Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010

(1)

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA

PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

ELLA SILVANA GINTING

107019048/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA

PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELLA SILVANA GINTING

107019048/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

(5)

(6)

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI

DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK

Industri barang konsumsi sebagai salah satu industri terbesar di Bursa Efek Indonesia yang merupakan sektor pendukung pertumbuhan ekonomi. Perusahaan yang tergabung ke dalam industri barang konsumsi memiliki tingkat persaingan yang tinggi, sehingga menuntut kinerja perusahaan yang selalu prima agar unggul dalam persaingan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Intellectual Capital

terhadap kinerja perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama empat tahun, 2007 - 2010 yang diukur dengan metode Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™). Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, yaitu sebanyak 34 (tiga puluh empat) perusahaan, dan yang menjadi target populasi sesuai dengan kriteria penelitian ini adalah 20 perusahaan.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™). Metode (VAIC™) dikembangkan oleh Ante Pulic pada tahun 1997. Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa pada alpha 5% Intellectual Capital

sebagai variabel bebas serta Ukuran Perusahaan dan Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh secara simultan terhadap kinerja perusahaan yang terdiri dari

Return On Assets, Assets Turn Over dan Market Book Value Ratio perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara parsial, hipotesa pertama menghasilkan bahwa Intellectual Capital sebagai variabel bebas dan Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh terhadap Return On Assets, hipotesa kedua menghasilkan bahwa Intellectual Capital sebagai variabel bebas serta Ukuran Perusahaan dan Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh terhadap

Assets Turn Over, dan hipotesa ketiga menghasilkan bahwa Intellectual Capital

sebagai variabel bebas serta Ukuran Perusahaan dan Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh Market Book Value Ratio.

Kata Kunci: Modal Intelektual, Value Added Intellectual Coefficient (VtheAIC™), Profitabilitas, Produktivitas dan Nilai Pasar.


(7)

THE INFLUENCE OF INTELLECTUAL CAPITAL TO THE EFFORT OF THE CONSUMPTION THINGS INDUSTRY

IN INDONESIA STOCK EXCHANGE ABSTRACT

Consumption things industry is the greatest industry in Indonesian Stock Exchange that is a support sector for the economic growth. Some company that is included to consumption industry has a great competition level, demand the best effort in order to maintain best quality in the competition.

The aim of this research was to know the influence of the Intellectual Capital to the effort of the consumption things industry in Indonesian Stock Exchange for four years, 2007-2010 which measured Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) method. The population of this research was consumption things industry company that is listed in Indonesian Stock Exchange. The sample was taken by using the purposive sampling method. The population was 34 (thirty four) which is taken from consumption things industry company that is listed in Indonesian Stock Exchange, and the sample was 20 (twenty) companies with the best effort and had complete financial report that are listed in Indonesian Stock Exchange from 2007 to 2010. The evaluation of the hypothesis was done by using multiple linear regression.

The data analysis method was done by using Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) method. The method (VAIC™) was developed by Ante Pulic on 1997. The result of this research showed that Intellectual Capital as independent variable and Laverage as dependent variable which brought the influence to the effort of company in Return on Assets, Assets Turn Over and Market Book Value Ratio that are listed in Indonesian Stock Exchange. Partially, the first hypothesis showed that Intellectual Capital as independent variable and Laverage as dependent variable brought influence to Return On Assets, while the second hypothesis showed that Intellectual Capital influenced Assets Turn Over, and the third hypothesis showed that Intellectual Capital as independent variable influenced Market Book Value Ratio.

Keywords : Intellectual Capital, Value Added Intellectual Coefficient (VtheAIC™), Return On Assets, Assets Turn Over, Market Book Value Ratio.


(8)

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

ABSTRAK

Industri barang konsumsi sebagai salah satu industri terbesar di Bursa Efek Indonesia yang merupakan sektor pendukung pertumbuhan ekonomi. Perusahaan yang tergabung ke dalam industri barang konsumsi memiliki tingkat persaingan yang tinggi, sehingga menuntut kinerja perusahaan yang selalu prima agar unggul dalam persaingan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Intellectual Capital

terhadap kinerja perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama empat tahun, 2007 - 2010 yang diukur dengan metode Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™). Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, yaitu sebanyak 34 (tiga puluh empat) perusahaan, dan yang menjadi target populasi sesuai dengan kriteria penelitian ini adalah 20 perusahaan.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™). Metode (VAIC™) dikembangkan oleh Ante Pulic pada tahun 1997. Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa pada alpha 5% Intellectual Capital

sebagai variabel bebas serta Ukuran Perusahaan dan Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh secara simultan terhadap kinerja perusahaan yang terdiri dari

Return On Assets, Assets Turn Over dan Market Book Value Ratio perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara parsial, hipotesa pertama menghasilkan bahwa Intellectual Capital sebagai variabel bebas dan Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh terhadap Return On Assets, hipotesa kedua menghasilkan bahwa Intellectual Capital sebagai variabel bebas serta Ukuran Perusahaan dan Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh terhadap

Assets Turn Over, dan hipotesa ketiga menghasilkan bahwa Intellectual Capital

sebagai variabel bebas serta Ukuran Perusahaan dan Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh Market Book Value Ratio.

Kata Kunci: Modal Intelektual, Value Added Intellectual Coefficient (VtheAIC™), Profitabilitas, Produktivitas dan Nilai Pasar.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas berkat dan anugerahNya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan Industri Barang

Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana (S2) Program Studi Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulisan tesis ini tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa berbekal ilmu, dorongan dan bimbingan, serta bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sekaligus komisi pembanding yang telah meluangkan waktu dan memberikan kritik, masukan serta pengarahan untuk kesempurnaan tesis ini.

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr.

Khaira Amalia Fachrudin, SE, AK, MBA, sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan saran dalam penulisan tesis ini.


(10)

6. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME dan Ibu Dr. Yenni Absah, M.Si, selaku komisi pembanding yang telah meluangkan waktu dan memberikan kritik, masukan serta pengarahan untuk kesempurnaan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu staf pengajar serta seluruh pegawai administrasi Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 8. Kedua orangtua penulis Ayahanda (Alm) Ngatasi Ginting, SH dan Ibu Dra.

Suryati Sitepu, M.Si, yang terus memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis.

9. Seluruh teman mahasiswa angkatan XIX Paralel program studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas semangat dan kebersamaannya.

10. Seluruh pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam penulisan tesis ini.

Semoga Tuhan yang memberikan kasih karuniaNya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun materiil selama perkuliahan dan dalam penulisan tesis. Penulis menyadari bahwa tesis ini memiliki keterbatasan. Namun inilah karya saya, suatu proses pembelajaran yang harus dapat dinikmati dan dilalui demi terwujudnya cita dan harapan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Terimakasih.

Medan, 2012 Penulis,


(11)

RIWAYAT HIDUP

Ella Silvana Ginting, lahir tanggal 24 Maret 1986 di Medan, anak dari Ayahanda (Alm) Ngatasi Ginting, SH dan Ibunda Dra. Suryati Sitepu, M.Si.

Sekolah Dasar di SD Methodist Lubuk Pakam tamat dan lulus tahun 1998, SLTP Methodist 1 Medan tamat dan lulus tahun 2001, SMU Immanuel Medan tamat dan lulus tahun 2004. Tahun 2004 melanjutkan pendidikan D3 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ekonomi, Jurursan Kesekretariatan, tamat dan lulus tahun 2007. Tahun 2007 melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ekonomi, Jurursan Manajemen, tamat dan lulus tahun 2010. Tahun 2010 melanjutkan melanjutkan studi di Program Studi Magister Ilmu Majanemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Pada Maret – Mei 2010 pernah bekerja di PT. Indah Kiat Pulp and Paper,

Tbk Tangerang. Tahun 2011 hingga sekarang menjadi staff pengajar di STIE LMII Medan. Tahun 2010 hingga sekarang bekerja di Accelerated English Centre cabang


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... .... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR SINGKATAN... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Resource Based Theory ... 11

2.1.2 Pecking Order Theory Theory ... 14

2.1.3 Intangible Assets ... 15

2.1.4 Definisi Intellectual Capital ... 16

2.1.5 Komponen Intellectual Capital ... 18

2.1.6 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM).. . 19

2.1.7 Kinerja Perusahaan ... 22

2.1.7.1 Return on Asset (ROA) ... 22

2.1.7.2 Asset Turnover Ratio (ATO) ... 22

2.1.7.3 Market to Book Value Ratio (M/B) ... 23

2.1.8 Variabel Kontrol ... 23

2.1.8.1 Ukuran Perusahaan ... 23

2.1.8.2 Leverage ... 25

2.2 Penelitian Terdahulu ... 25

2.3 Kerangka Konseptual ... 28

2.4 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis dan Sifat Penelitian ... 33

