penting bagi mereka karena itulah ciri khas mereka sebagai band Visual Kei. Namun, semakin terkenalnya band-band Visual Kei di masyarakat, lambat laun
beberapa band tersebut juga meninggalkan dandanan Visual mereka dan lebih fokus bermusik, contohnya Laruku dan Dir En Grey. Alasannya tidak begitu jelas,
melalui media massa opini publik dibiarkan tergiring begitu saja. Jadi ada yang menganggap bahwa band-band tersebut tidak perlu bersusah payah lagi untuk
berdandan yang aneh-aneh dan menghabiskan banyak uang untuk kostum dan make up. Tanpa harus melakukan hal itupun, pada kenyataannya masyarakat
sudah mengenal mereka. Yang mereka lakukan kini hanyalah memikirkan bagaimana membuat musik yang bagus dan disukai orang banyak. Hal seperti ini
memang lazim terjadi disana, walaupun masih banyak juga yang setia dengan dandanan mereka.
2.4 Keberadaan Japanese Rock dan Visual Kei dalam Industri Musik di
Jepang
Sejak dahulu orang Jepang sudah terkenal sebagai orang yang sangat mencintai bangsanya, yaitu dengan cara mencintai segala hal yang berhubungan
dengan negaranya. Terbukti dari banyaknya musisi Jepang yang setia terhadap label lokal sehingga label-label lokal berhasil menjadi “raja” dalam industri
rekaman di negeri sendiri. Tidak heran jika pasar Jepang menjadi pasar kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat.
24
24
Baca artikel “Major Label Penguasa Industri Musik Dunia” oleh Indriarti Yulistiani, 5 Juli 2009 dalam http:jagatalun.com20090705major-label-penguasa-industri-musik-dunia.
Beberapa hal seperti anime, visual
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
kei, video game, dorama
25
, music show
26
, boyband, idol image
27
Besarnya pasar Jepang tentu saja menarik minat para label utama dunia. Kuatnya label lokal
, dan forum “jejepangan” turut mendongkrak industri musik di Jepang.
28
membuat label asing sulit untuk masuk, apalagi menguasai pasar musik Jepang. Hal ini membuat artis-artis Jepang tidak merasa perlu untuk
memperluas pasarnya dengan menggarap pasar internasional. Faktor bahasa dan kondisi album rekaman para artis Jepang yang lebih mementingkan tampilan artis
dan musisi dibandingkan kualitas bermusik mereka, membuat album artis Jepang juga sulit menembus pasar internasional.
29
Masa kebangkitan band-band Visual Kei terjadi sekitar tahun 1988 sampai 1991 dengan band-band seperti X-Japan, Derlanger, dan masih banyak lagi.
Ketenaran mereka juga sampai ke Negara lain seperti Korea, Cina, Hongkong, Kenyataan bahwa para musisi Jepang baik penyanyi solo ataupun group
band yang lebih mementingkan tampilan artis daripada kualitas musik mereka tidak bisa dipungkiri, walaupun tidak semua musisi seperti itu. Banyak juga dari
mereka yang walaupun mementingkan aspek tampilan luar tetapi memiliki kualitas musik yang bagus pula. Hal itu terbukti dari beberapa group band yang
memiliki kemampuan yang baik dalam bermusik dengan lagu-lagu yang banyak diminati masyarakat.
25
Berbeda dengan di Indonesia dimana kebanyakan lagu soundtrack sinetron adalah lagu-lagu yang sudah terkenal terlebih dahulu baru kemudian dijadikan soundtrack, kalau di Jepang
kebalikannya. Justru dorama tersebut yang ikut mengangkat kepopuleran lagu temanya
26
Pertunjukan musik dimana banyak penyanyi yang tampil sebagai bintang tamu ataupun program yang menampilkan tangga lagu. Kalau di Indonesia contohnya seperti acara Hip-Hip
Hura, Dahsyat, derings, Inbox, On The Spot, Mantap, MTV Ampuh.
