dalam Papalia Olds, 2001. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua
Conger, 1991; Papalia Olds, 2001. Dibanding pada masa kanak- kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti
kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman Conger, 1991; Papalia Olds, 2001. Dengan demikian, pada masa remaja
peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang
memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.
II.4.4. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst antara lain
8
1. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih
dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan. :
2. Memperoleh peranan sosial.
3. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif.
4. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya. 5.
Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri. 6.
Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan. 7.
Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga. 8.
Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup.
8
S.D. Gunarsa, “Dasar dan teori perkembangan anak”. Jakarta. BPK Gunung Mulia
.
1990. Halaman : 35
Universitas Sumatera Utara
II.5. Pendidikan Seks
II.5.1. Pengertian Seksualitas
Manusia adalah makhluk seksual. Seksualitas diartikan sebagai : bagaimana laki-laki dan perempuan berbeda dan mirip satu sama lain, secara
fisik, psikologis, dan dalam istilah-istilah perilaku
9
- Aktivitas, perasaaan, dan dikap yang dihubungkan dengan reproduksi,
dan ; ;
- Bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi dalam berpasangan
dan di dalam kelompok. Seksualitas adalah bagaimana orang merasakan dan mengekspresikan sifat
dasar dan ciri0ciri seksualnya yang khusus.
II.5.2. Pengertian Pendidikan Seks
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja 1994, secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas
manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-
aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat,
apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
9
Robert P. Masland, David Estridge, “Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks”. Jakarta. Bumi Aksara. 1997. Halaman : 23
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada
dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam
bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai
bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak
serta daya tangkap anak dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991 dikutip dari http:duniakita.com pendidikan-seksual-pada-remaja.html
Pendidikan seksual mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab. Pendidikan seksualitas merupakan proses
pembudayaan seksualitas manusia yang harus ditempatkan dalam konteks keluarga dan masyarakat. Pendidikan seksualitas menyadarkan manusia akan
keharusan mengatur dorongan seksualnya seturut nilai dan moralitas yang berlaku serta bertanggung jawab terhadap seksualitasnya
. Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan
biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-
nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
10
10
Johan Suban Tukan, “Metode Pendidikan Seks, Perkawinan dan Keluarga”. Jakarta. Erlangga 1993, Halaman : 9
.
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan
keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin
mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi
aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan, dikutip dari
http:duniakita.com pendidikan-seksual-pada-remaja.html.
Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut http:images.arikbliz.multiply.compendidikanseksual.htm
1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik,
mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan
perkembangan dan penyesuaian seksual peran, tuntutan dan tanggungjawab.
3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam
semua manifestasi yang bervariasi . 4.
Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
Universitas Sumatera Utara
5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial
untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan
seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak
rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan. 8.
Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai
peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan
remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks
itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan
manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu yang
baik dan pada waktu yang tertentu saja.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
III.1. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional bertujuan menyelidiki sejauhmana variasi pada satu atau
lebih variabel lain, berdasarkan koefision Azwar, 1998: 8. Semua hasil pengamatan di tuangkan dalam pembahasan. Hasil wawancara nantinya akan
dianalisis dan dipilih jawaban yang paling mendekati dan berkaitan dengan tujuan penelitian. Metode ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan
diantara variabel-variabel tersebut.
III.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Umum Sultan Iskandar Muda Medan.
III.2.1. Sejarah Singkat Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan
Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda YP
.
SIM adalah lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang Pendidikan. Didirikan pada tanggal 25 Agustus 1987 oleh
dr Sofyan Tan dengan Akta Notaris No. 45 oleh Notaris H. Ramadi pengga nti Notaris N Kusmulyanto Ongko. Kemudian pada tahun 1988
diperbaharui dengan akte No. 15 oleh notaris Kusmulyanto Ongko dan ditahun 2006 terjadi perubahan dengan Akta Notaris No. 100 oleh Edy, SH.
Tujuan pendirian Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda adalah membangun Sumber Daya Manusia SDM yang berkwalitas serta melahirkan
Universitas Sumatera Utara
generasi bangsa yang penuh toleransi dan dapat hidup berdampingan dalam perbedaan
Pada awalnya sekolah ini dirancang untuk mendekatkan diri dan mengatasi persoalan antara warga “asli” dengan warga “etnis Tionghoa” yang
selama ini dianggap sulit berbaur dan merupakan persoalan lama yang tidak pernah terselesaikan. Sulitnya proses integrasi antara warga “asli” dengan warga
“etnis Tionghoa” disebabkan oleh 3 faktor : 1.
Etnis Tionghoa lebih banyak bergerak dalam bidang ekonomi, karena adanya kebijakan pemerintah yang membatasi sektor lain.