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 34 3.4 Jenis dan Sumber Data ... 36 3.5 Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel ... 36

3.5.1 Variabel Independen ... 36

3.5.2 Variabel Dependen ... 39

3.5.3 Variabel Kontrol ... 40

3.6 Uji Asumsi Klasik ... 42


(13)

3.6.2 Uji Multikolinearitas ... 42

3.6.3 Uji Heteroskedastisitas ... 43

3.6.4 Uji Autokolinieritas ... 44

3.7 Metode Analisis Data ... 44

3.7.1 Analisis Regresi ... 44

3.7.2 Uji F (Overall Test) ... 45

3.7.3 Uji t (Partial Test) ... 47

3.7.4 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS ... 50

4.1 Hasil Penelitian ... 50

4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal di Indonesia ... 50

4.1.2 Deskripsi Data Penelitian ... 51

4.1.2.1 Deskripsi data penelitian hipotesis …………. 51

4.1.3 Hasil Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama ... . 54

4.1.3.1 Uji Normalitas ... . 54

4.1.3.2 Uji Multikolinieritas ... . 56

4.1.3.3 Uji Heterokedastisitas ... . 57

4.1.3.4 Uji Autokorelasi ... . 59

4.1.4 Hasil Regresi Berganda Hipotesa Pertama ... . 59

4.1.5 Koefisien Determinasi Hipotesa Pertama ... . 61

4.1.6 Uji F Hipotesa Pertama ... . 62

4.1.7 Uji t Hipotesa Pertama ... . 63

4.1.8 Hasil Uji Asumsi Klasik Hipotesis Kedua ... . 64

4.1.8.1 Uji Normalitas ... . 64

4.1.8.2 Uji Multikolinieritas ... . 66

4.1.8.3. Uji Heterokedastisitas ... . 67

4.1.8.4. Uji Autokorelasi ... . 69

4.1.9 Hasil Regresi Berganda Hipotesa Kedua ... . 70

4.1.10 Koefisien Determinasi Hipotesa Kedua ... . 72

4.1.11 Uji F Hipotesa Kedua ... . 72

4.1.12 Uji t Hipotesa Kedua. ... . 74

4.1.13 Hasil Uji Asumsi Klasik Hipotesis Ketiga.. ... 75

4.1.13.1. Uji Normalitas ... . 75

4.1.13.2. Uji Multikolinieritas ... . 77

4.1.13.3. Uji Heterokedastisitas ... . 78

4.1.13.4. Uji Autokorelasi ... . 80

4.1.14 Hasil Regresi Berganda Hipotesa Ketiga ... . 81

4.1.15 Koefisien Determinasi Hipotesa Ketiga ... . 83

4.1.16 Uji F Hipotesa Ketiga ... . 84

4.1.17 Uji t Hipotesa Ketiga ... . 85

4.2 Pembahasan ... . 86

4.2.1 Pembahasan Hipotesis Pertama ... . 86

4.2.2 Pembahasan Hipotesis Kedua ... . 90

4.2.3 Pembahasan Hipotesis Ketiga ... . 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98


(14)

5.2 Saran ... 99


(15)

DAFTAR TABEL

NO. JUDUL HALAMAN

1.1 Pertumbuhan Perusahaan Industri Barang Konsumsi

Tahun 2007 - 2010 ……... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ……….. 26

3.1 Daftar Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010 (Sampel) ……… 34

3.2 Definisi Operasional Variabel: Variabel, Definisi Operasional, Indikator, Skala ……… 40

4.1 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis ……….. 51

4.2 Uji Kolmogrov-Sminov Hipotesa Pertama ……… 56

4.3 Uji Multikolinieritas Hipotesa Pertama ……… 57

4.4 Glejser Hipotesa Pertama ……….. 58

4.5 Uji Autokorelasi Hipotesa Pertama ……….. 59

4.6 Hasil Uji Hipotesis Pertama ……….. 60

4.7 Uji Hipotesis Pertama ……… 61

4.8 Hasil Uji – F Hipotesis Pertama ……… 63

4.9 Hasil Uji – t Hipotesis Pertama ………. 64

4.10 Uji Kolmogrov-Sminov Hipotesis Kedua ……….. 67

4.11 Uji Multikolinieritas Hipotesis Kedua ………. 68

4.12 Uji Glejser Hipotesa Kedua ………... 69

4.13 Autokorelasi Hipotesa Kedua ……… 70

4.14 Hasil Uji Hipotesis Kedua ……… 71

4.15 Uji Hipotesis Kedua ……….. 72

4.16 Hasil Uji – F Hipotesis Kedua ……….. 74

4.17 Hasil Uji – t Hipotesis Kedua ……… 75

4.18 Uji Kolmogrov-Sminov Hipotesis Ketiga ……… 77

4.19 Uji Multikolinieritas Hipotesis Ketiga ………... 78

4.20 Uji Glejser Hipotesis Ketiga ……….. 80

4.21 Uji Autokorelasi Hipotesis Ketiga ……… 81

4.22 Hasil Uji Hipotesis Ketiga ………. 81

4.23 Uji Hipotesis Ketiga ……….. 83

4.24 Hasil Uji – F Hipotesis Ketiga ……….. 85


(16)

DAFTAR GAMBAR

NO. JUDUL HALAMAN

2.1 Kerangka Konseptual ……… 32

4.1 Grafik Histogram Hipotesa Pertama ……….……….. 54

4.2 Grafik Normal Plot Hipotesa Pertama ……… 55

4.3 Grafik Scatterplot Hipotesa Pertama ……….………. 58

4.4 Grafik Histogram Hipotesis Kedua ……....…………. 64

4.5 Grafik Normal Plot Hipotesis Kedua ……….. 65

4.6 Grafik Scatterplot Hipotesa Kedua ………. 68

4.7 Grafik Histogram Hipotesis Ketiga ………. 75

4.8 Grafik Normal Plot Hipotesis Ketiga ……….. 76


(17)

DAFTAR SINGKATAN

VAICTM Value Added Intellectual Coefficient

VACA Value Added Capital Employed

VAHU Value Added Human Capital

STVA Structural Capital Value Added

CEE Capital Employed Efficiency

HCE Human Capital Efficiency

SCE Structural Capital Efficiency

IC Intellectual Capital

ROA Return on Asset

ATO Asset Turnover Ratio

M/B Market to Book Value Ratio

BEI Bursa Efek Indonesia RBT Resources Based Theory

OECD Organisation of Economic Co-operation and Development

HC Human Capital

SC Structural Capital

CE Capital Employed

VA Value Added

GR Growth in Revenues

AD Advertising Development

EP Employee Productivity

ROE Return on Equity


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

NO. JUDUL HALAMAN

1. Pengolahan Data ROA……….. 107

2. Pengolahan Data ATO……….. 111

3. Pengolahan Data MBR……….. 115

4. Hasil Pengolahan Data ROA………. 119

5. Hasil Pengolahan Data ATO………. 125

6. Hasil Pengolahan Data MBR……… 132


(19)

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI

DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK

Industri barang konsumsi sebagai salah satu industri terbesar di Bursa Efek Indonesia yang merupakan sektor pendukung pertumbuhan ekonomi. Perusahaan yang tergabung ke dalam industri barang konsumsi memiliki tingkat persaingan yang tinggi, sehingga menuntut kinerja perusahaan yang selalu prima agar unggul dalam persaingan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Intellectual Capital

terhadap kinerja perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama empat tahun, 2007 - 2010 yang diukur dengan metode Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™). Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, yaitu sebanyak 34 (tiga puluh empat) perusahaan, dan yang menjadi target populasi sesuai dengan kriteria penelitian ini adalah 20 perusahaan.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™). Metode (VAIC™) dikembangkan oleh Ante Pulic pada tahun 1997. Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa pada alpha 5% Intellectual Capital

sebagai variabel bebas serta Ukuran Perusahaan dan Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh secara simultan terhadap kinerja perusahaan yang terdiri dari

Return On Assets, Assets Turn Over dan Market Book Value Ratio perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara parsial, hipotesa pertama menghasilkan bahwa Intellectual Capital sebagai variabel bebas dan Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh terhadap Return On Assets, hipotesa kedua menghasilkan bahwa Intellectual Capital sebagai variabel bebas serta Ukuran Perusahaan dan Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh terhadap

Assets Turn Over, dan hipotesa ketiga menghasilkan bahwa Intellectual Capital

sebagai variabel bebas serta Ukuran Perusahaan dan Leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh Market Book Value Ratio.

