UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
VEGF, fibroblas growth factor FGF-2, angiopoietin-1 dan thrombospondin akan menstimulasi sel endotel membentuk
neovaskular melalui proses angiogenesis Gurtner, 2007. Pada luka bakar yang dalam untuk mempercepat
penyembuhan perlu dilakukan eksisi dan tandur kulit skin graft. Tindakan penutupan luka dengan skin graft setelah eksisi
kulit yang terbakar merupakan bagian dari fase proliferasi pada penyembuhan luka Tiwari, 2012.
Hal yang menarik dari fase proliferasi ini adalah bahwa pada suatu titik tertentu, seluruh proses yang telah dijabarkan di
atas harus dihentikan. Fibroblas akan segera menghilang segera setelah matriks kolagen mengisi kavitas luka dan pembentukan
neovaskular akan menurun melalui proses apoptosis. Kegagalan regulasi pada tahap inilah yang hingga saat ini dianggap sebagai
penyebab terjadinya kelainan fibrosis seperti skar hipertrofik Gurtner, 2007.
c. Fase maturasi remodelling
Fase maturasi ini di luka pada umumnya berlangsung mulai hari ke-21 hingga sekitar 1 tahun, namun pada luka bakar
derajat 2 yang dalam dan yang mengenai seluruh ketebalan kulit yang dibiarkan sembuh sendiri fase ini bisa memanjang menjadi
bertahun-tahun Tiwari, 2012. Fase ini segera dimulai segera setelah kavitas luka terisi oleh jaringan granulasi, proses re-
epitelisasi usai, dan setelah kolagen menggantikan matriks temporer Gurtner, 2007. Pada fase ini terjadi maturasi luka dan
graft Tiwari, 2012. Kontraksi dari luka dan remodelling kolagen terjadi pada
fase ini. Kontraksi luka terjadi akibat aktivitas myofibroblas, yakni fibroblas yang mengandung komponen mikrofilamen
aktin intraseluler. Kolagen tipe III pada fase ini secara gradual digantikan oleh kolagen tipe I dengan bantuan matrix
metalloproteinase MMP yang disekresi oleh fibroblas,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
makrofag dan sel endotel. Sekitar 80 kolagen pada kulit adalah kolagen tipe I yang memungkinkan terjadinya tensile
strength pada kulit Gurtner, 2007. Keseimbangan antara proses sintesis dan degradasi
kolagen terjadi pada fase ini. Kolagen yang berlebihan didegradasi oleh enzim kolagenase dan kemudian diserap.
Sisanya akan mengerut sesuai tegangan yang ada. Hasil akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang pucat, tipis, lemas dan
mudah digerakkan dari dasarnya Bisono dan Pusponegoro, 1997.
Kolagen awalnya tersusun secara tidak beraturan, sehingga membutuhkan lysyl hydroxylase untuk mengubah lisin
menjadi hidroksilisin yang dianggap bertanggung jawab terhadap terjadinya cross-linking antar kolagen. Cross-linking
inilah yang menyebabkan terjadinya tensile strength sehingga luka tidak mudah terkoyak lagi. Tensile strength akan bertambah
secara cepat dalam 6 minggu pertama, kemudian akan bertambah perlahan selama 1-2 tahun. Pada umumnya tensile
strength pada kulit dan fascia tidak akan pernah mencapai 100, namun hanya sekitar 80 dari normal Marzoeki, 1993;
Schultz, 2007. Pada luka bakar derajat 2 dalam dan yang mengenai
seluruh ketebalan kulit bila dibiarkan sembuh sendiri dapat terbentuk
hipertrofik jaringan
parut dan
kontraktur. Hiperpigmentasi terjadi pada luka bakar superfisial karena
respon berlebihan
melanosit dari
trauma panas
dan hipopigmentasi terjadi pada luka bakar yang dalam karena
kerusakan melanosit pada kulit. Pada luka bakar post skin graft saat mulai terjadi inervasi, saraf yang tumbuh akan merubah
kontrol melanosit yang biasanya akan terjadi hiperpigmentasi graft pada orang berkulit gelap dan akan hipopigmentasi pada
orang berkulit putih Tiwari, 2012.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 4 Kulit 2. 4. 1 Anatomi Kulit
Kulit adalah organ tubuh terbesar yang membentuk 15 berat badan total Gibson, 2002. Kulit terdiri dari tiga lapisan yang masing-
masing terdiri dari berbagai jenis sel dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah epidermis, dermis,
dan subkutis Wasiatmadja dan Syarif, 2007.
2. 4. 1. 1 Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar terutama terdiri dari epitel skuamosa
bertingkat. Sel-sel
yang menyusunnya
secara berkesinambungan dibentuk oleh lapisan germinal dalam epitel silindris
dan mendatar ketika didorong oleh sel-sel baru ke arah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar mengandung keratin,
protein bertanduk, hanya sedikit darinya pada permukaan tubuh yang terpajan untuk terpakai dan terkikis, seperti pada permukaan dalam
lengan, paha dan lebih banyak lagi pada permukaan ektensor, lapisan ini terutama tebal pada kaki Gibson, 2002. Lapisan ini terdiri atas:
a. Stratum corneum lapisan tanduk
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan
sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air dan
sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
b. Stratum lucidum lapisan jernih
Berada tepat di bawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan
telapak kaki. c.
Stratum granulosum lapisan berbutir-butir Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal,
berbutir kasar, berinti mengkerut.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Stratum spinosum lapisan malphigi
Sel berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut
protein. e.
Stratum germinativum lapisan basal Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat
sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin.
2. 4. 1. 2 Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen, jaringan fibrosa dan elastin. Lapisan superfisial menonjol ke dalam epidermis berupa
sejumlah papila kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe
dan syaraf Gibson, 2002.
2. 4. 1. 3 Subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak dibawah dermis. Lapisan ini terdiri dari lemak dan jaringan ikat dan berfungsi sebagai peredam kejut dan
insulator panas. Lapisan subkutis adalah tempat penyimpanan kalori. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan saluran
getah bening Wasiatmaja dan Syarif, 2007.
Gambar 4. Anatomi Kulit Tikus Krinke, 2000
Keterangan : 1. Epidermis
2. Dermis 3. Folikel
Rambut 4. Kelenjar
Sebasea
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 4. 2 Fisiologi Kulit 2. 4. 2. 1 Proteksi
Kulit merupakan barrier fisik antara jaringan di bawahnya dan lingkungan luar. Kulit memberikan perlindungan dari abrasi, dehidrasi,
radiasi ultraviolet, dan invasi mikroorganisme Gunstream, 2000. Sebagian besar mikroorganisme mengalami kesulitan untuk menembus
kulit yang utuh tetapi dapat masuk melalui kulit yang luka dan lecet. Selain proteksi yang diberikan oleh lapisan tanduk, proteksi tambahan
diberikan oleh keasaman keringat dan adanya asam lemak dalam sebum, yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme Gibson,
2002.
2. 4. 2. 2 Sensasi
Kulit terdiri dari ujung saraf dan reseptor yang dapat mendeteksi
stimulus yang berhubungan dengan sentuhan, tekanan, temperatur dan nyeri. Gunstream, 2000. Sensasi raba, nyeri, perubahan suhu dan
tekanan pada kulit dan jaringan subkutan, ditransmisikan melalui saraf
sensorik menuju medula spinalis dan otak Gibson, 2002.
2. 4. 2. 3 Regulasi Suhu
Selama periode kelebihan produksi panas oleh tubuh, sekresi keringat dan evaporasi melalui permukaan tubuh membantu
menurunkan temperatur tubuh Gunstream, 2000.
2. 4. 2. 4 Penyimpanan
Kulit bekerja sebagai tempat penyimpanan air dan lemak, yang
dapat ditarik berdasarkan kebutuhan Gibson, 2002.
2. 4. 2. 5 Ekskresi
Produksi keringat oleh kelenjar keringat menghilangkan sisa-sisa metabolisme dalam jumlah kecil seperti garam, air, dan senyawa
organik Gunstream, 2000.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 4. 2. 6 Sintesis vitamin D
Pajanan terhadap radiasi ultraviolet dapat mengkonversi molekul prekursor 7-dihidroksi kolesterol dalam kulit menjadi vitamin D.
Namun, hal tersebut tidak dapat menyediakan vitamin D secara keseluruhan bagi tubuh, sehingga pemberian vitamin D secara sistemik
masih diperlukan Gunstream, 2000; Wasiatmaja Syarif, 2007.
2. 5 Metode Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut DepKes, 2000
2. 5. 1 Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah
proses pengekstrakan
simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Secara teknologi
termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan
yang kontinu terus-menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan
maserat pertama, dan seterusnya. b.
Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan
bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak, terus-menerus sampai diperoleh
ekstrak perkolat yang jumlahnya 1 - 5 kali bahan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 5. 2 Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3
– 5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
b. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu
secara umum dilakukan pada temperatur 40 - 50 ⁰C.
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
terukur 96 - 98 ⁰C selama waktu tertentu 15 – 20 menit.
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥30⁰C dan temperatur sampai titik didih air.