3. 1. 1 Berdasarkan Penyebab 3. 1. 2 Berdasarkan Kedalaman Kerusakan Jaringan Luka
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hilangnya plasma merupakan penyebab syok hipovolemik pada penderita luka bakar. Jumlah kehilangan cairan tergantung pada
luasnya luka bakar Tiwari, 2012. Peningkatan permeabilitas kapiler secara sistemik tidak terjadi
pada luka lainnya. Hanya terdapat reaksi lokal pada lokasi luka karena inflamasi menyebabkan vasodilatasi progresif persisten dan
edema. Syok hipovolemik yang terjadi pada trauma lain biasanya karena kehilangan darah dan membutuhkan transfusi segera Tiwari,
2012. Saat terjadi kontak antara sumber panas dengan kulit, tubuh
akan merespon untuk mempertahankan homeostasis dengan adanya proses kontraksi, retraksi dan koagulasi pembuluh darah. Jackson
pada tahun 1947 mengklasifikasikan 3 zona respon lokal akibat luka bakar yaitu:
a. Zona koagulasi, terdiri dari jaringan nekrosis yang membentuk
eskar, yang terbentuk dari koagulasi protein akibat cidera panas, berlokasi ditengah luka bakar, tempat yang langsung mengalami
kerusakan dan kontak dengan panas. b.
Zona stasis, daerah yang langsung berada diluar disekitar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh
darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi no flow phenomena, diikuti perubahan
permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal, yang beresiko terjadinya iskemia jaringan. Zona ini bisa menjadi nekrosis atau
hiperemis, menjadi zona hiperemis jika resusitasi yang diberikan adekuat, atau menjadi zona koagulasi jika resusitasi yang
diberikan tidak adekuat. c.
Zona hiperemis, daerah yang terdiri dari kulit normal dengan cedera sel yang ringan, ikut mengalami reaksi berupa
vasodilatasi dan terjadi peningkatan aliran darah sebagai respon cedera luka bakar. Zona ini bisa mengalami penyembuhan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
spontan atau berubah menjadi zona statis Hettiaratchy dan Dziewulski, 2004.
Luka bakar merusak fungsi barier kulit terhadap invasi mikroba serta adanya jaringan nekrotik dan eksudat menjadi
media pendukung pertumbuhan mikroorganisme, sehingga beresiko untuk menjadi infeksi. Semakin luas luka bakar,
semakin besar resiko infeksi Hemsley dan Ansermino, 2004. Tidak seperti kebanyakan luka lain, luka bakar biasanya steril
pada saat cidera. Panas yang menjadi agen penyebab membunuh semua mikroorganisme pada permukaan. Setelah minggu
pertama luka bakar cenderung terinfeksi, sehingga membuat sepsis luka bakar sebagai penyebab utama kematian pada luka
bakar. Sedangkan luka lain misalnya luka gigitan, luka tusukan, crush injury dan ekskoriasi terkontaminasi pada saat terjadi
trauma dan jarang menyebabkan sepsis secara sistemik Tiwari, 2012