Kata Kunci: Modal Intelektual, Value Added Intellectual Coefficient (VtheAIC™), Profitabilitas, Produktivitas dan Nilai Pasar.


(20)

THE INFLUENCE OF INTELLECTUAL CAPITAL TO THE EFFORT OF THE CONSUMPTION THINGS INDUSTRY

IN INDONESIA STOCK EXCHANGE ABSTRACT

Consumption things industry is the greatest industry in Indonesian Stock Exchange that is a support sector for the economic growth. Some company that is included to consumption industry has a great competition level, demand the best effort in order to maintain best quality in the competition.

The aim of this research was to know the influence of the Intellectual Capital to the effort of the consumption things industry in Indonesian Stock Exchange for four years, 2007-2010 which measured Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) method. The population of this research was consumption things industry company that is listed in Indonesian Stock Exchange. The sample was taken by using the purposive sampling method. The population was 34 (thirty four) which is taken from consumption things industry company that is listed in Indonesian Stock Exchange, and the sample was 20 (twenty) companies with the best effort and had complete financial report that are listed in Indonesian Stock Exchange from 2007 to 2010. The evaluation of the hypothesis was done by using multiple linear regression.

The data analysis method was done by using Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) method. The method (VAIC™) was developed by Ante Pulic on 1997. The result of this research showed that Intellectual Capital as independent variable and Laverage as dependent variable which brought the influence to the effort of company in Return on Assets, Assets Turn Over and Market Book Value Ratio that are listed in Indonesian Stock Exchange. Partially, the first hypothesis showed that Intellectual Capital as independent variable and Laverage as dependent variable brought influence to Return On Assets, while the second hypothesis showed that Intellectual Capital influenced Assets Turn Over, and the third hypothesis showed that Intellectual Capital as independent variable influenced Market Book Value Ratio.

Keywords : Intellectual Capital, Value Added Intellectual Coefficient (VtheAIC™), Return On Assets, Assets Turn Over, Market Book Value Ratio.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing. Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu, organisasi bisnis semakin menitik beratkan akan pentingnya knowledge asset (aset

pengetahuan) sebagai salah satu bentuk aset tidak berwujud (Agnes, 2008). Pengetahuan diakui sebagai komponen esensial bisnis dan sumber daya strategis yang lebih sustainable (berkelanjutan) untuk memperoleh dan mempertahankan

competitive advantage (Asni, 2007). Bahkan Starovic et al., (2003) menemukan

bahwa pengetahuan telah menjadi mesin baru dalam pengembangan suatu bisnis. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran

knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah intellectual capital yang telah

menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000). Resource based

view menyatakan bahwa intellectual capital adalah sumber daya perusahaan yang

memegang peranan penting, sama halnya seperti physical capital dan financial

capital (Asni, 2007).

Berdasarkan konteks tersebut, perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk dapat bersaing dipasaran. Pada prinsipnya sustainable dan kapabilitas suatu


(22)

perusahaan didasarkan pada intellectual capital, sehingga seluruh sumber daya yang

dimiliki dapat menciptakan value added (nilai tambah). Hal ini akan menghasilkan

kinerja perusahaan yang efesien dan efektif sehingga dapat menghasilkan produk yang unggul yang dapat bersaing dipasaran sehingga dapat meningkatkan penjualan yang diikuti dengan meningkatnya laba perusahaan.

Salah satu area yang menarik perhatian akademisi maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan intellectual capital sebagai salah satu untuk menentukan

nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997) dalam Ulum (2008). Pendapat tersebut selaras dengan pendapat Abidin (2000), yang menyatakan bahwa market

value terjadi karena masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor

utama yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga yang dapat dibayar investor atas sahamnya dipasar. Semakin meningkatnya perbedaan antara harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan menunjukkan adanya hidden value. Apabila nilai perusahaan yang

dilaporkan di dalam laporan keuangan ini digunakan untuk pengambilan keputusan, maka akan menyesatkan investor. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode untuk dapat mengidentifikasikan hidden value tersebut, yaitu intellectual capital.

Berkurangnya atau bahkan hilangnya aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya penghargaan pasar terhadap perusahaan, hal tersebut tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi (Roos et al., 1997 dalam Sawarjuwono, 2003).

Oleh karena itu intellectual capital telah menjadi aset yang sangat bernilai


(23)

mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Akuntansi tradisional yang digunakan sebagai dasar pembuatan laporan keuangan dirasa gagal dalam memberikan informasi mengenai intellectual capital

(Sawarjuwono, 2003). Di lain pihak, para pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi kuantitatif dan kualitatif sebagai evaluasi kinerja perusahaan serta informasi mengenai intellectual capital yang dimiliki perusahaan. Praktik akuntansi

tradisional hanya mampu mengakui intellectual property sebagai aset tak berwujud

dalam laporan keuangan, seperti paten, merk dagang dan goodwill (Starovic et al.,

2003). Intangible baru seperti kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi,

sistem komputer dan administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional, ungkap stewart (1997) dalam Tan et al., 2007).

Pengakuan terhadap modal intelektual yang merupakan penggerak nilai perusahaan dan keunggulan kompetitif makin meningkat, meskipun demikian pengukuran yang tepat atas modal intelektual masih terus dicari dan dikembangkan (Chen et al., 2005). Sulitnya mengukur intellectual capital secara langsung tersebut,

kemudian Pulic (1998) mengusulkan pengukuran secara tidak langsung terhadap

intellectual capital dengan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah

sebagai hasil dari kemampuan intellectual capital (Value Added Intellectual

Coefficient - VAICTM). Konsep nilai tambah adalah indikator obyektif secara

keseluruhan dari kesuksesan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai dengan memasukkan investasi sumber daya termasuk gaji dan bunga untuk aset keuangan, deviden, pajak.

Komponen utama dari VAICTM yang dikembangkan Pulic (1998) tersebut dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA – value


(24)

added capital employed), human capital (VAHU – value added human capital), dan

structural capital (STVA – structural capital value added). VAICTM juga dikenal

sebagai Value Creation Efficiency Analysis, dimana merupakan suatu indikator yang

dapat digunakan dalam menghitung efisiensi nilai yang dihasilkan dari perusahaan yang didapat dengan menggabungkan CEE (Capital Employed Efficiency), HCE

(Human Capital Efficiency), dan SCE (Structure Capital Effciency) (Pulic, 1998).

Lebih lanjut Pulic (1998) menyatakan bahwa intellectual ability (yang kemudian

disebut dengan VAICTM) menunjukkan bagaimana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah secara efisien dimanfaatkan oleh

perusahaan. VAICTM dirasakan memenuhi kebutuhan dasar ekonomi kontemporer dari “sistem” pengukuran yang menunjukkan nilai sebenarnya dan kinerja suatu perusahaan. Penciptaan value added pada perusahaan memungkinkan benchmarking

dan memprediksi kemampuan perusahaan di masa depan. Hal ini berguna bagi semua stakeholder yang berada di dalam value creation process (pemberi kerja,

karyawan, manajemen, investor, pemegang saham dan mitra bisnis) dan dapat diterapkan pada semua tingkat aktivitas bisnis (Pulic, 2000).

