Sejarah Lahirnya LSM Indonesia

Lembaga Swadaya Masyarakat bukan hanya sebuah organisasi, melainkan lebih bercermin pada gerakan kemanusiaan yang membina swadaya masyarakat dengan pola dasar membangun sumber daya manusianya. 32 Kalau Surino Mangun Pranoto berpendapat bahwa Lembaga Swadaya Masyarakat bukan hanya sebuah organisasi sosial, melainkan lebh bercermin pada gerakan kemanusiaan, lain halnya dengan pendapat Soetjipto Wirosarjono tentang defines Lembaga Swadaya Masyarakat. Beliau menyatakan sebagai berikut: Lembaga Swadaya Masyarakat LSM sebagai organisasi kemasyarakatan yang bergerak atas motivasi dan swadaya yang bangkit dari solidaritas sosial. 33 Menurut Arief Budiman seperti yang dikutip David Korten mendefinisikan LSM secara umum yaitu: Organisasi non pemerintah dapat didefinisikan dalam pengertian segala macam organisasi yang bukan milik pemerintah dan bertujuan bukan mencari keuntungan. 34 Dari pengertian-pengetian Lembaga Swadaya Masyarakat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa LSM merupakan: 1 Lembaga yang bergerak menangani masalah-masalah sosial yang berkembang di masyarakat dan mendapat perhatian khusus. 2 Lembaga ini bersifat sosial, tidak mencari keuntungan, jadi tanpa ada pemungutan biaya, oleh karena itu diharapkan keterlibatan masyarakat untuk berperan secara aktif turut serta ambil bagian dalam rangka memajukan kehidupannya.

2. Sejarah Lahirnya LSM Indonesia

32 Abdullah Syarwani, LSM, Partisipasi Rakyat dan Usaha Menumbuhkan Keswadayaan, Jakarta: LP3S, 1992, Cet ke 1, h. 69 33 Soejipto Wirosarjono, Apa Yang Dapat Dilakukan LSM dibidang Kependudukan, Jakarta, LP3S, 1990, Cet ke 1, h. 139 34 David Korten, Menuju abad 21, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2001, Cet ke 1, h. vvii Di Indonesia pergerakan NGO atau LSM dapat dilihat dari kemunculan Boedi Oetomo yang merupakan organisasi pertama, yang lahir dari tangan-tangan terpelajaran khususnya kaum terpelajar muda dari rantau, memberikan sumbangan yang penting dalam merumuskan cita-cita kemauan bangsa. 35 Perkembangan LSM yang begitu pesat terlihat dalam kurun waktu 1970-an terdapat perhatian yang meningkat dalam usaha pengembangan masyarakat Community Development olah NGO, sebagai bagian dari kritik terhadap ketidakmeratan pembangunan dan mencari strategi alternatif atau kebutuhan pokok yang dapat menguntungkan secara lebih langsung mayoritas kaum miskin. 36 LSM atau NGO Indonesia juga mengalami perkembangan yang pesat sejak era 1970-an, hal ini dapat dijelaskan seiring dengan dijalankannya pembangunan berencana oleh pemerintah orde baru dengan maksud ikut serta melaksanakan pembangunan diluar sektor Negara. Pada era tersebut LSM lebih memilih untuk bekerja menggunakan teori pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kebijakan pemerintah orde baru yang pada saat itu menjadikan ekonomi sebagai “panglima” dan tidak satupun LSM ditahun 1970-an tersebut yang benar-benar menolak konsep dasar dan gagasan pembangunan yang diterapkan orde baru, karena anggapan atau persepsi dasar LSM yang lebih berorientasi menjaga keberlangsungan organisasinya dengan berlindung terhadap penguasa orde baru dari pada benar-benar sebagai organisasi sukarela yang berpihak pada masyarakat. 35 Zamroni, Pendidikan Untuk Demokrasi Masyarakat, Yogyakarta, Tiara acana Yogya, 1995, Cet ke 1, h. 37 36 Jhon Clark, NGO dan Pengembangan Masyarakat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1995, Cet ke 1, h. 37 Perkembangan LSM yang begitu pesat terlihat pada tahun 1985 yakni jumlah LSM masih sekitar 3.225 organisasi. Tahun 1990 jumlah LSM meningkat menjadi 8.720 organisasi yang tercatat sebagai LSM, itu baru yang tercatat dan terdaftar, sementara LSM yag tidak mau mendaftarkan dirinya juga tidak sedikit. 37 Tumbuh menjamurnya puluhan ribu LSM di era reformasi merupakan fenomena yang menarik untuk dicermati. Pertumbuhan LSM itu disatu sisi dianggap simbol kebangkitan masyarakat didalam memperjuangkan hak-haknya. Masyarakat mulai kritis dan mampu menampilkan wacana tandingan terhadap kebijakan yang disodorkan pemerintah. 38 Dari segi kuantitas, LSM berkembang begitu pesat dan sangat mengesankan, namun dari segi kualitas perlu dipertanyakan peranan mereka sebagai salah satu bentuk organisasi masyarakat sipil. Hal ini senada dengan pendapat Mansour Fakih sebagai berikut: Jika dalam masa tahun 1970-an kebanyakan kegiatan LSM lebih difokuskan sebagaimana bekerja dengan rakyat ditingkat akar rumput dengan melakukan kerja pengembangan masyarakat Community Development, maka dalam tahun 1980-an bentuk perjuangannya menjadi lebih beragam, dari perjuangan lokal hingga jenis advokasi baik tingkat nasional maupun tingkat internasional. Sejumlah aktivis LSM bahkan mulai mengkhususkan diri melakukan kerja advokasi politik untuk perubahan kebijakan yang dalam banyak manifestasinya dilakukan dengan membuat pelbagai statement politik, lobi, petisi, protes dan demonstrasi. 39

3. Karakteristik dan Ciri-ciri LSM