2. Timbulnya prasangka-prasangka rasial baik dari warga “asli” maupun dari
warga “etnis Tionghoa” atau sebaliknya. Prasangka-prasangka negatif tersebut pada akhirnya berubah menjadi stereotip yang diterima oleh masing-
masing pihak menjadi suatu kebenaran. 3.
Adanya kepentingan dari kelompok tertentu yang hendak meraih keuntungan politik melalui isue rasialis anti etnis tionghoa.
Dari ketiga permasalahan yang menghambat proses integrasi tersebut, maka pendidikan memiliki peranan yang efektif untuk menghapus sekat-sekat
psykologis yang masih tertanam dalam lubuk hati baik dari warga “asli” maupun warga “etnis Tionghoa”.
Untuk mengeliminir masalah prasangka rasial yang muncul, Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan melakukan program-program antara lain
:
Universitas Sumatera Utara
1. Program Anak Asuh
Gerakan Orang Tua Asuh ini diterapkan dengan Sistem Berantai dan Bersifat Silang. Silang dimaksudkan adalah orang tua asuh yang berasal dari warga
etnis Tionghoa dianjurkan mengambil anak asuh dari warga asli, sebaliknya orang tua asuh dari warga asli mengambil anak asuh dari warga etnis
Tionghoa. Sedangkan Berantai diartikan; para anak asuh tetap memuliakan rasa kepedulian sosial mereka terhadap golongan masyarakat yang belum
beruntung. Kelak jika anak asuh sudah sukses secara ekonomi, mereka diikat kewajiban moralnya mengambil anak asuh untuk disekolahkan kembali.
Sehingga menjadi gerakan penyantunan secara alamiah terhadap orang-orang miskin yang akan terus berlanjut dan berantai selama kemiskinan masih ada.
2. Komposisi Struktur Organisasi
YP. SIM Medan selalu berusaha agar nilai-nilai pembauran senantiasa diterapkan dan dilakukan dengan rasa kebersamaan. Hal ini tercermin dalam
komposisi struktur organisasi, dimana: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan jajaran strukturalnya dipilih berdasarkan kemampuan mereka
tanpa melihat latar belakang suku dan status sosial. Jelas bahwa mereka semua dapat bekerjasama meskipun berasal dari latar belakang suku dan
agama yang berbeda diantaranya. 3.
Managemen Kelas Proses interaksi yang intensif antar etnis yang berbeda diterapkan melalui
pengelolaan kelas atau dengan pengaturan tempat duduk diatur dengan cara berselang-seling antara etnis yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
4. Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan yang berorientasi kelompok yang melibatkan berbagai etnis seperti pembentukan; tim olah raga, pentas drama, vokal group, cheerleeders,
pramuka dan sebagainya. 5.
Pembangunan Tempat Ibadah dan Pendopo Membangun tempat ibadah : Mesjid, Gereja dan Vihara pada satu lokasi dan
saling berdampingan mampu menciptakan rasa toleransi beragama dalam arti sebenarnya baik untuk para siswa maupun untuk guru-guru.
6. Rekrutmen dan Penghargaan
Visi Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda YP. SIM ditetapkan oleh Pembina Pendiri yayasan. Pembina mengangkat Badan Pengurus untuk
menjalankan Visi dan Misi Yayasan. Pengurus yayasan diawasi oleh Pengawas dan diberi saran serta masukan oleh Penasehat yayasan. Pengurus yayasan
mengangkat Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, serta pegawai dan staff pengajar untuk menjalankan visi dan misi yayasan tersebut.
Agar terhindar dari gurustaf yang rasialis dan tidak memiliki jiwa pendidik, maka rekrutmen gurustaf melibatkan psikolog, ahli pendidikan beserta
kepala sekolah dan yayasan. Kepada gurustaff yang berprestasi diberi penghargaan sebagai GuruStaff Teladan, hasil pemilihan siswa dan kepala
sekolah. Guru yang telah bekerja selama 5 lima tahun ditetapkan mendapat tabungan pensiun. Untuk masa kerja 10, 15 dan 20 tahun diberikan tabungan dana
yang besarnya disesuaikan dengan kondisi keuangan yayasan. Guru yang loyal dan berpotensi tinggi untuk mengembangkan kwalitas YP. SIM diberi Beasiswa
Pendidikan di S2. Anak Guru diberi beasiswa dari tingkat Sekolah Dasar SD
Universitas Sumatera Utara
sampai dengan Sekolah Menengah Umum SMU masing-masing sebanyak 2 dua orang dan apabila anak guru tersebut berhasil masuk Jalur Perguruan Tinggi
Negeri PTN akan diberikan Beasiswa kembali. Dalam rekrutmen gurustaff, YP.SIM lebih mengutamakan memilih lulusan YP.SIM terutama anak asuh agar
generisasi untuk meneruskan Visi dan Misi YP. SIM tetap terjaga kelanjutannya.
III.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pelajar remaja putri kelas X dan XI SMU Sultan Iskandar Muda Medan.
Pada penelitian ini peneliti menetapkan tigapuluh pelajar remaja put ri Sekolah Menengah Umum Sultan Iskandar Muda Medan
Penelitian ini menggunakan jenis purposive sampling, dimana sample yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan
berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menggunakan purpose sampling untuk menyeleksi kasus demi mendapatkan informasi khusus.
III.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun proposal penelitian, peneliti menggunakan dua sumber data, yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan Library Research, yaitu dengan
mengumpulkan data-data dari literature serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian
kepustakaan dilakukan melalui buku-buku, durat kabar, internet, dan sebagainya.
2. Penelitian Lapangan Field Research, yaitu pengumpulan data secara
langsung dengan menggunakan instrument yaitu:
Universitas Sumatera Utara
Kuesioner, adalah berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan
Bungin, 2009: 130. Dalam hal ini pertanyaan disajikan kepada siswi SMU Sultan iskandar Muda Medan kelas X dan XI sebanyak 30
siswa. Selain pada siswi, kuesinoer juga dibagikan kebeberapa ibu siswi dengan pertanyaan dan bentuk yang berbeda untuk mendukung
dan lebih memperkuat hasil penelitian mengenai pengetahuan pendidikan seks anaknya. Jadi kuisioner tertutup untuk siswi dan
kuisioner terbuka untuk ibu. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan metode kuisioner karena kuisioner dapat memberikan
kemudahan bagi responden untuk menjawab pertanyaan, kusioner bersifat praktis dan sistematis, dan keterbatasan waktu. Kuisioner
yang telah disi akan menjadi data yang digunakan untuk penelitian.
III.5. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisis
dalam beberapa tahap analisa. 1. Analisa Deskriptif
analisa yang bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap variabel yang diteliti.
2 . Analisa Korelasional Untuk menganalisa data peneliti menggunakan aplikasi SPSS Statical
Product Service Solution For Window 15.0” yang akan memberikan
Universitas Sumatera Utara
gamabaran tentang korelasi dan uji hipotesa dan hasil analisis secara cepat.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data dan Teknik Pengolahan Data
Tahapan pengumpulan data penelitian ini meliputi tahapan pengumpulan data penelitian yang selanjutnya akan diolah dengan menggunakan teknik
pengolahan data sebagai berikut:
IV.1.1 Tahapan Pengumpulan Data
Proses sebagai tahapan pengumpulan data penelitian terdiri dari kegiatan: 1.
Penyebaran kuesioner penelitian pada tanggal 18 Mei 2010 sd 22 Mei 2010.
2. Penyebaran kuesioner diberikan kepada 30 responden pelajar putri
Sekolah Menengah Sultan Iskandar Muda Medan.
IV.1.2 Teknik Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data hasil jawaban responden di dalam kuesioner penelitian. Pengolahan data ini
meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1.
Penomoran kuesioner, proses ini dengan memberikan Nomor 01-30 dalam kotak Nomor responden yang tersedia di atas kanan kuesioner
dengan tulisan No. Id. Responden. 2.
Editing, pada tahap ini peneliti melakukan perbaikan atau pembenahan dari jawaban responden yang meragukan untuk menghindari terjadinya
kesalahan pengisian data.
Universitas Sumatera Utara
3. Coding yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke kotak
kode yang telah disediakan di kuisioner dalam bentuk angka. 4.
Tabulasi data, pada tahap ini data kuesioner penelitian dimasukkan ke dalam tabel frekuensi, persentase, dan selanjutnya di analisa
kecenderungan jawaban sebagai jawaban mayoritas yang menunjukkan keadaan umumnya.
5. Pengujian hipotesa, merupakan pengujian statistik untuk mengetahui
apakah data yang ditemukan menolak atau menerima hiotesa penelitian yang diajukan. Dalam penelitian ini digunakan rumus tata uji korelasi
tata jenjang “Rank Spearman” rhor
s
. untuk mengukur hubungan tinggi atau rendah hubungan antar variable menggunakan skala
Guilford yaitu: 0,20
: Hubungan rendah sekali ; lemah sekali 0,20 – 0,40
: Hubungan rendah tapi pasti 0,40 – 0,70
: Hubungan yang cukup berarti 0,70 – 0,90
: Hubungan yang tinggi ; kuat 0,90
: Hubungan sangat tinggi ; kuat sekali ; dapat diandalkan
IV.1.3 Penyajian Data