Chen et al., (2005) menggunakan model Pulic (VAIC TM) untuk menguji hubungan antara intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan

dengan sampel 4.254 perusahaan yang go public di Taiwan Stock Exchange. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh secara

positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Zhang et al., (2006) dalam penelitiannya pada industri otomotif di Cina, menyatakan bahwa intellectual capital


(25)

Ghosh dan Mondal (2009) meneliti hubungan intellectual capital dengan

kinerja keuangan perusahaan publik pada industri perangkat lunak dan farmasi di India. Ghosh dan Mondal menyatakan bahwa intellectual capital berpengaruh

signifikan pada tingkat profitabilitas perusahaan dan tidak berpengaruh pada produktivitas dan valuasi pasar di India. Namun demikian, Firer dan Williams (2003) melakukan penelitian pada 75 perusahaan publik di Afrika selatan yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara intellectual capital

dan kinerja keuangan perusahaan yang dalam hal ini adalah profitabilitas. Hal yang sama juga dibuktikan oleh Najibullah (2005) yang meneliti hubungan IC dengan kinerja pada perusahaan sektor perbankan yang listing di Dhaka Stock Exchange

Bangladesh. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan dan market value

perusahaan.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata menunjukkan hasil yang berbeda mengenai pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar dan

kinerja perusahaan. Perbedaan perkembangan dan penggunaan teknologi mungkin dapat mengakibatkan perbedaan dalam penggunaan intellectual capital di berbagai

negara. Tingkat penggunaan intellectual capital yang berbeda menyebabkan

perbedaan kinerja keuangan perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya masih memberikan hasil yang tidak konsisten. Masih adanya perbedaan dari hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya tersebut membuat penelitian mengenai hubungan intellectual capital dengan kinerja


(26)

meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan dengan

menggunakan data dari perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh antara intellectual capital diukur dengan VAIC TM yang dikembangkan oleh Pulic

(1998) terhadap kinerja perusahaan industri barang konsumsi di Indonesia. Mengacu pada penelitian Ghosh dan Mondal (2009), indikator kinerja perusahaan yang digunakan adalah Return on Asset (ROA), Asset Turnover Ratio (ATO), dan Market

to Book Value Ratio (MBR). ROA merupakan ukuran profitabilitas sedangkan ATO

merupakan ukuran produktivitas, dan MBR merupakan ukuran valuasi pasar. Profitabilitas mengukur kinerja laba peruahaan, produktivitas mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan output, sedangkan

valuasi pasar mengukur nilai pasar perusahaan. Metode Pulic dipakai dalam mengukur intellectual capital karena seluruh informasi tersedia di laporan keuangan.

Tabel 1.1

Tabel Pertumbuhan Perusahaan Industri Barang Konsumsi Tahun 2007 -2010

(dlm jutaan rupiah) 2007 2008 2009 2010

Total Penjualan 113,718,575 140,104,668 151,139,484 166,607,204 Laba Bersih 8,983,202 10,753,572 15,473,997 20,443,731 Total Beban 18,672,133 22,717,074 25,334,169 28,369,077

Harga Saham 155,987 120,378 300,652 482,306

Sumbe

Sales growth ratio atau rasio pertumbuhan penjualan yang mengukur

seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston & Copeland, 1992). Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Pertumbuhan penjualan yang lebih


(27)

tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan

penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Peningkatan pangsa pasar harus sejalan dengan strategi pemasaran yang tepat dan perusahaan selalu melakukan inovasi, hal ini bermakna bahwa dengan strategi yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan melalui pengembangan produk yang diminati konsumen.

Industri barang konsumsi dipilih karena industri barang-barang konsumsi (consumer goods) mempunyai peranan yang sangat strategis dalam upaya

mensejahterakan kehidupan masyarakat dimana produknya sangat diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari. Selama ini pertumbuhan sektor konsumsi merupakan sektor pendukung pertumbuhan ekonomi karena sektor ini berkembang cukup pesat bahkan ketika krisis moneter terjadi sektor ini merupakan salah satu penyelamat ekonomi nasional. Keunggulan industri barang konsumsi adalah tingkat permintaan yang

inelastic, dengan kata lain barang konsumsi kebutuhan pokok tetap dibutuhkan

masyarakat, walaupun harganya naik.

Perusahaan yang tergabung ke dalam industri barang konsumsi memiliki tingkat persaingan yang tinggi, sehingga menuntut kinerja perusahaan yang selalu prima agar unggul dalam persaingan. Kondisi ini turut mempengaruhi pergerakan harga saham emiten dalam sektor barang konsumsi, ketertarikan investor terhadap saham perusahaan tersebut tercermin dari fluktuasi sahamnya di BEI. Dalam


(28)

menyingkapi hal tersebut, pilihan yang lebih baik adalah saham yang tetap berkembang selama krisis.

Indonesia dipilih menjadi negara pnegambilan sampel karena penelitian di Indonesia masih sedikit terutama penelitian intellectual capital pada perusahaan

industri barang konsumsi. Dalam penelitian Gan dan Saleh (2008), disarankan untuk menambahkan variabel kontrol pada penelitian selanjutnya yang sejenis. Tujuan disertakannya variabel ukuran perusahaan dan leverage perusahan sebagai variabel

kontrol adalah untuk mengendalikan agar hubungan yang terjadi pada variabel terikat tersebut murni dipengaruhi oleh variabel bebas bukan faktor-faktor lain. Industri barang konsumsi adalah industri besar yang memiliki tingkat persaingan yang tinggi. Oleh karena ukuran perusahaan di indutsri barang konsumsi ini berbeda-beda maka tingkat penggunaan leveragenya juga berbeda-beda sesuai dengan karakter spesifik aset perusahaan. Leverage perusahaan dalam penelitian ini dilihat dari seberapa jauh

aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang, dan ukuran perusahaan dalam penelitian ini dilihat dari total asetnya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul

“PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA

PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK

INDONESIA TAHUN 2007-2010”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut:


(29)

1. Apakah Intellectual Capital, Ukuran Perusahaan, Leverage berpengaruh secara

positif terhadap profitabilitas (Return on Asset) perusahaan industri barang

konsumsi ?

2. Apakah Intellectual Capital, Ukuran Perusahaan, Leverage berpengaruh secara

positif terhadap produktivitas (Asset Turnover Ratio) perusahaan industri barang

konsumsi ?

3. Apakah Intellectual Capital, Ukuran Perusahaan, Leverage berpengaruh secara

positif terhadap valuasi pasar (Market to Book Value Ratio) perusahaan industri

barang konsumsi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan bukti empiris mengenai apakah Intellectual Capital, Ukuran

Perusahaan, Leverage berpengaruh secara positif terhadap profitabilitas

(Return on Asset) perusahaan industri barang konsumsi.

2. Memberikan bukti empiris mengenai apakah Intellectual Capital, Ukuran

Perusahaan, Leverage berpengaruh secara positif terhadap produktivitas

(Asset Turnover Ratio) perusahaan industri barang konsumsi.

3. Memberikan bukti empiris mengenai apakah Intellectual Capital, Ukuran

Perusahaan, Leverage berpengaruh secara positif terhadap penilaian pasar

(Market to Book Value Ratio) perusahaan industri barang konsumsi.


(30)

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi banyak pihak, baik pemegang saham, (calon) investor, regulator, manajer, maupun akademisi.

1. Bagi akademisi, penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis dalam pengembangan literatur keuangan, terutama dalam kajian modal intelektual yang saat ini masih mencari model serta format pengukuran yang tepat.

2. Bagi investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam menilai kinerja intellectual capital perusahaan sektor

industri barang konsumsi yang selanjutnya dapat digunakan untuk menilai

competitive advantage (keunggulan bersaing) perusahaan sehubungan dengan

keputusan investasi mereka.

3. Bagi manajer perusahaan, penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi pada penelitian kinerja organisasi bisnis serta dalam pengelolaan modal intelektual perusahaan untuk dapat menciptakan nilai bagi perusahaan (firm’s


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Resource Based Theory

Sumber daya dapat dianggap sebagai input yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan kegiatan mereka. Sumber daya dan kemampuan internal menentukan pilihan-pilihan strategis yang dibuat oleh perusahaan saat berkompetisi dalam lingkungan bisnis eksternal mereka. Kemampuan perusahaan juga memungkinkan beberapa perusahaan untuk menambah nilai dalam customer value

chain, mengembangkan produk baru atau mengembangkan ke dalam pasar yang

baru.

Resource Based Theory (RBT) berfokus pada konsep atribut keunggulan

yang difficult to imitate sebagai sumber kinerja yang unggul dan keunggulan

kompetitif (Barney, 1986; Madhani, 2009). Menurut Conner dalam Madhani (2009), variasi kinerja antara perusahaan tergantung pada kepemilikannya pada inputs dan

capabilities yang unik. Penrose (1959) dalam Astuti (2005) mengemukakan bahwa

sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogeny, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Menurut Belkaoui (2003); resources based theory merupakan

sumber daya perusahan sebagai pengendali utama di balik kinerja dan daya saing perusahaan. Berdasarkan resources based theory ini, sebuah organisasi dapat dinilai

sebagai kumpulan dari sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya organisasi (Barney, 1991; Amit dan Shoemaker, 1993 dalam Madhani, 2009).


(32)

Sumber daya organisasi yang berharga, langka, imperfectly imitable dan imperfectly

substitutable adalah sumber utama dari keunggulan kompetitif yang berkelanjutan

untuk kinerja unggul yang berkelanjutan. Sumber daya harus memenuhi kriteria “VRIN” agar dapat memberikan keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan (Madhani, 2009). Kriteria VRIN adalah sebagai berikut:

1. Valueable (V)

Sumber daya akan menjadi berharga jika dapat memberikan nilai strategis pada perusahaan. Sumber daya memberikan nilai jika sumber daya tersebut membantu perusahaan dalam mengekploitasi peluang pasar atau membantu mengurangi ancaman (threats) pasar. Tidak ada keuntungan memiliki sumber daya jika sumber

daya tersebut tidak menambah atau menaikkan nilai pasar. 2. Langka (R)

Sumber daya harus sulit ditemukan diantara para pesaing yang ada maupun pesaing potensial. Oleh karena itu sumber daya harus langka atau unik agar memberikan keunggulan kompetitif. Sumber daya yang dimiliki oleh beberapa perusahaan di pasar tidak dapat memberikan keunggulan kompetitif, karena mereka tidak dapat mendesain dan melaksanakan strategi bisnis yang unik dibandingkan dengan kompetitor yang lain.

3. Imperfect Imitability (I)

Imperfect Imitability dapat berarti tidak dimungkinkannya untuk memperbanyak

atau membuat imitasi sumber daya tersebut. Hambatan-hambatannya dapat bermacam-macam, seperti: kesulitan mengakuisisi sumber daya tersebut, hubungan yang tidak jelas antara kemampuan dengan keunggulan kompetitif, dan komplesitas sumber dayanya. Sumber daya dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang


(33)

berkelanjutan jika perusahaan yang tidak memiliki sumber daya ini tidak dapat memiliki sumber daya tersebut.

4. Non-Substituion (N)

Non-substitusi berarti bahwa sumber daya tidak dapat disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya. Disini, para pesaing tidak dapat mencapai kinerja yang sama dengan menggantikan sumber daya dengan sumber daya alternatif lainnya. Resources based theory membantu perusahaan memahami mengapa

kompetensi dapat dianggap sebagai aset perusahaan yang paling penting dan, pada saat yang bersamaan, untuk memahami bagaimana aset tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan (Madhani, 2009). Menurut resources

based theory, sumber daya dapat secara umum didefinisikan memasukkan aset,

proses organisasi, atribut perusahaan, informasi, atau pengetahuan yang dikendalikan oleh perusahaan yang dapat digunakan menyusun dan menerapkan strategi mereka (Daft, 1982; Barney, 1991; dalam Madhani, 2009).

Beberapa peneliti telah mengklasifikasikan sumber daya perusahaan sebagai sumber daya yang berwujud dan tidak berwujud. Barney (1991) mengkategorikan tiga jenis sumber daya:

1. Modal sumber daya fisik (teknologi, pabrik dan peralatan)

2. Modal sumber daya manusia (pelatihan, pengalaman, dan wawasan), dan 3. Modal sumber daya organisasi (struktur formal).

Menurut resources based theory, intellectual capital memenuhi kriteria

sebagai sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat menciptakan value bagi perusahaan. Dari penjelasan


(34)

dimiliki perusahaan, memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dan digunakan untuk menyusun dan menerapkan strategi perusahaan sehingga meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik.

2.1.2 Pecking Order Theory

Teori ini dikemukakan oleh Myer dan Majluf (1984) dan Myers (1984). Tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada 2 jenis modal sendiri yaitu,

eksternal dan internal. Perusahaan cenderung lebih menyukai modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan.

Secara singkat teori pecking order menyatakan sebagai berikut (Brealey and

Myers, 1996):

1. Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal

2. Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian deviden dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran deviden yang terlalu besar

3. Pembayaran deviden yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang-kadang berlebih atau kurang untuk investasi.

4. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan sekuritas akan memulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang besar cenderung memiliki hutang atau pinjaman dalam jumlah kecil. Hal tersebut bukan disebabkan memiliki


(35)

target debt of equity ratio yang rendah, akan tetapi perusahaan tersebut mampu untuk

membiayai operasionalnya dari dana modal sendiri internal perusahaan. Sehingga tidak membutuhkan hutang atau aliran dana ekstern yang besar.

2.1.3 Intangible Assets

Selama ini, terdapat ketidakjelasan perbedaan antara aktiva tidak berwujud dengan IC. Intangibles telah dirujuk sebagai goodwill, (ASB, 1997; IASB, 2004),

dan IC adalah bagian dari goodwill. Dewasa ini, sejumlah skema klasifikasi

komputer telah berusaha mengidentifikasikan perbedaan tersebut dengan secara spesifik memisahkan IC kedalam kategori eksternal (customer-related) capital,

internal (structural) capital, dan human capital (lihat misalnya: Brennan dan

Connell, 2000; Edvinsson dan Malone, 1997).

Sebagian peneliti (misalnya Bukh, 2003) menyebut bahwa IC dan aset tidak berwujud adalah sama dan seringkali saling menggantikan (overlap). Sementara

peneliti lainnya (misalnya: Edvinsson dan Malone, 1997; Boekestein, 2006) menyatakan bahwa IC adalah bagian dari aset tidak berwujud (intangible assets).

Paragraph 08 PSAK 19 (revisi 2000) mendefinisikan aktiva tidak berwujud sebagai aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang dan jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Definisi tersebut merupakan adopsi dari pengertian yang disajikan oleh IAS 38 tentang

intangible assets yang relative sama dengan definisi yang diajukan dalam FRS 10

tentang goodwill dan intangible assets. Keduanya, baik IAS 38 maupun FRS 10,

menyatakan bahwa tidak berwujud harus (1) dapat diidentifikasi, (2) bukan aset keuangan (non financial/ non-monetary assets), dan (3) tidak memiliki substansi


(36)

fisik. Sementara APB 17 tentang intangible assets tidak menyajikan definisi yang

jelas tentang aktiva tidak berwujud.

2.1.4 Definisi Intellectual Capital

Tidaklah mudah untuk menyajikan definisi yang tepat tentang IC. Definisi IC yang ditemukan dalam beberapa literature cukup kompleks dan beragam. Salah satu definisi IC yang banyak digunakan adalah yang ditawarkan oleh Organisation of

Economic Co-operation and Development (OECD, 1999) yang menjelaskan IC

sebagai nilai ekonomi dari dua kategori sebagai aset tidak berwujud; (1)

organizational (structural) capital; dan(2) human capital.

Lebih tepatnya, organizational (structural) capital mengacu pada hal seperti

system software, jaringan distribusi, dan rantai pasokan. Human capital meliputi

sumber daya manusia di dalam organisasi (yaitu sumber daya tenaga kerja/ karyawan) dan sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti konsumen dan supplier. Seringkali, istilah IC diperlakukan sebagai sinonim dari

intangible assets. Meskipun demikian, definisi diajukan OECD, menyajikan cukup

perbedaan dengan meletakkan IC sebagai bagian terpisah dari dasar penetapan

intangible asset secara keseluruhan suatu perusahaan. Dengan demikian, terdapat

item-item intangible asset yang secara logika tidak membentuk bagian dari IC suatu

perusahaan. Salah satunya adalah reputasi perusahaan. Reputasi perusahaan mungkin merupakan hasil sampingan (atau suatu akibat) dari penggunaan IC secara bijak dalam perusahaan, tapi itu bukan merupakan bagian dari IC.

Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari IC, yaitu: human capital (HC), structural


(37)

sederhana HC mempersentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang

dipersentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic

inheritance; education; experience; dan attitude tentang kehidupan dan bisnis.

Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh

non-human storehouses of knowledges dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini

adalah database, organizational charts, process manuals, strategies, routines dan

segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya. Sedangkan tema utama dari CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing

channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkan

melalui jalannya bisnis (Bontis et al., 2000).

2.1.5 Komponen Intellectual Capital

Para praktisi menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari tiga elemen

utama (Stewart 1998, Sveiby 1997, Sait-Ornge 1996, Bontis 2000 dalam Sawarjuwono dan Kadir, 2003), yaitu:

1. Human Capital (modal Manusia)

Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Di sinilah

sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk

diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang

sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk

menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika

perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. 2. Structural Capital/ Organizational Capital (Modal Organisasi)


(38)

Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam

memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya sistem operasional perusahaan, proses manufacturing,

budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang

dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tindakan intelektual yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka

intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada

tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

3. Customer Capital/ Relational Capital (Modal Pelanggan)

Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis (association

network) yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari

para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational dapat

muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.

