4.3 Analisis Bivariat
4.3.1. Hasil Analisa Bivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2014
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan narasi dengan analisis statistik chi-square serta menghitung odds ratio OR yang
mendukung kejadian kejadian TB di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2014. Gambaran umum tentang sebaran sampel faktor-
faktor yang berhubungan terhadap kejadian TB paru dalam tabel 4.14. Berikut ini
Tabel 4.17. Distribusi
Hasil Analisa
Bivariat Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2014
Variabel Kasus
Kontrol p
OR 95 CI
n n
1 2
3 4
5 6
7 8
1. Penghasilan Keluarga
a. Rp. 1.585.000 b. Rp. 1.585.000
25 24
51,0 49,0
8 41
16,3 83,7
0,001 5,339
2,081-13,696
Total 49
100,0 49 100,0
2. Pekerjaan
Responden a.
Bekerja b.
Tidak Bekerja 29
20 59,2
40,8 33
16 67,3
32,7 0,402
0,703 0,308-1,605
Total 49
100,0 49 100,0
3. Status gizi responden
a. Kurus
b. Normal
39 10
79,6 20,4
11 38
22,4 77,6
0,001 13,473
5,128-35,395
Total 49
100,0 49 100,0
4. Kepadatan Hunian
kamar Tidur a.
Memenuhi syarat b.
Tidak memenuhi syarat
33 16
67,3 32,7
41 8
83,7 16,3
0,060 0,402
0,153-1,056
Total 49
100,0 49 100,0
Universitas Sumatera Utara
Variabel Kasus
Kontrol p
OR 95 CI
n n
5. Ventilasi Rumah
a. Memenuhi syarat
b. Tidak memenuhi
syarat 11
38 22,4
77,6 36
13 73,5
26,5 0,001
0,105 0,042-0,263
Total 49
100,0 49 100,0
6. Lantai Rumah
a. Memenuhi syarat
b. Tidak memenuhi
syarat 30
19 61,2
38,8 37
12 85,7
14,3 0,128
0,512 0,215-1,220
Total 49
100,0 49 100,0
7. Pencahayaan alami
a. Memenuhi syarat
b. Tidak memenuhi
syarat 17
32 34.7
65,3 36
13 73,5
26,5 0,001
0,192 0,081-0,456
Total 49
100,0 49 100,0
8. Pengetahuan
a. Baik
b. Sedang
28 21
57,1 42,9
36 13
73,5 26,5
0,090 0,481
0,206-1,126 Total
49 100,0
49 100,0 9.
Sikap a.
Baik b.
Sedang 38
11 77,6
22,4 39
10 79,6
20,4 0,806
0,886 0,337-2,327
Total 49
100,0 49 100,0
10. Tindakan
a. Baik
b. Sedang
33 16
67,3 32,7
41 8
83,7 16,3
0,060 0,402
0,153-1,056 Total
49 100,0
49 100,0
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa penghasilan keluarga pada kelompok kasus sebagian besar berada di bawah UMR sebanyak 25 orang 51,0 sedangkan
penghasilan keluarga pada kelompok kontrol umumnya berada diatas UMR sebanyak 41 orang 83,7. Hasil analisis dengan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat penghasilan keluarga dengan kejadian TB Paru dengan nilai p-value 0,000 dan nilai OR sebesar 5,339 sehingga responden penderita TB paru
berisiko 5,339 kali lebih besar berasal dari keluarga dengan penghasilan dibawah
Universitas Sumatera Utara
UMR dibandingkan responden bukan penderita TB paru yang berasal dari keluarga dengan penghasilan sesuai UMR.
Pekerjaan responden pada kelompok kasus dan kelompok kontrol sebagian besar bekerja daripada yang tidak bekerja. Pekerjaan penderita TB Paru sebagian
besar bekerja sebanyak 29 orang 59,2 dan pekerjaan pada responden yang bukan penderita TB Paru juga sebagian besar yang bekerja yaitu sebanyak 33 orang
67,3. Hasil analisis dengan uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan responden dengan kejadian TB paru dengan nilai p-value
0,402 sehingga pekerjaan responden bukan merupakan penyebab kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi.
Status gizi responden pada kelompok kasus sebagian besar yang berstatus gizi kurus sebanyak 39 orang 79,6 dan pada kelompok kontrol sebagian besar
yang berstatus gizi normal sebanyak 39 orang 77,6. Hasil analisis dengan uji chi- square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi responden dengan
kejadian TB Paru dengan nilai p-value 0,000 dan nilai OR sebesar 13,473 sehingga responden penderita TB paru berisiko 13,473 kali lebih besar berasal dari keluarga
dengan status gizi kurus dibandingkan responden bukan penderita TB paru yang berasal dari keluarga dengan status gizi normal.
