Cara Penularan Penemuan Pasien Tuberkulosis

c. Sesak napas Pada penyakit yang ringan belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru – paru. d. Nyeri dada Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Bila nyeri bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas nyeri dikeluhkan di daerah aksila, di ujung scapula atau di tempat – tempat lainnya. Hal ini terjadi karena gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya. e. Malaise Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

2.1.4 Cara Penularan

Cara penularan dari TB Paru adalah melalui inhalasi dari droplet segar atau debu dari sputum yang kering yang dikeluarkan oleh seseorang yang memiliki kasus TB Paru. Hal tersebut akan diketahui dalam waktu yang lama setelah infeksi tuberkulosis bermanifestasi didalam tubuh penderita Walter, J.B., 1982. Menurut Crofton 2002, Penderita TB Paru saat batuk akan mengeluarkan sejumlah percikan ludah yang tersembur ke udara dimana percikan ludah tersebut mengandung kuman tuberkulosis. Percikan ludah akan terbawa dengan aliran udara, jika ventilasi di dalam Universitas Sumatera Utara ruangan baik. Namun jika di dalam ruangan yang tertutup, di dalam gubuk atau di dalam ruangan sempit maka percikan ludah tersebut melayang di udara dan akan bertambah jumlahnya setiap kali orang tersebut batuk. Orang yang berada di ruangan yang sama dengan orang yang batuk tersebut dan menghirup udara yang sama akan berisiko menghirup kuman tuberculosis. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien Tuberkulosis adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIVAIDS dan malnutrisi gizi buruk. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler cellular immunity, dan merupakan faktor resiko paling kuat bagi yang terinfeksi TB untuk menjadi sakit TB TB Aktif. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula Depkes RI, 2011.

2.1.5 Penemuan Pasien Tuberkulosis

Menurut Depkes RI 2011, penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan tuberkulosis. Penemuan dan penyembuhan pasien tuberkulosis menular secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat tuberkulosis, penularan tuberkulosis di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan tuberkulosis yang paling efektif di masyarakat. Penemuan kasus baru bertujuan untuk mendapatkan kasus TB melalui serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terhadap aspek TB, pemeriksaan fisik dan laboratoris, menentukan diagnose dan menentukan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB, sehingga dapat dilakukan pengobatan agar sembuh dan tidak menularkan Universitas Sumatera Utara penyakitnya kepada orang lain. Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Depkes RI, 2011. Pasien tuberkulosis yang sakit dengan dahak positif akan mengunjungi suatu tempat pelayanan kesehatan puskesmas, rumah sakit, poliklinik, atau dokter praktik, tetapi akan terdiagnosis hanya bila dahaknya diperiksa terhadap TB secara rutin. Hal ini merupakan penemuan kasus secara pasif. Penemuan kasus secara aktif yaitu dengan mengunjungi rumah-rumah penduduk dan meminta dahak untuk diperiksa Crofton, 2002.

2.1.6 Pemeriksaan Tuberkulosis Paru

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 6 129

Gambaran Perilaku Keluarga Penderita TB Paru Terhadap Pencegahan TB Paru di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

1 1 16

Gambaran Perilaku Keluarga Penderita TB Paru Terhadap Pencegahan TB Paru di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 2

Gambaran Perilaku Keluarga Penderita TB Paru Terhadap Pencegahan TB Paru di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 8

Gambaran Perilaku Keluarga Penderita TB Paru Terhadap Pencegahan TB Paru di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 1 26

Gambaran Perilaku Keluarga Penderita TB Paru Terhadap Pencegahan TB Paru di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 1 3

Gambaran Perilaku Keluarga Penderita TB Paru Terhadap Pencegahan TB Paru di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 32

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

2 3 16

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

2 4 2

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

4 7 9