2.1.6 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM )

Model VAICTM , dikembangkan oleh Pulic (1998) , didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible

assets) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Model


(39)

dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation)

(Pulic, 1998). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999)

Tan et al. (2007) menyatakn bahwa output (OUT) mempresentasikan revenue

dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN)

mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Menurut Tan

et al. (2007), hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour

expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktivitas dalam proses value

creation, intellectual potensial (yang direpresentasikan dengan labour expenses)

tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen IN (Pulic,

1999). Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptakan nilai (value creating entity) (Tan et al., 2007).

VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan Structural

Capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah capital employed (CE), yang dalam

hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indicator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital.

Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return

yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan (Tan et al., 2007).

Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. ‘Value Added Human Capital’

(VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan (Tan et al., 2007).


(40)

Konsisten dengan pandangan para penulis IC lainnya, Pulic (1998) beragumen bahwa total salary and wage costs adalah indikator dari HC perusahaan.

Hubungan ketiga adalah structural capital coefficient (STVA), yang

menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA

mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2007). SC bukanlah ukuran yang independent sebagaimana HC, ia dependent

terhadap value creation (Pulic, 1999). Artinya, menurut Pulic (1999), semakin besar

kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam

hal tersebut. Lebih lanjut Pulic (1999) menyatakan bahwa SC dan VA dikurangi HC, yang hal ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional (Pulic, 2000).

Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan coefisien-coefisien yang telah dihitung sebelumnya. Hasil

penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator yang unik, yaitu VAICTM (Tan et al. 2007).

Keunggulan metode VAICTM adalah karena data yang dibutuhkan relative mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk melengkapi profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator tersebut, khususnya indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan yang lain (Tan et al., 2007). Konsekuensinya


(41)

kemampuan untuk menerapkan pengukuran IC alternatif tersebut secara konsisten terhadap sampel yang besar dan terdiversifikasi menjadi terbatas (Firer dan Williams, 2003).

2.1.7 Kinerja Perusahaan

Sesuai tujuan penelitian ini, dua rasio keuangan yang dipilih sebagai proksi kinerja keuangan perusahaan. Rasio tersebut adalah Return on Asset (ROA) dan

Asset Turnover Ratio (ATO), Market to Book Value Ratio (MBR).

2.1.7.1 Return on Asset (ROA)

Return on Assets adalah rasio profitabilitas yang mengukur jumlah profit

yang diperoleh tiap rupiah aset yang dimiliki peruashaan. ROA memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi penggunaan total aset untuk operasional perusahaan. ROA memberikan gambaran kepada investor tentang bagaimana perusahaan mengkonversikan uang yang telah di investasikan dalam laba bersih. Jadi, ROA adalah indikator dari profitabilitas perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba bersih. ROA dihitung dengan membagi laba bersih (net income) dengan total aset perusahaan. Semakin tinggi nilai

ROA, maka perusahaan tersebut semakin efisien dalam menggunakan asetnya. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan uang (earnings) yang lebih

banyak dengan investasi yang sedikit.

2.1.7.2 Asset Turnover Ratio (ATO)

Efisiensi produktivitas dalam penelitian ini diukur dengan Asset Turnover

Ratio (ATO). Asset Turnover Ratio (ATO) merupakan salah satu ukuran dari


(42)

sejauh mana kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan penjualan dengan menggunakan aset yang dimiliki. Jika nilai ATO diatas satu kali menandakan perusahaan telah mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada penggunaan aset yang dimiliki. Efisiensi produktivitas mencerminkan seberapa besar efisiensi input yang dikonversi menjadi output (Ghosh dan Mondal, 2009). Kinerja keuangan perusahaan sangat tergantung pada keberhasilan atau kegagalan mengolah asetnya menjadi pendapatan. Bila asetnya dapat dimanfaatkan dengan efisien maka fungsi dan peran perusahaan tersebut dapat dicapai.

2.1.7.3 Market to Book Value Ratio (MBR)

Market to book value ratio memberikan penilaian akhir dan, mungkin yang

paling menyeluruh atas status pasar saham perusahaan secara keseluruhan. Rasio itu mengikthisarkan pandangan investor tentang perusahaan secara keseluruhan (Walsh, 2003). Rasio ini membandingkan nilai pasar saham dengan investasi para pemegang saham dalam perusahaan. Jika nilai dari rasio ini kurang dari satu, dapat berarti bahwa investasi para pemegang saham telah berkurang nilainya. Sebaliknya, jika nilainya melebihi satu, berarti investasi yang dilakukan telah berlipat ganda oleh faktor sebesar nilai pasar yang dibagi dengan nilai buku.

2.1.8 Variabel Kontrol

Tujuan dimasukkannya variabel kontrol didalam penelitian ini adalah untuk mengendalikan agar hubungan yang terjadi pada variabel terikat murni dipengaruhi oleh variabel bebas bukan faktor-faktor lain. Tujuan lainnya adalah untu menyempurnakan model penelitian, sebab hasil penelitian sebelum dimasukkan variabel kontrol dalam penelitian ini pengaruh dari variabel bebas yaitu Intellectual


(43)

ketidaksignifikanan pada α = 5%. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan leverage. Hal ini dikarenakan, industri barang konsumsi adalah industri yang terdiri dari berbagai macam perusahaan besar yang dapat dilihat dari total asset yang dimilikinya. Oleh karena ukuran perusahaan berbeda-beda sehingga penggunaan hutang dimasing-masing perusahaan juga berbeda sesuai dengan batas optimal dan karakteristik spesifik aset perusahaan. Oleh karena itu ukuran perusahaan dan leverage digunakan sebagai variabel kontrol dalam penelitian

ini.

2.1.8.1Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Berdasarkan ukuran perusahaannya, perusahaan dibedakan menjadi perusahaan big

(besar) dan small (kecil). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ukuran

perusahaan terhadap market valuation, profitabilitas, dan produktivitas perusahaan.

Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur berdasarkan besarnya total aset yang dimiliki perusahaan. Aset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Penelitian Triamoko dan Rachmawati menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap market valuation atau nilai

perusahaan. Hasil tersebut menandakan bahwa pasar lebih mengapresiasikan perusahaan besar. Ukuran perusahaan yang besar dapat menjadi indikasi bahwa perusahaan mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya, sehingga pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena percaya akan mendapatkan pengembalian yang menguntungkan dari perusahaan tersebut.


(44)

Faktor ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan merupakan faktor penting dalam pembentukan laba (Sembiring, 2008). Perusahaan besar yang dianggap telah mencapai tahap kedewasaan merupakan suatu gambaran bahwa perusahaan tersebut relative lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba

dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan yang lebih stabil biasanya dapat memprediksi jumlah keuntungan di tahun-tahun mendatang karena tingkat kepastian laba sangat tinggi, sebaliknya bagi perusahaan yang belum mapan, besar kemungkinan laba yang diperoleh juga belum stabil karena kepastian laba lebih rendah (Sembiring, 2008). Dengan demikian, diperkirakan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Besar kecilnya ukuran perusahaan berpengaruh terhadap produktivitas yang dapat dihasilkan. Perusahaan besar cenderung memiliki jumlah aktiva yang besar dan lebih unggul untuk dapat mendukung proses produksi yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Mereka dapat lebih mengembangkan aktiva yang mereka miliki untuk dapat menghasilkan produk yang kompetitif. Dengan demikian, diperkirakan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap produktivitas perusahaan. Semakin besar perusahaan maka produktivitas yang dihasilkan pun semakin tinggi pula.

2.1.8.2Leverage

Rasio leverage (utang) menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi

perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Menurut Van Horne (2005), semakin tinggi rasio debt to total

asset, semakin besar risiko keuangannya. Yang dimaksudkan dengan terjadinya

peningkatan risiko adalah kemungkinan terjadinya default karena perusahaan terlalu


(45)

maka biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi masalah ini semakin besar. Pada penelitian yang dilakukan oleh Samiloglu (2008) ditemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Namun hasil dari

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Falope (2009) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

2.2 Penelitian Terdahulu

Firer dan Williams (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh

intellectual capital terhadap kinerja perusahaan. Penelitiannya menggunakan objek

75 perusahaan sektor publik yang terdaftar di Afrika Selatan pada tahun 2001. Di dalam penelitiannya, intellectual capital diproksikan dengan (VAICTM ) dan kinerja

perusahaannya terdiri atas, profitabilitas (ROA), produktivitas (ATO), dan market to

book value (MBR). Hasil dari penelitiannya ini menunjukkan bahwa intellectual

capital hanya berpengaruh terhadap market to book value dan produktivitas.

Profitabilitas tidak memiliki pengaruh. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa physical capital (modal fisik) merupakan faktor yang paling

signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan.

