Karakteristik dan Ciri-ciri LSM Klasifikasi LSM

Perkembangan LSM yang begitu pesat terlihat pada tahun 1985 yakni jumlah LSM masih sekitar 3.225 organisasi. Tahun 1990 jumlah LSM meningkat menjadi 8.720 organisasi yang tercatat sebagai LSM, itu baru yang tercatat dan terdaftar, sementara LSM yag tidak mau mendaftarkan dirinya juga tidak sedikit. 37 Tumbuh menjamurnya puluhan ribu LSM di era reformasi merupakan fenomena yang menarik untuk dicermati. Pertumbuhan LSM itu disatu sisi dianggap simbol kebangkitan masyarakat didalam memperjuangkan hak-haknya. Masyarakat mulai kritis dan mampu menampilkan wacana tandingan terhadap kebijakan yang disodorkan pemerintah. 38 Dari segi kuantitas, LSM berkembang begitu pesat dan sangat mengesankan, namun dari segi kualitas perlu dipertanyakan peranan mereka sebagai salah satu bentuk organisasi masyarakat sipil. Hal ini senada dengan pendapat Mansour Fakih sebagai berikut: Jika dalam masa tahun 1970-an kebanyakan kegiatan LSM lebih difokuskan sebagaimana bekerja dengan rakyat ditingkat akar rumput dengan melakukan kerja pengembangan masyarakat Community Development, maka dalam tahun 1980-an bentuk perjuangannya menjadi lebih beragam, dari perjuangan lokal hingga jenis advokasi baik tingkat nasional maupun tingkat internasional. Sejumlah aktivis LSM bahkan mulai mengkhususkan diri melakukan kerja advokasi politik untuk perubahan kebijakan yang dalam banyak manifestasinya dilakukan dengan membuat pelbagai statement politik, lobi, petisi, protes dan demonstrasi. 39

3. Karakteristik dan Ciri-ciri LSM

LSM memiliki beberapa karakteristik yang penting seperti yang dikemukakan oleh Williams: 37 Info Bisnis, Bisnis Miliaran LSM, Edisi 96, September 2001 38 Hamid Abidin, kritik dan Otokritik LSM Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan LSM Indonesia, Jakarta: Piramedia, 2004, Cet ke 1, h. 3 39 Mansour Fakih, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial Pergolakan Ideologi LSM Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, Cet ke III, h. 5 1 Organisasi dibentuk bukan atas inisiatif pemerintah terkecuali LSM Merah seperti yang akan dijelaskan nanti dan berorientasi non profit 2 Bebas dari pemerintah dan organisasi lainnya dalam menyusun prioritas kegiatannya. 3 Membatasi kegiatannya terutama pada kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan dan pembangunan masyarakat. 40 Meskipun kemudian Elbridge membagi LSM di Indonesia pada dua kategori: Pertama yang dilabeli “Development”. Tipe ini mengacu pada organisasi-organisasi yang dianggap konsentrasi pada program pengembangan masyarakat. Sedang yang kedua disebut sebagai “Mobilication”, adalah kegiatan LSM yang terpusat pada pendidikan dan mobilisasi rakyat miskin sekitar human rights. 41 Hal lain yang menjadi ciri LSM adalah bahwa mereka bergerak erat kaitannya dengan masalah pembangunan. Apakah reaksi terhadap pembangunan ataupun dalam rangka menyempurnakan pendekatan pembangunan, sebagai kritik bahkan dalam mencari alternatif dari pemberdayaan pembangunan dan keterkaitannya dengan pemerintah sangat penting. Hal ini untuk menghindari penggunaan istilah tersebut kepada organisasi lain seperti lembaga riset, kepramukaan, PKK, organisasi keagamaan, organisasi dagang, organisasi olah raga maupun partai politik, meskipun mereka ini juga memiliki karakter non pemerintah. 42

4. Klasifikasi LSM

40 Glen William, Community Participation and the Roe of Voluntary Agencies in Indonesia, LP3S: Prisma No. 4, 1998, h. 59 41 Mansour Faqih, Studi Lapangan LSM di Indonesia, Bandung: Indecode De Unie,1993,h.1 42 Mansour Faqih, Op Cit, h. 1 Mengenai klasifikasi LSM menurut Jhon Clark, seperti tercermin dari perkembangan sejarah mereka secara umum dapat dibedakan kedalam enam aliran pemikiran yaitu: 1 Agen Penyantun dan Kesejahteraan, misalnya seperti Catholik Relief Service ataupun berbagai masyarakat misionaris lainnya. 2 Organisasi Pengembangan teknologi, NGO yang melaksanakan program mereka untuk mempelopori pendekatan baru atau perbaiki pendekatan- pendekatan yang sudah ada dan cenderung untuk tetap mengkhususkan diri pada bidang yang mereka pilih. 3 Kontraktor Pelayanan Umum, NGO yang sebagian besar didanai pemerintah dan agen pemberi bantuan resmi, NGO ini dikontrak untuk melaksanakan komponen dari program resmi karena dirasakan bahwa ukuran dan fleksibelitas mereka akan membantu melaksanakan tugas secara lebih efektif daripada departemen pemerintah. 4 Agen Pengembangan Masyarakat, NGO ini menaruh perhatian pada kemandirian, pembangunan sosial dan demokrasi lapisan bawah. 5 Organisasi Pengembangan Masyarakat bawah, NGO yang anggotanya adalah masyarakat miskin dan tertindas dan yang berupaya membentuk suatu proses pembangunan masyarakat. 6 Kelompok Jaringan Advokasi. Organisasi yang tergabung dengan aliran ini biasanya tidak memiliki proyek tetapi keberadaan mereka terutama untuk melakukan pendidikan dan lobi. 43 43 Jhon Clark, Op Cit, h. 43 Sedangkan menurut David Korten, identitas LSM tersebut dapat dilihat melalui pengelompokan LSM yakni sebagai berikut: 1 Organisasi Sukarela Voluntary Organzation atau VO yang melakukan misi sosial, terdorong oleh suatu komitmen kepada nilai-nilai yang sama. 2 Organisasi Rakyat People’s Service atau PO yang mewakili kepentingan anggotanya, mempunyai pimpinan yang bertanggung jawab kepada anggota dan cukup mandiri. 3 Kontraktor Pelayanan Umum Public Service Contractor atau PSC yang berfungsi sebagai usaha tanpa laba berorientasi pasar untuk melayani kepantingan umum. 4 Lembaga Swadaya Masyarakat Pemerintah Government Non Government atau NGO dibentuk oleh pemerintah dan berfungsi sebagai alat kebijakan pemerintah. 44 Pendapat lain yang dikemukakan oleh DR. Kartorus Sinaga dalam Info Bisnis, bahwa di Indonesia ada tiga bentuk LSM, yaitu: 1 LSM Plat Merah. LSM yang dibentuk pemerintah untuk menyerap dana dari funding lalu dikantongi mereka sendiri, untuk mendukung atau melegitimasi kegiatan dari pemerintah itu sendiri, tanpa mengembangkan suatu kritik terhadap pemerintah, LSM ini idealismenya sangat rendah tidak mengekspresikan kegiatan yang sesungguhnya, tapi manajemen mereka yang sangat rapi. 2 LSM Plat Kuning. LSM ini terlihat menjai kontraktor dari sosial development, misalnya menjadi subkontraktornya Bank Dunia, ADB, UNDP dan lain 44 David Korten, Op Cit, h. 5 sebagainya. Biasanya mereka pintar berpikir dan mengembangankan proposal bagus, tetapi tidak berakar di masyarakat. Ketika diimplementasikan kegiatannya, mereka bingung mau kemana. Dipihak lain mereka harus berkolaborasi dengan pemerintah untuk mendapatkan dana atau memenangkan tender. 3 LSM Plat Hitam. LSM ini kita katakan murni swasta seperti YLBHI, PHBI, LP3S, Cides. Mereka mempunyai idealisme dalam pengalaman di LSM. Hanya saja jumlah orang seperti ini sangat kecil dan dalam prakteknya mereka dijauhi bahkan dicaci maki oleh pemerintah karena berseberangan terus dengan politik pemerintah. 45

D. Ekonomi