehendak produser bahwa produk yang akan dibuat ditujukan ke pasar. Dengan demikian suatu jenis produk album musik sering ditentukan berdasarkan keinginan dan pengamatan selera pasar si produser, berdasarkan selera pasar. Produser campur tangan mengenai jenis musik, judul lagu, bahkan nama kelompok band. 44 Mungkin hal ini juga lah yang membuat JRS harus menyesuaikan dengan selera pasar, dimana seiring waktu terjadi perubahan pada album-album mereka selanjutnya. Sampai kini JRS masih eksis di blantika musik Indonesia dan memiliki penggemar setia yang diberi nama J-Rock Star yang tersebar dibeberapa kota di Indonesia. Ketika saya menanyakan hal ini kepada Denny Sakrie melalui chat dalam situs pertemanan, tepatnya pertanyaan saya saat itu, “Mengapa band- band lain selain JRS yang mengusung aliran serupa sulit masuk ke industri rekaman?”. Ia menjawab dan berpendapat bahwa JRS kini telah mengubah musiknya tidak terlalu bernuansa Japanese Rock lagi. Mengapa mereka bisa eksis dan bertahan sampai saat ini karena mereka melakukan kompromi dengan label 44 http:blogs.unpad.ac.id Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan pendengar pop Indonesia dalam hal lirik yang menggunakan bahasa Indonesia, serta make up yang tidak terlalu Harajuku style lagi. Pada dasarnya masuk ke major label adalah impian para band baru untuk bisa eksis di Industri musik nasional dan memiliki kesempatan albumnya di produseri, karena produser adalah pemodal yang menyediakan modal bagi para musisi dalam industri musik. Namun kenyataan bahwa terdapat produser yang sering tidak sejalan dengan musisinya tidak bisa dihindari, sebab produser dalam memilih seniman memiliki beberapa pertimbangan seperti, apakah artisnya akan popular dan kasetnya laris, serta genre musik yang akan direkam juga apakah sudah popular di masyarakat atau belum. Keadaan seperti itu disadari benar oleh band-band baru. Mereka tahu konsekuensi bila mereka masuk ke major label dan menemukan jenis produser seperti itu maka kreatifitas mereka dalam bermusik akan terhambat dan terpaksa mengikuti keinginan produser yang mementingkan selera pasar. Oleh karena itu, sampai saat ini ada beberapa band yang lebih memilih berada di jalur independentindie 45 45 R Muhammad Mulyadi S.S.,M.Hum, “Faktor-Faktor Penentu Produk Industri Budaya” dalam . Melody Maker yang memainkan musik percampuran antara Japanese Rock dan Metal ini adalah salah satunya. Mereka tetap konsisten di jalur indie karena mereka mengedepankan idealisme dan kreatifitas di atas bisnis atau industri yang komersil. Bagi mereka, seni yang sejati tidak boleh dikotori dengan campur tangan apapun dan murni dari jiwa sang musisi kepada jiwa sang pendengar yang memiliki “kehausan” akan sesuatu yang berbeda. Melody Maker lebih memilih menjadi minoritas, tetapi memiliki skill http:blogs.unpad.ac.id. Musisi yang membuat album sendiri dengan modal sendiri dan memasarkannya sendiri dikelompokan sebagai indie label. Pengunaan istilah indie label tidak hanya sampai pada tahap membuat album musik dengan modal sendiri, sedangkan untuk pemasarannya menggunakan distributor musik atau menitipkan di distro-distro. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan kualitas yang “gila”. 46 Berbeda dengan Melody Maker, band Soudjiro selain memiliki satu album indie, mereka juga memiliki satu album major tetapi belum rilis dan masih masa tour. Bagi Yudhie Soudjiro, kalau diharuskan memilih antara label indie dengan label major, secara pribadi ia akan memilih label indie karena menurutnya musik yang dimainkan benar-benar dari hati. Kalau di major label, banyak yang harus disensor dan musik tersebut dibuat se-ringan mungkin. Walaupun berada di jalur indie, bukan berarti mereka tidak terkenal. Hal itu terbukti dari banyaknya pengalaman mereka tampil diberbagai acara. Mereka juga sering diulas oleh beberapa music lifestyle magazine ibukota, serta sejumlah wawancara di beberapa radio remaja. Jadwal manggung mereka tetap banyak dan terdapat sekitar 4000 fans fanatik dari berbagai ibukota yang disebut sebagai The Makers Family. Melody Maker telah memproduksi satu album berjudul “The Revenge From Bleeding Lolita” yang terdapat 11 lagu dibawah label Whisper.inc. 47 Suicide Maya telah mempunyai beberapa single seperti Aggravated Melodrama Japan Version, Schizophrenia, The Coma Citizen, dan Sacred Vengeance. Yang lebih mengagumkan lagi, single Aggravated Melodrama Japan Version sendiri telah di putar di “VK Inspired Hour” JSHOXX Radio, California, USA. 48 46 Kemudian ada band Chick-en-Katsu yang berada di bawah Red Label, masih label indie juga. Giga Of Spirit yang sudah merampungkan mini albumnya akhir tahun 2009 yang diberi judul “1 st STEP. Sedangkan Julia Rock band masih dalam usaha memasukkan demo lagu ke label-label. MELODYMAKERMUSIC2yahoo.com 47 Bertanya melalui pesan pendek SMS, tanggal 4 Desember 2009, 19.32 wib. 48 www.Japanesia.com Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Selain band-band diatas, masih ada lagi band-band yang berada pada jalur indie label seperti Shuriken dan Shibuya. Tetapi ada juga band yang sedang dalam penggarapan album major pertama, seperti yang sedang dilakukan band REI. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB IV TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM KONTEKS