Ghosh dan Mondal (2009) meneliti perusahaan perangkat lunak dan farmasi di India. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa intellectual capital hanya

berpengaruh pada profitabilitas perusahaan dan tidak berpengaruh pada produktivitas dan valuasi pasar di India.

Penelitian Ting dan Lean (2009), meneliti tentang kinerja intellectual capital

pada institusi keuangan di Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara institusi keuangan (bank dan bukan bank) yang ada di Malaysia


(46)

pada periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2007. Metode penilaian kinerja

intellectual capital yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Pulic yaitu

menggunakan Value Added Intellectual Coeficient (VAICTM). Hasil dari penelitian

tersebut adalah adanya hubungan positif yang terjadi antara VAICTM dan ROA sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, tiga komponen penyusunan VAICTM (human capital, structural capital dan customer capital) juga memiliki


(47)

Tabel 2.1 Penelitian Terhadulu

No Peneliti Variabel Metode Hasil

1 Firer dan

William (2003)

Variabel dependen: ROA, ATO, MB.

Variabel independen: CEE, HSE, SCE.

Variabel kontrol: LCAP, Lev, ROE, IndustryType.

Analisis Regresi Berganda

a. CEE dan HCE berpengaruh

signifikan negative terhadap ATO b. CEE berpnegaruh signifikan positif

terhadap MB

2 Chen et al. (2005)

Variabel dependen: MB, Kinerja keuangan (ROE, ROA, GR, EP).

Variabel independen: VAIC, VACA, VAHU, STVA, RD, AD.

Analisis Regresi

a. VAIC, VACA & VAHU

berhubungan positif terhadap MB, ROE, ROA, GR & EP.

b. STVA tidak berhubungan signifikan terhadap M/B.

c. STVA berhubungan signifikan

positif terhadap ROE.

d. RD berhubungan signifikan positif terhadap ROA & GR.

e. AD berhubungan signifikan negative terhadap ROE & ROA.

3 Syed

Najibullah (2005)

Variabel dependen: MB, Kinerja keuangan (ROE, ROA, GR, EP).

Variabel independen: VAIC, CEE, HCE, SCE.

Analisis Regresi Berganda

a. VAIC berpengaruh signifikan

terhadap MB dan GR.

b. CEE berpengaruh signifikan

terhadap MB, ROE dan ROA.

c. HCE berpengaruh signifikan

terhadap MB.

4 Ulum

(2008)

Variabel dependen: ROA, ATO, GR. Variabel independen: VAIC, VACA,

PLS a. IC berpengaruh signifikan positif

terhadap kinerja perusahaan. b. IC berpengaruh signifikan positif

VAHU, STVA, ROGIC. c. terhadap kinerja perusahaan masa

depan.

ROGIC tidak berpnegaruh terhadap kinerja perusahaan masa depan.

5 Kuryanto

(2008)

Variabel dependen: ROE, EPS, ASR.

Variabel independen: VACA, VAHU, STVA.

PLS a. IC dan kinerja perusahaan tidak

berhubungan positif.

b. IC tidak berhubungan dengan kinerja perusahaan masa depan.

c. Kontribusi IC terhadap kinerja

perusahaan berbeda tiap industri.

6 Ghosh dan

Mondal (2009)

Variabel dependen: ROA, ATO, MB.

Variabel independen: VAIC, VACA, VAHU, STVA. Variabel kontrol: LCAP, Lev, PC.

Analisis Regresi Berganda

a. IC berpengaruh psoitif terhadap

ROA.

b. IC tidak berpengaruh terhadap ATO. c. IC tidak berpengaruh terhadap MB.

7 Zeghal dan

Maalolul (2010)

Variabel dependen: OIS, ROA, MB.

Variabel independen: VAIN & VACA.

Variabel kontrol: Size & Lev.

Analisis Regresi Berganda

a. VAIC berpengaruh positif dengan

kinerja ekonomi perusahaan.

b. VAIC berpnegaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

c. VAIC berpengaruh positif terhadap kinerja pasar saham perusahaan hanya pada sektor high-tech


(48)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran mengenai hubungan antara IC (VAICTM) yang merupakan variabel independen dengan kinerja perusahaan sebagai variabel dependen.

ROA adalah rasio yang mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. ROA dihitung dengan membandingkan tingkat pengembalian setelah bunga dan pajak atas total aset. Rasio ini mengukur seberapa baik manajemen menggunakan semua aset untuk menghasilkan surplus operasi (Walsh, 2003). Menurut Barney (1991) Intellectual capital diakui sebagai aset perusahaan karena mampu

menghasilkan keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang superior.

Berdasarkan resource based theory, intellectual capital yang dimiliki

perusahaan mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik, salah satunya yaitu meningkatkan laba perusahaan. Dengan adanya penggunaan intellectual capital

tersebut diharapkan akan meningkatkan penjualan serta intellectual capital tersebut,

diharapkan akan meningkatkan penjualan serta menggunakan sumber daya perusahaan secara efisien dan ekonomis yang dapat membuat peningkatan pada laba perusahaan.

Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen intellectual

capital, menunjukkan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset. Pengelolaan

aset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang diukur dengan Return on Asset (ROA). Semakin tinggi intellectual capital

(VAIC TM) maka laba semakin meningkat, yang membuat nilai ROA menjadi meningkat. Dengan demikian intellectual capital akan memberikan kontribusi


(49)

terhadap kinerja keuangan perusahaan (Chen et al, 2005; Abdolmohammadi, 2005). Penelitian Chen et al. (2005), Ghosh dan Mondal, 2009), serta Zeghal dan Maaloul (2010) membuktikan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap ROA.

Asset Turnover Ratio (ATO) adalah rasio yang mengukur tingkat

produktivitas suatu perusahaan. ATO mencerminkan sejauh mana kemampuan perusahaan didalam menghasilkan penjualan dengan menggunakan aset yang dimiliki. ATO dihitung dengan membandingkan jumlah pendapatan dengan jumlah aset suatu perusahaan.

Berdasarkan resource based theory, intellectual capital yang ada pada

perusahaan membuat perusahaan menggunakan sumber dayanya secara efisien dan ekonomis. Perusahaan tersebut juga lebih dapat mengoptimalkan aset yang dimilikinya, sehingga dapat menghasilkan produk yang unggul dalam persaingan dan diharapkan dapat meningkatkan penjualan. Semakin tinggi intellectual capital

(VAIC TM) maka diharapkan produktivitas akan semakin meningkat (Ghosh dan Mondal, 2009). Hal ini menandakan bahwa perusahaan telah secara efektif didalam penggunaan asetnya. Sehingga diharapkan jika perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif dan juga mendominasi pasar maka diharapkan akan meningkatkan produktivitas perusahaan. Penelitian Firer dan Wlliams (2003) serta Zeghal (2010) membuktikan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap ATO.

Adanya peningkatan perbedaan antara nilai pasar dengan nilai buku aset yang dimiliki perusahaan menunjukkan adanya hidden value. Penghargaan yang lebih atas

suatu perusahaan dari para investor tersebut diyakini disebabkan oleh intellectual


(50)

Menurut resource based theory, intellectual capital merupakan sumber daya

unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik dan menciptakan value bagi

perusahaan. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif tentunya akan dapat bersaing dengan lawan bisnisnya dan berkelanjutan perusahaan akan terjamin. Jika keberlanjutan perusahaan terjamin, maka persepsi pasar terhadap nilai perusahaan akan meningkat. Hal tersebut dapat membuat perusahaan memiliki nilai tambah dibandingkan dengan perusahaan lain.

Investor yang menilai perusahaan secara keseluruhan akan memberi nilai lebih bagi perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Hal ini membuat investor akan menempatkan nilai yang lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki

intellectual capital yang besar. Semakin tinggi intellectual capital (VAIC TM) maka

nilai perusahaan akan meningkat dan membuat sahamnya akan banyak diminati oleh investor sehingga permintaan akan saham perusahaan tersebut akan naik sehingga menyebabkan harga saham menjadi naik. Oleh karena itu, intellectual capital

diyakini memegang peran penting dalam meningkatkan nilai perusahaan di mata para pelaku pasar modal (Ghosh dan Mondal, 2009).

Dengan meningkatnya nilai pasar perusahaan, maka rasio market to book

value juga akan meningkat. Karena rasio ini diperoleh dengan membagi nilai pasar

perusahaan dengan nilai bukunya. Market to book value ratio bertujuan untuk

mengukur seberapa jauh atau selisih antara nilai pasar perusahaan dengan nilai bukunya. Jika ternyata selisih antara nilai pasar dengan nilai buku perusahaan terlalu besar (cukup signifikan), maka menandakan bahwa terdapat hidden asset yang tidak


(51)

tercantum dalam laporan keuangan perusahaan. Salah satu cara untuk meningkatkan rasio market to book value adalah dengan meningkatkan nilai pasar perusahaan.

Nilai pasar perusahaan dapat meningkat apabila kekayaan intelektual yang dimiliki perusahaan dikelola dengan baik. Chen (2005), menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara IC dengan nilai pasar perusahaan. Jika intellectual capital

meningkat, dalam artian dikelola dengan baik, maka hal ini dapat meningkatkan persepsi pasar terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi intellectual capital maka

akan semakin tinggi pula market to book value ratio perusahaan tersebut. Oleh

karena itu, intellectual capital berpengaruh positif terhadap market to book value

ratio.

Intellectual Capital (X) Kinerja Perusahaan(Y)

Variabel Kontrol

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

VAICTM

• VACA

• VAHU

• STVA

Profitabilitas Produktivitas

Market Valuation

Ukuran Perusahaan


(52)

1. Intellectual Capital, Ukuran Perusahaan, Leverage berpengaruh positif dan

signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (ROA).

2. Intellectual Capital, Ukuran Perusahaan, Leverage berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produktivitas perusahaan (ATO).

3. Intellectual Capital, Ukuran Perusahaan, Leverage berpengaruh positif dan


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dengan menggunakan sampel. Menurut Singarimbun dan Effendi (1985) bahwa: Pengertian survei sampel dimana informasi dikumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi.

Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Nazir (2005) bahwa: metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Arikunto (2006) menyatakan bahwa: penelitian kuantitatif memiliki kejelasan unsur yang rinci sejak awal, langkah penelitian yang sistematis, menggunakan sampel yang hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi, memiliki hipotesis jika perlu, memiliki desain jelas dengan langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan, memerlukan pengumpulan data yang dapat mewakili serta ada analisis data yang dilakukan setelah semua data terkumpul.

Sifat penelitian adalah deskriptif eksplanatori (penjelasan) dimana menurut Singarimbun dan Effendi (1995) bahwa: penelitian penjelasan menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya.


(54)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengakses data laporan keuangan melalui websit Bursa Efek Indonesia yang beralamat di Jakarta Stock Exchange Building, Jalan

Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190. Penelitian terlaksana selama 5 (lima) bulan yaitu dari Januari 2012 sampai dengan bulan Mei 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, yaitu sebanyak 34 (tiga puluh empat) perusahaan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih target populasi adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan yang terdaftar berdiri dan listing selama tahun pengamatan

2. Perusahaan yang memenuhi kriteria variabel penelitian dan tetap dipublikasikan selama tahun pengamatan

3. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan publik pada sektor industri barang dan konsumsi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 hingga tahun 2010.

4. Perusahaan tersebut secara periodik mengeluarkan laporan keuangan tiap tahunnya dan memiliki kelengkapan data selama periode pengamatan.

5. Perusahaan yang tidak pernah mengalami kerugian selama waktu penelitian. Berdasarkan pada kriteria pengambilan sampel seperti yang telah disebutkan di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 perusahaan.


(55)

Adapun perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah semua yang menjadi target populasi dan dapat dilihat secara lebih jelas dalam tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010 (Sampel)

Sumber: Situs resmi BEI, http://www.idx.co.id, 2012 (Data diolah)

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini bersumber dari Jakarta Stock Exchange monthly, JSX

Statistik dan Indonesian Capital Market Directory 2007-2010 yang diterbitkan oleh

Bursa Efek Indonesia dan di download dari

keuangan tahunan dari setiap emiten, dari situs resmi Bursa Efek Indonesia

No Kode Nama Emiten Tanggal Berdiri Tanggal Listing Industri Makanan dan Minuman

1 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 09 Desember 1980 09 Juli 1996

2 DLTA Delta Djakarta Tbk 15 Juni 1970 27 Februari 1984

3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Agustus 1990 14 Juli 1994

4 MYOR Mayora Indah Tbk 17 Februari 1977 04 Juli 1990

5 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 03 Juni 1929 15 Desember 1981

6 SKLT Sekar Laut Tbk 19 Juli 1976 08 September 1993

7 STTP Siantar Top Tbk 12 Mei 1987 16 Desember 1996

8 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Trade 02 November 1971 02 Juli 1990

Industri Rokok

9 GGRM Gudang Garam Tbk 26 Juni 1958 27 Agustus 1990

10 HMSP H.M. Sampoerna Tbk 27 Maret 1905 15 Agustus 1990

Industri Farmasi

11 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk 15 Desember 1976 11 November 1994

12 KAEF Kimia Farma Tbk 16 Agustus 1971 04 Juli 2001

13 MERK Merck Tbk 14 Oktober 1970 23 Juli 1981

14 PYFA Pyridam Farma Tbk 27 November 1976 16 Oktober 2001

15 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk 20 Mei 1970 17 Juni 1994

Industri Kosmetik & Barang Keperluan Rumah Tangga

16 TCID Mandom Indonesia Tbk 05 november 1969 30 September 1993

17 MRAT Mustika Ratu Tbk 14 Maret 1978 27 Juli 1995

18 UNVR Unilever Indonesia Tbk 05 Desember 1993 11 Januari 1982

Industri Peralatan Rumah Tangga

19 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk 09 Januari 1973 26 Juli 1996


(1)

Total 46.878 71 a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, VAIC, UKURAN b. Dependent Variable: Ln_MBR

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 5.959 .204 29.271 .000

VAIC -.013 .012 -.146 -1.048 .299 .679 1.473

UKURAN .754 .297 .389 2.536 .014 .562 1.779

LEVERAGE -.356 .170 -.275 -2.100 .039 .768 1.303

a. Dependent Variable: Ln_MBR

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Ln_MBR

N 76

Normal Parametersa,,b

Mean 5.7359

Std. Deviation .79192

Most Extreme Differences Absolute .053

Positive .045

Negative -.053

Kolmogorov-Smirnov Z .462

Asymp. Sig. (2-tailed) .983

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

(3)

UJI GLEJSER SETELAH LN

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .531 .107 4.974 .000

VAIC .010 .006 .217 1.518 .134 .679 1.473

UKURAN .018 .156 .019 .118 .906 .562 1.779

LEVERAG E

-.097 .089 -.147 -1.090 .280 .768 1.303


(4)

HASIL LN MBR SETELAH WEIGHTING (PEMBOBOTAN)

Model Summaryc,d

Model R R Squareb

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .993a .986 .985 .99234 1.783

a. Predictors: Wt_LEVERAGE, Wt_SQROOT, Wt_UKURAN, Wt_VAIC

b. For regression through the origin (the no-intercept model), R Square measures the proportion of the variability in the dependent variable about the origin explained by regression. This CANNOT be compared to R Square for models which include an intercept.

c. Dependent Variable: Wt_Ln_MBR d. Linear Regression through the Origin

ANOVAc,d

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4784.467 4 1196.117 1214.661 .000a

Residual 66.962 68 .985

Total 4851.429b 72

a. Predictors: Wt_LEVERAGE, Wt_SQROOT, Wt_UKURAN, Wt_VAIC

b. This total sum of squares is not corrected for the constant because the constant is zero for regression through the origin. c. Dependent Variable: Wt_Ln_MBR

d. Linear Regression through the Origin

Coefficientsa,b

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 Wt_SQROOT 5.773 .222 .961 26.045 .000 .149 6.703

Wt_VAIC .030 .014 .087 2.142 .036 .123 8.119

Wt_UKURAN .492 .245 .046 2.008 .049 .392 2.551


(5)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Wt_Ln_MBR

N 72

Normal Parametersa,,b Mean 8.1218

Std. Deviation 1.19883

Most Extreme Differences Absolute .062

Positive .062

Negative -.058

Kolmogorov-Smirnov Z .524

Asymp. Sig. (2-tailed) .947

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(6)

UJI GLEJSER SETELEH LN MBR DI WEIGHTING

Coefficientsa,b

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 Wt_SQROOT .567 .124 .804 4.567 .000 .149 6.703

Wt_VAIC .003 .008 .079 .406 .686 .123 8.119

Wt_UKURAN .104 .137 .082 .754 .453 .392 2.551

Wt_LEVERAGE -.080 .067 -.134 -1.191 .238 .364 2.748

a. Dependent Variable: ABS_RES b. Linear Regression through the Origin