Pelaksanaan Program Pendidikan Non Formal oleh YPI BSC Al –

B. Analisa Data Lapangan

1. Pelaksanaan Program Pendidikan Non Formal oleh YPI BSC Al –

Futuwwah Pendidikan non formal yang dilakukan YPI BSC Al-Fituwwah adalah merupakan satu program yang harus dijalankan mengingat masyarakat yang ada disekitar yayasan adalah termasuk masyarakat yang tergolong menengah kebawah terutama dalam hal pendidikan dan ekonomi. Dapat dilihat banyak sekali anak- anak mereka yang putus sekolah baik ditingkat SD atau SMP sehingga mereka menjadi anak jalanan yang semata-mata hanya untuk meringankan beban ekonomi keluarga dan dalam hal ekonomi mata pencaharian masyrakat sekitar yayasan pada umumnya adalah pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan ojek motor. L I T B A N G BIDANG - BIDANG PENGKADERAN DAN ORGANISASI PENDIDIKAN DAN DAKWAH Proses merancang dan menerapkan pendidikan non formal sebagai bentuk kepedulian YPI BSC Al-Futuwwah dalam upaya meningatkan ekonomi anak jalanan adalah suatu pilihan yang harus dilakukan, mengingat sebagai lembaga sosial yang mempunyai tujuan utama adalah pemberdayaan masyarakat baik pemberdayaan dalam hal ekonomi, sosial, budaya dan agama. Dala hal ini terutama membuka rumah singgah dan panti asuhan bagi anak jalanan dan yatim-piatu. 77 Konsep yang ditawarkan kepada anak-anak jalanan dan masyarakat disekitar yayasan sebagai berikut: 1 Membuka pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya kehadiran seorang manusia dilahirkan kemuka bumi sebagai khalifah pemimpin seperti dalam firman Allah SWT yang artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat ; “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi….”.Al-Baqarah 2 : 30. 78 dan tiap-tiap diri dibekali dengan potensi yang luar biasa untuk mengembangkan pribadi-pribadi yang berhasil serta sukses. 2 “The Power Of Change” kekuatan suatu perubahan sesuai dengan Al- Qur’an pada surat Ar-Ra’d ayat 11 “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum mereka yang mengubah keadaan nasib mereka sendiri.” 79 Dan yang tidak kalah penting adalah Pendekatan hati nurani merupakan pendekatan yang lebih menarik, tidak melukai perasaan dan mengutamakan sisi kelebihan positif dan memperkecil ruang kesalahan yang negatif dalam setiap pribadi anak. Memberikan pemahaman kepada mereka bahwa setiap manusia yang hidup didunia ini haruslah berusaha, karena hanya dengan usahalah nasib seseorang akan berubah ke arah yang lebih baik, artinya peningkatan tarap 77 M. Sanwani Na’im, Pimpinan YPI BSC AL-FUTUWWAH, Wawancara Pribadi, Jakarta 6 Maret 2008 78 AlQur’an dan Terjemahannya, Madinah : Mujamma’khadim Haramain asy Syarifah al Malik Fadh I. thiba’at al Mush-af asy Syarif, 1411, h. 23 79 Ibid h. 133 ekonomi harus senantiasa dilakukan yang semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup. Adapun bentuk pendidikan non formal yang dilaksanakan oleh YPI BSC AL- Futuwwah adalah meliputi ; 1 Pemberian beasiswa anak jalanan yang berprestasi, melalui perhatian secara khusus dengan memperhatikan tingkat prestasi yang dimiliki anak jalanan membuat mereka lebih merasa berarti dan mempunyai sikap optimis dalam memandang masa depan mereka yang lebih cemerlang. 2 Menyentuh kecerdasan emosional orang tua dengan memberi perhatian kepada anak mereka, sehingga memunculkan simpati yang mendalam terhadap apa yang sedang dilakukan oleh yayasan. 3 Memberikan bekal kepada mereka yang dibentuk dalam program pendidikan non formal yang dilaksanakan setiap hari. Dari beberarapa kegiatannya adalah seperti pelatihan komputer, perbengkelan, clearing service, pendidikan guru TPATK. Ini bertujuan agar mereka tidak lagi mempunyai pemahaman bahwa hanya dengan berada dijalanan mereka dapat makan, tetapi merubah pandangan mereka agar mereka mau bekerja ditempat-tempat dan pekerjaan yang lebih layak dan pada akhirnya mereka dapat hidup mandiri dan memenuhi kebutuhan hidup mereka. 4 Memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan, seperti komputer, perbengkelan, mengajar, pendidikan bahasa Inggris dan Arab. Ini semua bertujuan agar setelah mereka selesai mengikuti pendidikan non formal mereka sudah siap untuk bersaing dalam mencari pekerjaan, selain itu mereka akan medapatkan sertifikat untuk menunjukan legalitas mereka 80 Memberi motivasi tinggi kepada anak jalanan bahwa setiap dari mereka berhak meraih cita-cita terbaik, mencapai prestasi dan hidup layak Pembekalan pengetahuan dan ketrampilan sejak usia dini melalui program beasiswa prestasi, aktivitas dimulai sejak mendirikan sholat subuh dan pembentukan karakter pribadi anak jalanan yang kreatif dan inovatif adalah wujud kongkret pengembangan sumber daya mereka. Pembiasaan yang berlangsung secara kontinue setiap hari hari, minggu, bulan dan tahun demi tahun berhasil mencerahkan pandangan hidup mereka, sehingga muncul keinginan besar menjadi orang yang dapat hidup mandiri, memiliki komitmen dan mempunyai obsesi menjadi manusia terbaik dalam berbagai bidang kehidupan. Program yang diterapkan dalam upaya peningkatan ekonomi anak jalanan di YPI BSC AL-FUTUWWAH tidak hanya diperuntukkan untuk anak didik saja tetapi juga ada pembekalan atau pendidikan untuk para tenaga pengajar yang nantinya akan menjadi pemandu atau pendamping bagi anak jalanan. Program- programnya meliputi 1. Pemberdayaan tenaga pengurus dan pengajar menanamkan motivasi dan kesungguhan dalam memberi kontribusi terbaik kepada anak jalanan, baik berupa dukungan moril maupun materil secara prinsip ikhlas penuh rasa ketulusan dan kasih sayang. Disamping itu juga YPI BSC Al-Futuwwah memberikan beasiswa kepada guru pengajar dan pengurus yayasan ke 80 Wawancara Pribadi dengan M. Sanwani Na’im, Pimpinan YPI BSC AL-FUTUWWAH, Cipete, Jakarta 6 Mei 2008 beberapa perguruan tinggi dan lembaga pelatihan ketrampilan diantaranya : a Universitas Islam Negeri UIN Jakarta b Bina sarana informatika BSI pondok labu c Lembaga dakwah Masjid Agung Al-Azhar d Lia, Fatmawati, Jakarta Selatan e PGTK At Taqwa, Bangka Jakarta Selatan f PGTK Darunnajah, Jakarta Selatan g PGTK Al-Hikmah, Jakarta Selatan. h Life Skill MHMMD Simpul Madani, ICMI Jakarta i ESQ Training, Jakarta j Dinamis Training, Jakarta k FKMT forum komunikasi majlis ta’lim Tingkat Propinsi DKI Jakarta dan Walikotamadya Jakarta Selatan. l Lembaga pengembangan kemahasiswaan LPK Al-Azhar, Jakarta m Dan beberapa lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya. 2. Membiasakan dan membudayakan pola pikir, sikap dan aktualisasi akhlakul karimah dalam keseharian, menjadikan tauladan yang dapat dicontoh oleh orang lain disekitar lingkungan yayasan .Budaya dan sikap masyarakat yang awalnya individualistis, apatis dan liar dengan bebagai macam kegiatan perjudian, mabuk-mabukan narkoba, sabung ayam, seks bebas dan moralitas akhlak yang rendah, menjadi ciri khusus dilingkungan masyarakat sekitar yayasan, jumlah penghuni mencapai ratusan kepala keluarga dan keterbatasan tempat ibadah, dan sarana dakwah melengkapi keterpurukan kondisi wilayah sekitar, ditambah lagi komunitas masyarakat bawah dengan sanitas lingkungan yang buruk seperti tidak tersentuh peradaban kota modern Ibukota Jakarta. Konsep yang pertama kali dimulai yayasan dalam membumikan nilai-nilai keislaman adalah melalui jalinan pendekatan ukhuwah islamiyah, menebarkan budaya salam dan saling empati, peduli kepada kepentingan dan kebutuhan yatim-piatu. Membuka mushollah sederhana untuk berjamaah serta mensyiarkan dakwah yang terus menerus tanpa kenal lelah dan bertahan dari segala tantangan dan tekanan dari sebagian kelompok masyarakat. 3. Menjembatani kepentingan antara anak jalanan yang mempunyai kemauan belajar tinggi dengan donatur yang hendak beramal sehingga terciptanya keserasian harapan yang akan diraih dan kenyataan yang diperoleh dalam bentuk bantuan beasiswa serta perlengkapan belajar lainnya. Program beasiswa kepada anak jalanan memiliki pengaruh signifikan dalam mengubah paradigma masyarakat lingkungan sekitar yayasan. Tingkat kepedulian terhadap potensi SDM generasi muda Islam menerobos masuk kepada cara pandang positif untuk meraih masa depan yang lebih baik dan sukses. Anak-anak putus sekolah dan pengangguran menjadi berkurang, keinginan melanjutkan ke jenjang pendidikan dan keterampilan tinggi menjadi kebutuhan, serta kebiasaan mengemis dibeberapa tempat dan prapatan lampu merah dihilangkan secara menyeluru. Maka muncul kompetisi meraih prestasi yang terbaik disekolah dan dilingkungan sekitar yayasan. Motivasi santri memberikan pengaruh dalam melayani donatur untuk beramal dan berbagi kepada yatim-piatu. Setiap bulan 20 anak mendapatkan bantuan beasiswa rutin, perlengkapan belajar santri dipenuhi setiap 6 bulan sekali, termasuk keperluan kursus ketrampilan dan pengembangan wawasan. Adapun data 20 anak yang mendapatkan beasiswa sebagaimana terlampir. 4. Membekalan keterampilan dan pengetahuan, termasuk didalamnya kedisiplinan yang tinggi menjadi target sasaran dalam pencapaian prestasi santri yatim-piatu, mengingat persiapan regenerasi kepemimpinan kedepan yang lebih kompetitif, cerdas intelektual, cerdas emosional dan cedas spiritual. Proses awal yang dilakukan menemui berbagai kendala, kesungguhan dan usaha yang terus-menerus menjadi modal utama menerapkan program pembekalan kepada anak didik, perlahan namun pasti, jumlah jamaah di mulai dari sekitar 17 orang, akhirnya mencapai 80 orang santri dalam shubuh berjamaah setiap hari. Semangat spritualitas santri yatim-piatu semakin berkembang bersaman dengan program shubuh berjamaah karena mempengaruhi kalangan orang tua, remaja, anggota masyarakat dan tokoh masyarakat sekitar yayasan. Kondisi dan keadaan yang ada pada diri manusia dapat diubah lebih baik apabila ada kemauan yang besar dari tiap-tiap orang yang menginginkannya. Begitu pula nasib yang menimpa anak jalanan adalah suatu proses yang memunculkan makna dan hikmah tersendiri, bahwa kemandirian, kedewasaan serta kesuksesan mesti diraih melalui kenyataan sebagai anak jalanan, perubahan besar sudah harus dimulai dengan ikhtiar yang terus menerus, mengingat manusia diwajibkan untuk berproses dalam usaha dan orientasi hasil mutlak kepunyaan Allah SWT. Dari hasil observasi penulis menilai bahwa telah terjadi proses pemberdayaan di daerah cipete yang dilakukan oleh YPI BSC Al – Futuwwah Jakarta. Sesuai dengan toeri yang dikemukakan oleh T. Hani Handoko adalah “Pengembangan” yaitu usaha jangka panjang untuk memperbaiki pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan. 81 Dalam pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan atau tepatnya pengembangan sumber daya manusia adalah upaya horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfa’at bagi dirinya. Dengan memakai logika ini, dapat dikatakan bahwa masyarkat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan. Dengan paparan diatas, jelaslah bahwa proses pemberdayaan pada akhirnya akan menyediakan sebuah ruang kepada masyarakat untuk mengadakan pilihan- pilihan. Sebab manusia atau masyarakat yang dapat memajukan pilihan-pilihan dan memilih dengan jelas adalah masyarakat yang mempunyai kualitas. Penulis menilai pemberdayaan yang dilakukan oleh YPI BSC Al- Futuwwah dibuktikan dengan timbulnya kesadaran dari para pemuda untuk memilih serta melakukan kegiatan yang lebih bermanfa’at seperti mengadakan pengajian dan diskusi dari pada hanya sekedar nongkrong sambil merokok dan genjrang-genjreng main gitar. Kegiatan pengajian dan diskusi yang dilakukan oleh YPI BSC Al- Futuwwah merupakan sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model T. Hani Handoko, Manajemen, edisi II, Yogyakarta, 1997, Cet ke XI, h. 337 pemecahan masalah umat atau masyarakat, khususnya dalam bidang sosial dan ekonomi Kondisi masyarakat disekitar YPI BSC Al-Futuwwah yang kurang mampu memang rawan terhadap kristenisasi. Hal ini merupakan tantangan bagi para pemuda YPI BSC Al-Futuwwah untuk memberdayakan masyarakat kurang mampu khususnya dibidang ekonomi. Elliot mengemukakan bahwa 3 strategi pendekatan yang dipakai dalam proses pemberdayaan masyarakat. 1 The Walfare Approach, yaitu membentu memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok tertentu, misalnya mereka yang terkena musibah bencana alam dan pendekatan ini tidak dimaksudkan untuk memberdayakan rakyat dalam menghadapi proses politik dan kemiskinan rakyat. 2 The Development Approach, terutama memusatkan pada pembangunan peningkatan kemandirian, kemampuan dan keswadayaan masyarakat. 3 The Empowerment Approach, yan melihat kemiskinan sebagai akibat proses politik dan berusha memberdayakan atau melatih rakyat mengatasi ketidakberdayaannya. 82 Penulis menilai dalam mengatasi kristenisasi yang terjadi di daerah cipete. YPI BSC Al – Futuwwah telah melakukan salah satu dari tiga strategi pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Elliot. Dalam hal ini YPI BSC Al – Futuwwah memakai strategi The Walfare Approach yaitu dengan cara pemberian beasiswa bagi santri yang rajin dan tanpa absen datang mangikuti kegiatan yang dilakukan setiap hari oleh yayasan. Beberapa hal yang menjadi landasan dalam pelaksanaan pemberdayaan anak jalanan yang dikemas dalam pendidikan non formal yang dilakukan oleh YPI BSC Al – Futuwwah yaitu: 1 Tujuan – tujuan Pemberdayaan Ken Blanchad, Pemberdayaan: Bukan Perubahan Sekejap, Edisi II, Yogyakarta: Amara Book’s, 2002, Cet ke 1, h. 150 Pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan harkat lapisan masyarakat dan pribadi manusia, ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfa’at bagi dirinya dan pada akhirnya proses pemberdayaan akan menyediakan sebuah ruang kepada masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan. Upaya ini meliputi: Pertama, mendorong, memotivasi, meningkatkan kesadaran akan potensinya dan menciptakan iklim atau suasana untuk berkembang. Kedua, memperkuat daya, potensi yang dimiliki dengan langkah-langkah positif memperkembangkannya. Ketiga, penyediaan berbagai masukan dan pembukaan akses peluang- peluang. Upaya yang dilakukan adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, akses kepada modal, teknologi tetap guna, informasi lapangan kerja dan pasar dengan fasilitas-fasilitasnya. 83 Proses awal dalam rangka melaksankan kegiatan pendidikan non formal yang sudah dilakukan YPI BSC Al -Futuwwah pada awalnya mereka yang tadinya suka mengamen dan mengemis dijalan kita ajak ke yayasan lalu diberikan pengarahan-pengarahan, dan kita berikan motivasi-motivasi hidup yang pada akhirnya mereka merasa nyaman berada di yayasan dalam kegiatan kehidupan sehari-hari lalu. Setelah itu mereka baru memahami akan pentingnya masa depan yang lebih baik dibandingkan hidup dijalanan yang liar yang pada akhirnya timbul kesadaran pada diri mereka dan merasa kehidupan mereka harus ditata lebih baik lagi, akhirnya mereka punya suatu konsep bahwa hidup ini harus produktif, harus kreatif dan mereka mulai berbenah diri dengan meningkatkan kemampuan-kemampuan keterampilan dan pendidikan yang untuk menunjang masa depan mereka. 83 I. Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan masyarakat, Jakarta: Citra Utama, 2005, h. 114 Dalam pelaksanaan pendidikan non formal kita memberikan pelatihan- pelatihan keterampilan dan kursus-kursus, seperti kursus komputer, perbengkelan juga elektronik dan bagi anak jalanan yang masih usia sekolah kita berikan bea siswa supaya mereka juga dapat mengikuti pendidikan yang lebih baik dan meninggalkan kebiasaan mereka menjadi anak jalanan, yang pada akhirnya lambat laun mereka mengikuti program pendidikan wajib belajar baik yang diadakan disekolah-sekolah formal maupun program kejar paket yang kita laksanakan diyayasan. 2 Bekerja Sama Dengan Pihak Luar Dalam upaya pemberian pendidikan yang maksimal untuk anak jalanan, maka setiap lembaga harus mejalin kerjasama dengan lemaga atau instansi lain. Ini dimaksudkan apabila dalam pelaksanaan program menemui hambatan- hambatan atau kendala, maka dapat terselesaikan karena mendapat bantuan dari pihak pihak lain. Seperti halnya masalah pendanaan yang merupakan persyaratan mutlak yang harus ada, karena tanpa dana semua yang sudah direncanakan akan sulit untuk direalisasikannya Pendidikan non formal bersifat quick yielding artinya dalam waktu yang singkat dapat digunakan untuk melatih tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama untuk memperoleh tenaga yang memiliki kecakapan. 84 Dalam upaya penyaluran kerja bagi anak jalanan yang sudah mengikuti program yang dilakukan yayasan, maka YPI BSC Al-Futuwwah bekerja sama dengan beberapa perusahaan, instansi dan juga perumahan-perumahan, dimana merupakan tempat penyaluran verja bagi anak didik. Diantaranya adalah RS. 84 . Soelaiman Yoesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara 1992, cet ke 1, h. 85 Brawijaya Women Children Hospital di daerah Cipete Utara, perusahaan di daerah Mampang Prapatan, apartemen-apartemen dan sekolah-sekolah yang membutuhkan tenaga kerja dari YPI BSC Al-Futuwwah, mulai dari Celeaning Service, Office Boy, Perawat sampai tenaga administrasi dan bahkan ada yang menjadi sekretaris diinstansi atau perusahaan swasta. Selain itu dalam hal pendidikan, YPI BSC Al-Futuwwah kerjasama dengan suku dinas pendidikan nasional.terutama dalam pengadaan buku kurikulum dalam kelompok belajar kejar paket. 3 Masa Pendidikan Non Formal Dalam pelaksanaanya masa pendidikan non formal yang dilakukan YPI BSC AL-Futuwwah maksimal selama 3 tahun, terutama untuk anak jalanan yang sudah nenasuki usia diatas 15 tahun, ini dimaksudkan agar setelah selesai mengikuti program pendidikan non formal mereka diharapkan bisa langsung mencari bekerja dalam usia yang relatif muda Pendidikan non formal sangat instrumental artinya pendidikan yang bersangkutan bersifat luwes, mudah dan murah serta dapat menghasilkan dalam waktu yang relatif singkat. 85 Dalam mengikuti pendidikan non formal yang dilaksanakan oleh YPI BSC Al – Futuwwah ada batas waktu tertentu maksimal 3 tahun. Dan bagi mereka yang sekolah formal seperti SMP setelah lulus kita sekolahkan sampai SMA dan bagi yang telah lulus SMA langsung kita salurkan kerja ke tempat- tempat tertentu yang memang kita sudah mengadakan kerja sama dan sesuai dengan kemampuan anak jalanan dan itu sudah sebanyak 12 anak. Dan bagi 85 Ibid, 85 mereka yang putus sekolah kita haruskan masuk program wajib belajar kejar paket A dan B. 4 Dana Operasional Untuk dana operasional tidak diambil dari kas karena dana kas yang ada kecil tapi yayasan ambil dari subsidi silang atau dari beberapa donator yang masuk, lalu semua dana itu kita salurkan yang memang diperuntukkan untuk memperkaya dan meningkatkan keterampilan anak jalanan yang mengikuti program yayasan, selain itu juga pendanaan didapat dari Diknas khususnya untuk kegiatan belajar kejar paket A dan B dan juga termasuk untuk honor guru dan mereka semua anak jalanan digratiskan termauk buku-buku dan subsidi yang semua itu untuk membantu kelancaran proses pendidikan mereka. Adapun anggaran yang dikeluarkan tiap bulan untuk pelaksanaan program pendidikan non formal adalah 5 juta, digunakan untuk honor volunteerguru, konsumsi makan, dsamping itu juga ada beberapa program bea siswa dan pemberian perlengapan sekolah. 5 Hasil Dari Program Pendidikan Non Formal Bagi mereka yang mengikuti program kejar paket A dan B akan mendapat ijazah kesetaraan dan bagi mereka yang ikut program pembinaan disini mereka mendapat sertifikat dan garansi dari kita untuk melamar pekerjaan diperusahaan, bahwa anak didik ini adalah hasil binaan dari YPI BSC AL-Futuwwah, dengan jaminan mereka mempunyai semangat, skill dan etos kerja tinggi, jujur dan dan dapat menjaga nama baik yayasan dan perusahaan dan mereka dapat diterima dibeberapa tempat yang memang sudah bekerja sama dengan yayasan. Pada akhirnya anak jalanan yang dibina di YPI BSC AL-Futuwwah, mereka dapat perkejaan yang lebih baik dibanding sebelum mengikuti program pendidikan non formal mereka hanya mengamen, ojek payung dan mengemis tetapi setelah mengikuti pendidikan non formal mereka disalurkan ketempat- tempat kerja yang memang sesuai dengan keahlian atau skill mereka, diantaranya ada yang menjadi celeaning service, office boy dan perawat di RS. Brawijaya dan ada juga sebagai pelayan dibeberapa rumah makan dan beberapa dari mereka ada yang menjadi guru TKTPA. Hasil atau out yang bagi yayasan adalah sebenarnya YPI BSC AL- Futuwwah adalah bengkel atau dapur untuk pemberdayaan umat, jadi yayasan tidak mengambil untung secara materi atau selisih dari penghasilan mereka, tidak satu sen pun diambil. Yang yayasan lakukan adalah pembinaan secara terus menerus dan lillahi ta’ala tanpa mengambil keuntungan tertentu tapi pahala-pahala itulah yang diharapkan, dengan menolong mereka Insya Allh Allah akan membalasnya dengan cara yang lain dan kenyataannya yayasan ini diperluas arealnya, mudah untuk dikembangkan dan masyarakat juga lebih percaya kepada kita, secara moril masyarakat melihat yayasan lebih konkrit karena mereka melihat ada hasilnya, Alhamdulillah masyarakat sekitar juga tidak segan untuk membantu kita di yayasan dan setiap waktu mereka siap kita hubungi untuk dapat diminta bantuannya. Secara mentalitas atau budaya mereka dapat menghasilkan uang dengan mudah maka habisnya pun akan cepat setiap hari. Dan setelah mereka ikut program yayasan, tahu bagaimana sulitnya mencari uang dengan cara yang benar dan mereka harus punya aktivitas dan harus membantu orang lain, akhirnyamereka sudah mulai bisa kreatif, bisa meberikan pelayanan-pelayanan kepada masyarakat yang nantinya mereka mendapat upah, ternyata dari cara itu mereka lebih dapat memaknai bahwa bekerja itu lebih mengasyikan dan juga ibadah. Dan merubah paradigma mereka yang tadinya hanya memikirkan bagaimana dengan instan mendapatkan uang akhirnya mereka dapat berpikir bagaimana caranya menata hidup yang lebih baik dengan cara bekerja yang yang lebih layak di banding harus mengamen atau mengemis dipinggir jalan.

2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Non Formal YPI