Kepadatan hunian kamar tidur pada kelompok kasus sebagian besar memenuhi syarat sebanyak 33 orang 67,3 dan kelompok kontrol umumnya
responden memiliki kepadatan hunian kamar tidur yang memenuhi syarat sebanyak 41 orang 83,7. Hasil analisis dengan uji chi-square menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara kepadatan hunian kamar tidur dengan kejadian TB paru
Universitas Sumatera Utara
dengan nilai p-value 0,060 sehingga kepadatan hunian kamar tidur bukan merupakan penyebab kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi.
Ventilasi rumah responden pada kelompok kasus sebagian besar yang tidak memenuhi syarat sebanyak 38 orang 77,6 sedangkan pada kelompok kontrol
ventilasi rumah responden sebagian besar yang memenuhi syarat sebanyak 36 orang 73,5. Hasil analisis dengan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara ventilasi rumah responden dengan kejadian TB Paru dengan nilai p-value 0,000 dan nilai OR sebesar 0,105, sehingga responden penderita TB paru berisiko
0,105 kali lebih besar berasal dari rumah dengan ventilasi tidak memenuhi syarat dibandingkan responden bukan penderita TB paru yang berasal dari rumah dengan
ventilasi memenuhi syarat. Lantai rumah responden pada kelompok kasus sebagian besar sudah memenuhi
syarat sebanyak 30 orang 61,2 dan pada kelompok kontrol umumnya responden memiliki lantai rumah yang memenuhi syarat sebanyak 37 orang 85,7. Hasil
analisis dengan uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lantai rumah dengan kejadian TB paru dengan nilai p-value 0,128 sehingga kondisi
lantai rumah bukan merupakan penyebab kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi.
Pencahayaan alami rumah responden sebahagian besar memiliki pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat sebanyak 32 orang 65,3
sedangkan pada kelompok kontrol sebagian responden memiliki pencahayaan alami yang memenuhi syarat sebanyak 36 orang 73,5. Hasil analisis dengan uji chi-
square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pencahayaan alami rumah
Universitas Sumatera Utara
responden dengan kejadian TB Paru dengan nilai p-value 0,000 dan nilai OR sebesar 0,192, sehingga responden penderita TB paru berisiko 0,192 kali lebih besar berasal
dari rumah dengan pencahayaan alami rumah yang tidak memenuhi syarat dibandingkan responden bukan penderita TB paru yang berasal dari rumah dengan
pencahayaan alami rumah yang memenuhi syarat. Pengetahuan responden pada kelompok kasus sebagian besar berkriteria baik
sebanyak 28 orang 57,1 dan juga pada kelompok kontrol sebagian besar memiliki pengetahuan yang berkriteria baik 36 orang 73,5. Hasil analisis dengan uji chi-
square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian TB paru dengan nilai p-value 0,090 sehingga pengetahuan bukan merupakan
penyebab kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi. Sebagian besar sikap responden pada kelompok kasus dan kelompok kontrol
memiliki sikap dengan kriteria baik. Pada kelompok kasus sebanyak 38 orang 77,6 dan kelompok kontrol sebanyak 39 orang 79,6. Hasil analisis dengan uji
chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kejadian TB paru dengan nilai p-value 0,806 sehingga sikap bukan merupakan
penyebab kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi. Tindakan responden pada kelompok kasus sebahagian besar sudah
berkriteria baik sebanyak 33 orang 67,3 dan pada kelompok kontrol umumnya berkriteria baik dalam pencegahan TB paru sebanyak 41 orang 83,7. Hasil
analisis dengan uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tindakan dengan kejadian TB paru dengan nilai p-value 0,060 sehingga tindakan
Universitas Sumatera Utara
bukan merupakan penyebab kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas
Padangmatinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1
Karakteristik Responden
Pendapatan keluarga responden yang terpilih sebagai sampel menunjukkan bahwa pendapatan keluarga pada kelompok kasus sedikit lebih banyak berada
dibawah UMR Rp. 1.585.000,- yaitu sebesar 51,0 dibandingkan dengan kelompok kontrol pendapatan keluarga lebih pada umumnya berada diatas UMR yaitu sebanyak
83,7. Secara ekonomi, penyebab utama berkembangnya bakteri mycobacterium
tuberculosis di Indonesia disebabkan karena masih rendahnya pendapatan perkapita. Sejalan dengan kenyataan bahwa pada umumnya yang terserang penyakit TB Paru
adalah golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah Tjiptoherijanto, 2008. Pekerjaan responden yang terpilih sebagai sampel menunjukkan bahwa sedikit
lebih banyak pekerjaan responden pada kelompok kasus yang bekerja yaitu sebanyak 59,2 dan sebagian besar pekerjaan responden pada kelompok kontrol yang bekerja
yaitu sebanyak 67,3. Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan
partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan
morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru Corwin, 2009.
Status gizi responden yang terpilih sebagai sampel menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok kasus menurut status gizi responden berada pada status gizi
kurus yaitu sebanyak 79,6 sedangkan kelompok kontrol sebagian besar status gizi
Universitas Sumatera Utara