27
Idol Image dikabarkan mengandalkan wajah yang tampan dan cantik, atau biasa kita dengar di Indonesia dengan istilah “jual tampang” untuk mempopulerkan musik mereka
28
penguasaan major label dunia di Jepang hanya mencapai sekitar 48 dari seluruh pasar Jepang. Sedangkan label-label lokal di Jepang menguasai hampir 52 dari seluruh pasar data IFPI
29
Baca artikel “Major Label Penguasa Industri Musik Dunia” oleh Indriarti Yulistiani, 5 Juli 2009 dalam http:jagatalun.com20090705major-label-penguasa-industri-musik-dunia.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dan Taiwan. Hal itu Kemudian memunculkan band-band seperti Lar’c En Ciel, Luna Sea, Malize Mizer, Dir en Grey, di tahun 1991 sampai 1996. Masa ini
menjadi masa keemasan bagi group-group band karena banyak dari mereka yang mencapai kesuksesan, bahkan beberapa diantaranya berhasil masuk ke major
label.
30
30
httphanayume.wordpress.com20081201sejarah singkat visual kei
Laruku sebutan untuk Lar’c en Ciel yang mengangkat tema abad pertengahan pada kostumnya, banyak memasukkan unsur-unsur musik yang lain
seperti musik Hawai. Sedangkan Diru sebutan untuk Dir en Grey banyak menggunakan unsur metal dimana sang vokalis sering menggunakan teknik
Growl, dan nuansa penuh mistik yang dipadu dengan falset terdapat pada lagu Saku.
Seiring dengan perkembangnnya, semakin banyak band yang muncul dengan inovasi baru dalam berpenampilan. 12012 dan The Gazette kerap
memakai kostum yang sangat rumit dan sulit ditiru di setiap penampilannya. Dengan pemakaian make up yang sedemikan rupa membuat para personilnya
berwajah “cantik”. Keberadaan merekapun semakin diakui dan diminati masyarakat baik dalam maupun luar negeri. Meskipun sulit menembus pasar
internasional, bukan berarti tidak ada sama sekali band Japanese Rock Jepang dengan penampilan Visual Kei yang berhasil eksis di luar Jepang. Lar’c en ciel,
Dir En Grey, D’espairs Ray, adalah beberapa band yang banyak melakukan konser dan tour di luar Jepang.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB III FENOMENA JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DI INDONESIA
3.1 Penyebaran Japanese Rock dan Visual Kei
Era perkembangan teknologi yang semakin maju membantu penyebaran kebudayaan dengan sangat cepat. Proses penyebaran musik popular keseluruh
dunia sangat bergantung oleh media massa
31
Internet merupakan salah satu media massa dimana kita bisa mendapatkan informasi dengan mudah. Kita dapat mengetahui berbagai kejadian di penjuru
dunia dengan cepat karena perbedaan jarak tidak menjadi halangan lagi untuk memperoleh informasi. Informasi seputar Japanese rock dan Visual Kei dapat kita
temui dibeberapa website khusus seputar budaya Jepang, seperti harajukja.com dan japanesia.com. Selain itu juga banyak terdapat blog yang ditulis oleh orang-
orang yang memiliki ketertarikan dan mengetahui banyak informasi mengenai J- , baik cetak maupun elektronik.
Menurut Akhmad Zaini Abar, media massa kini menjadi sumber dominan untuk memperoleh citra realitas sosial serta interpretasinya dan penilaiannya. Budaya
massa atau budaya pop cenderung menjadi budaya dominan karena terus menerus diproduksi media massa 2004:90. Media massa digunakan untuk
menyebarluaskan musik, menyiarkan pertunjukan musik, promosi rekaman dan pertunjukan serta berita-berita seputar kehidupan para artis. Pada umumnya,
peranan media massa dalam pertunjukan musik populer lebih ampuh daripada pertunjukan live Purba dan Pasaribu, 2006:8. Sebagai budaya popular,
keberadaan Japanese rock dan visual kei sangat bergantung pada media massa.
31
Media massa atau Pers adalah istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus di desain untuk masyarakat yang sangat luas.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara