UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. 2 Pembahasan
Pada penelitian ini uji aktivitas penyembuhan luka bakar didasarkan pada penurunan luas luka bakar, persentase penyembuhan
luka bakar dan parameter histopatologi. Adapun parameter histopatologi yang diamati meliputi keberadaan sel radang,
neokapilerisasi serta ketebalan epitel. Talas jepang Colocasia esculenta L. Schott var. antiquorum
sedang gencar dibudidayakan diberbagai daerah di Indonesia karena potensi pasar ekspor untuk talas ini sangat besar, terutama di negara
Jepang yang setengah dari jumlah penduduknya mengkonsumsi talas satoimo sebagai makanan pokok Pudjiatmoko, 2008. Wadankar et al
2011 melaporkan bahwa ekstrak daun Colocasia esculenta L. Schott dapat digunakan sebagai salah satu pengobatan tradisional untuk
menyembuhkan luka di daerah Maharashtra India. Wijaya dkk 2014 juga melaporkan bahwa ekstrak etanol tangkai daun talas dapat
dijadikan sebagai alternatif obat luka pada kulit kelinci. Bagian tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas jepang
yang diperoleh dari CV. Agro Lawu International, Magetan, Jawa Timur yang telah dideterminasi untuk memastikan kebenaran jenis
tanaman yaitu Colocasia esculenta L. Schott dari famili Araceae. Ekstrak etanol umbi talas jepang diperoleh dengan metode
maserasi menggunakan pelarut etanol 96. Maserasi dipilih karena baik untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan
memiliki beberapa keuntungan diantaranya peralatan yang digunakan sederhana dan proses pengerjaannya yang mudah. Pelarut etanol dipilih
karena mempunyai sifat selektif, dapat bercampur dengan air dengan segala perbandingan, ekonomis, mampu mengekstrak sebagian besar
senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia seperti alkaloid, minyak atsiri, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid,
steroid, damar dan klorofil. Sedangkan lemak, malam, tanin dan saponin, hanya sedikit larut Depkes RI, 1986.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Iswanti 2009 menjelaskan bahwa pelarut etanol dapat menyari hampir keseluruhan kandungan simplisia, baik polar, semi polar
maupun non polar, sehingga diharapkan dapat menarik kandungan berbagai senyawa pada sampel yang diprediksi berkhasiat dalam
penyembuhan luka. Pelarut etanol 96 dipilih karena tidak banyak mengandung kadar air sehingga ekstrak yang dihasilkan lebih kental
dan murni. Selain itu konstanta dielektrik etanol 96 adalah 24,3 dimana semakin tinggi konstanta dielektrikum suatu pelarut akan
semakin baik pula kemampuannya dalam menarik senyawa-senyawa aktif dari sampel.
Filtrat hasil maserasi diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator dengan tujuan untuk menghilangkan pelarut sehingga
didapatkan ekstrak kental, kemudian ekstrak kental yang diperoleh dikeringkan dalam oven vacuum dengan suhu 40
⁰C dan tekanan 17 mmHg selama 9 hari untuk mengurangi kadar air dan residu pelarut
pada ekstrak. Dari 1,5 kg serbuk umbi talas jepang diperoleh 168,859 gram ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh adalah 11,257.
Standarisasi parameter non-spesifik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji kadar abu dan uji kadar air. Parameter non-
spesifik merupakan suatu aspek yang berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen
dan stabilitas. Tujuan dari uji kadar abu untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal dalam ekstrak. Persentase
kadar abu total tidak boleh lebih dari 16,6 Depkes RI, 2000. Hasil pengujian yang diperoleh untuk kadar abu total sebesar 3,753
sehingga sesuai dengan persyaratan. Umbi talas jepang mengandung beberapa mineral terutama kalium 740 mg100 g, magnesium 79-122
mg100 g, kalsium 24.7-47.8 mg100 g dan natrium 11.1-42 mg100 g McEwan, 2008.