kelembaban dalam ruangan. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, maka lantai rumah sebaiknya di naikkan 20 cm dari permukaan tanah. Keadaan lantai
rumah perlu dibuat dari bahan yang kedap terhadap air sehingga lantai tidak menjadi lembab dan selalu basah seperti tegel, semen dan keramik.
Hasil penelitian yang sama didapatkan pada penelitian Firdiansyah 2012, tentang pengaruh faktor sanitasi rumah dan sosial ekonomi terhadap kejadian
penyakit TB Paru BTA positif di kecamatan genteng kota surabaya menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis lantai responden terhadap
kejadian penyakit TB Paru BTA Positif di Kecamatan Genteng dengan nilai p = 0,757 p 0,05. Menurut Suyono 2005, lantai yang tidak memenuhi syarat dapat
dijadikan tempat hidup dan perkembangbiakan bakteri terutama bakteri Mycobacterium tuberculosis. Menjadikan udara dalam ruangan lembab, pada musim
panas lantai menjadi kering sehingga menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuninya.
5.8 Hubungan Pencahayaan Alami Rumah dengan Kejadian TB Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan alami rumah memiliki hubungan dengan penyakit TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi
Kota Padangsidimpuan. Responden pada kelompok kasus sebagian besar memiliki pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 65,3 sedangkan pada
kelompok kontrol sebagian besar memiliki pencahayaan alami yang memenuhi syarat yaitu sebesar 73,5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan
pencahayaan alami dengan kejadian TB paru nilai p-value 0,000 0,05 dan nilai OR
Universitas Sumatera Utara
sebesar 0,192 artinya responden penderita TB paru berisiko 0,192 kali lebih besar berasal dari rumah dengan pencahayaan alami rumah tidak memenuhi syarat
dibandingkan responden bukan penderita TB paru yang berasal dari rumah dengan pencahayaan alami rumah memenuhi syarat.
Pencahayaan alami rumah responden pada kelompok kasus sebagian besar tidak memenuhi syarat dikarenakan sinar matahari tidak dapat masuk secara merata
kedalam ruangan dan juga dalam ruangan tidak dapat membaca tulisan berita di koran secara jelas. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 829MenkesSK VII1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, pencahayaan alami dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
Pada responden yang dijumpai pencahayaan alami pada kamar tidur rumah tidak memenuhi syarat disebabkan ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat, sinar
matahari juga tidak dapat masuk kedalam ruangan secara merata sehingga menimbulkan kelembapan pada ruangan dan udara dalam ruangan juga pengap.
Pencahayaan buatan pada rumah responden juga tidak terang sehingga tidak dapat membaca tulisan secara jelas. Pada ruang tamu rumah responden juga memiliki
ventilasi yang tidak memenuhi syarat dikarenakan responden jarang membuka jendela dan jika pintu rumah saja yang dibuka maka sinar matahari akan masuk ke
ruang tamu. Hal ini dikarenakan sedikit lebih banyak masyarakat pada kelompok kasus di Wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan yang
Universitas Sumatera Utara
bekerja pada pagi hari dan kembali kerumah setelah sore hari sehingga ventilasijendela jarang dibuka.
Pada kelompok kontrol pencahayaan alami rumah memenuhi syarat, karena memiliki ventilasi yang memenuhi syarat dan ada beberapa responden yang
membuka jendela rumah setiap hari, sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan secara marata. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 829MenkesSK VII1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, pencahayaan alami dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
Ada juga beberapa rumah responden yang menggunakan pencahayaan alami karena memiliki ventilasi yang tidak memenuhi syarat. Pencahayaan alami yang
digunakan responden pada kelompok kontrol adalah pencahayaan yang berasal dari lampu, lampu yang digunakan terang dan tidak menyilaukan mata dan dapat
membaca tulisan dikoran secara jelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2011, cahaya dapat dibedakan
menjadi 2, yakni cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat menbunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya baksil TB paru. Oleh
karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Jalan masuk cahaya jendela luasnya sekurang-kurangnya 15 sampai 20 dari luas
lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Rumah dengan pencahayaan yang buruk sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit TB paru. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan hidup
pada tempat yang sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar matahari bertahun-tahun lamanya, dan mati bila terkena sinar matahari, lisol, sabun, karbon dan kapas api,
bakteri ini akan mati dalam waktu dua jam. Hasil penelitian yang sama didapatkan pada penelitian Putra 2011, tentang
hubungan perilaku dan kondisi sanitasi rumah dengan kejadian TB paru di Kota Solok menunjukkan bahwa responden yang memiliki kondisi pencahayaan yang
kurang beresiko 5,95 kali tertular TB Paru dibandingkan responden yang mempuyai pencahayaan yang baik OR = 5,95.
5.9 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja