Latar Belakang Masalah Pendidikan No Formal Dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Anak Jalanan Oleh Yayasan Pesatren Islam : BSC AL-Futuwwah Daerah Cipete Utara

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai dampak kensekuensi modernisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK mempunyai dampak pada kehidupan masyarakat. Perubahan sosial tersebut telah mempengaruhi masyarakat. Tidak semua anggota masyarakat mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan tersebut yang pada gilirannya menimbulkan masalah-masalah sosial. Diantara masalah–masalah sosial yang terjadi sebagai dampak dari perubahan sosial yaitu kehadiran anak jalanan yang pada umumnya tidak terdidik dan tanpa keahlian tertentu. Pusat-pusat keramaian tidak luput dari anak jalanan, mereka menjamur memenuhi jalan atau tempat-tempat strategis yang banyak dikunjungi masyarakat seperti mal, swalayan, perempatan jalan, tempat ibadah dan lain-lain. Fenomena anak jalanan, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta hampir sama dengan fenomena pelacuran, pengangguran dan pengemis yang tumbuh subur bak jamur dimusim hujan terutama setelah Negara kita dilanda krisis ekonomi sejak penghujung 1998. Terkait dengan masalah kemiskinan, terlepas kemiskinan kultural maupun kemiskinan struktural, yaitu masalah keterbelakangan dalam pendidikan terutama di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya. 1 Anak jalanan cenderung lepas dari pembinaan keluarga, sekolah dan pemerintah sebagai lembaga yang bertanggung jawab penuh terhadap pertumbuhan dan perkembangan mereka. Tanpa disadari munculnya anak jalanan menimbulkan berbagai masalah seperti: 1. Mengganggu ketertiban dan keamanan orang lain. 2. Dapat membahayakan keselamatan diri anak itu sendiri. 3. Memberi peluang untuk terjadinya tindak kekerasan. 4. Memberikan kesan yang kurang menguntungkan pada keberhasilan usaha pembangunan khususnya pembangunan dibidang pada kesejahteraan sosial. 2 Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga dan sekolah. Keberadaan yang tidak menentu tersebut pada akhirnya sangat potensial untuk melakukan tindakan kriminal, mengganggu lalu lintas, membuat bising penumpang, mengganggu pemandangan dan keindahan taman. Mereka berkerja apa saja asal menghasilkan uang, seperti pengamen jalanan, tukang koran, semir sepatu, ojek payung sampai pada pemulung. Dengan penghasilan jauh dari standar umum minimal, keberadaan mereka telah menimbulkan persoalan lain dalam bentuk tidak adanya tempat tinggal karena biaya kost rumah yang tidak mungkin mereka dapat untuk membayarnya, ini dikarenakan mereka tidak mempunyai skill atau keterampilan serta J. Soetomo, Petunjuk Teknis: Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan untuk Pembinaan Kesejahteraan Anak Jalanandi 12 Provinsi, Jakarta: Dep Sos RI, 1999, h. iii 2 Makmur Sanusi, Anak Jalanan, Permasalahan dan Rencana Penanganannya, Dalam Majalah Penyuluhan Sosial, Jakarta: Edisi Khusus Hari Anak Jalanan, 23 Juli 1997, h. 24 produktivitas kerja yang tinggi yang dapat diharapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Oleh karenanya harus ada keinginan yang kuat untuk mengembangkan sisi positifnya yaitu mereka mempunyai semangat kerja yang tinggi untuk berkerja tetapi produktivitas mereka rendah, maka dengan berbagai pembinaan mental, spiritual dan skill atau keterampilan yang pada akhirnya mereka dapat hidup layak walaupun dengan tingkat pendidikan yang rendah tetapi mereka mempunyai motivasi dan produktivitas yang tinggi. Sesuai dengan firman Allah yang dijelaskan dalam Al-qur’an bahwa nasib seseorang pada hakikatnya adalah tergantung pada orang itu sendiri sesuai dengan do’a dan usahanya. + Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Q. S. Ar – Ra’du: 11. 3 Dalam rangka memenuhi kabutuhan hidup dan merbah nasib atau keadaan maka setiap manusia diwajibkan untuk berusaha atau bekerja. Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap hamba-Nya untuk selalu berusaha dan berdo’a, karena perubahan nasib seseorang tergantung dengan apa yang mereka usahakan. Motivasi kerja yang tinggi pada kahirnya akan menimbulkan produktivitas kerja yang tinggi adalah merupakan hal yang fitrah dalam diri manusia yang telah diputuskan oleh kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam mempertajam, mempersiapkan dan mendorong kemauan manusia ini agar tercapai kebutuhan yang ingin dicapai oleh manusia. 3 Al – Qur’an dan Terjemah Ayat pojok bergaris, Departemen Agama RI, Th. 1998 h. 199 ,-.0 .1 23 40 5 67 8 9 : ;10= ? . B0C0 D EF G 2HI J KL0 :M B0 N;O P 1Q 1HR HI S TQUVWI : X Y Z R 8 2 G :[E:\ D .1 2G.  Artinya: Dan katakanlah: “ Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta oran-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dankamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. Q. S. At – Taubah: 105. 4 Dari ayat di atas dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam motivasi kerja kepada seluruh umat manusia, agar manusia dapat menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya karena hanya dengan produktivitas yang tinggi semua keinginan dapat diraih dan menghindari dari sifat bermalas-malasan dan berpangku tangan kepada uluran orang lain. Dalam rangka merealisasikan keinginan di atas perlu adanya lembaga yang menangani dan mempunyai perhatian terhadap masalah tersebut. Dalam hal ini adanya lembaga-lembaga yang dapat menanganinya adalah lembaga swadaya masyarakat atau lebih dikenal dengan nama LSM. Pada umumnya LSM mempunyai konsep dalam hal pemberdayaan anak jalanan. Konsep tersebut secara tidak langsung adalah merupakan konsep pengembangan masyarakat yang pada prinsipnya adalah merupakan suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif dan jika memungkinkan berdasarkan inisiatif masyarakat. Hal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan ditingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga non pemerintah, pengembangan masyarakat harus dilakukan 4 Ibid, h. 162 melalui gerakan-gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan pemerintah lokal terdekat. 5 Dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam hal ini anak jalanan yang diarahkan pada produktivitas kerja Didik J Rachbini mengemukakan bahwa “dalam pandangan mengenai sumber daya manusia, konteks yang diberdayakan bukan soal kuantitatifnya, melainkan kualitatifnya. Setiap usaha untuk membangun sumber daya manusia juga akan selalu dikaitkan dengan pengembangan kualitatifnya”. 6 Senada dengan hal tersebut, Horison dan Myers mengemukakan bahwa, pemberdayaan adalah suatu proses peningkatan pengetahuan manusia, keahlian dan keterampilan dan semua orang yang berada dalam lingkungan masyarakat. 7 Berbicara masalah pemberdayaan anak jalanan, Yayasan Pesantren Islam Boarding School of Cipete YPI BSC Al-Futuwwah adalah salah satu dari sekian banyak LSM atau lembaga sosial yang mempunyai konsep atau orientasi program dalam hal pemberdayaan anak jalanan yang dikemas dalam pendidikan non formal, khususnya untuk meningkatkan produkivitas kerja yang mengarah pada peningkatan taraf ekonomi mereka. Hal tersebut dapat meringankan beban hidup mereka dan dapat hidup mandiri. Hal ini sejalan dengan GBHN 1988 yang menjelaskan bahwa pembangunan di daerah perlu didorong peningkatan partisipasi msyarakat, termasuk peranan LSM. 8 5 Isbandi Rukminto Adi, Pembangunan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar Pada Pemikiran dan Pendidikan Praktis. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001, Cet ke I, h. 135 6 Didik J. Rachbini, Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Grafindo, 2001, Cet ke I h. 131. 7 Soekidjo Noto Atmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 1998 cet ke 2 h.1 8 Drs. Sudjatmo, Semangat Kerjasama dan Keterbukaan Itu Perlu, LP3S: Prisma no. 4, 1998, h. 57 Ada beberapa hal yang menjadi alasan pengambilan YPI BSC Al– Futuwwah sebagai objek penelitian adalah. Pertama, untuk menjawab permasalahan–permasalahan di atas diantaranya yaitu rendahnya produktivitas kerja anak jalanan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik dengan pola pemberdayaan anak jalanan yang diprioritaskan untuk meningkatkan taraf ekonomi anak jalanan yang dikemas dalam program pendidikan non formal yang dilakukan oleh YPI BSC Al-Futuwwah. Adapun program-programnya seperti pembelajaran komputer, pemberantasan buta huruf, menyablon, berwira usaha dan keterampilan– keterampilan lainnya. Jika dipandang bahwa anak didik mereka sudah siap untuk bekerja maka YPI BSC Al-Futuwwah siap untuk menyalurkan ke berbagai bidang pekerjaan, ini dikarenakan sudah terjalinnya hubungan kerja sama antara YPI BSC Al-Futuwwah dengan beberapa perusahaa dan juga memberikan modal usaha bagi anak didik yang ingin berwirausaha. Kedua, selain itu YPI BSC Al–Futuwwah adalah lembaga yang menerima bantuan tetapi menolak adanya intervensi dari pihak donatur dalam pengambilan kebijakan mengenai pelaksanaan program pemberdayaan anak jalanan. Ketiga, YPI BSC Al-Futuwwah dalam upaya peningkatan kadar keimanan anak jalanan, YPI BSC Al-Futuwwah mempunyai beberapa program religi, diantaranya majlis dzikir yang dilaksanakan setiap malam minggu, pengajian malam kamis yaitu pengajian al-qur’an dan tajwid serta qiyamul lail dan muhasabah. 9 Berdasarkan pada ajaran agama Islam yang mengajarkan bahwa manusia harus berusaha dengan tangan sendiri dan tidak selalu bergantung pada pemberian 9 Wawancara pribadi dengan M. Sanwani Naim Pimpinan Yayasan Pesantren Islam BSC Al – Futuwwah, Jakarta Januari 2006 orang lain, maka lembaga ini cukup berhasil dalam membina anak jalanan menjadi tenaga terampil yang terdidik dengan menciptakan unit–unit usaha mandiri sebagai profesi, karena anak–anak tidak mungkin terus - menerus hidup di jalanan. Berangkat dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lembaga tersebut dengan berbagai program pendidikan non formal yang ada di lembaga tersebut, maka dalam penelitian ini mengambil judul “Pendidikan Non Formal Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Anak Jalanan Oleh Yayasan Pesantren Islam Boarding School of Cipete YPI BSC Al-Futuwwah, Cipete, Jakarta Selatan”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah