Indikator Minat Minat Belajar

d. Yakin Percaya Maksudnya adalah bahwa siswa merasa yakinpercaya terhadap sesuatu dengan sungguh-sungguh tanpa terpengaruh kepada interprestasi lain. Siswa yang berminat akan merasa yakinpercaya dalam mengerjakan sebuah tugas ataupun dalam menjalankan suatu usaha. e. Perhatian Adalah siswa mempunyai perhatian yang lebih ketika mengikuti pelajaran kewirausahaan dan siswa mempunyai perhatian yang lebih juga kepada semua bentuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan.

5. Pengembangan Minat Belajar

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan motif-motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar manipulate and exploring motives. Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. 14 Minat bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau kegiatan ataupun bisa sebagai pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi dalam kegiatan. Arah pikiran kita barulah terpengaruh kalau minat kita sendiri berhubungan dengan situasi yang kita temui sendiri. 14 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya, 1984, cet. 1, h.59. Minat sangatlah erat hubungannya dengan dorongan, motif dan reaksi emosional. Misalnya, minat terhadap riset ilmiah bisa timbul dari tindakan atau penyelidikan yang dirangsang oleh keinginannya dalam memenuhi rasa ingin tahu seseorang dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Dengan demikian jika melihat pengaruh minat terhadap pembelajaran matematika, dari adanya kebutuhan ini siswa akan menaruh minat untuk mempelajari dengan memberikan pemusatan perhatian lebih banyak dari siswa lainnya yang tidak memiliki minat terhadap pelajaran matematika, kemudian karena pemusatan perhatian inilah memungkinkan siswa tersebut untuk lebih giat belajar dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Oleh karena itu minat atau keinginan yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat belajar, barang siapa yang bekerja dengan minat yang kuat, ia tidak akan merasa lelah dan tidak cepat bosan. Oleh sebab itu guru harus berusaha dengan berbagai cara untuk memelihara minat siswa dan segala yang berkaitan dengan minat. Metode dan cara mengajar yang baik dan disertai dengan alat peraga merupakan upaya yang baik agar mampu menimbulkan minat terhadap siswa dalam mengikuti pelajaran. Selain guru memperhatikan minat atau keinginan seperti yang diuraikan di atas, guru juga perlu memperhatikan tujuan pengajaran, karena tujuan itu justru akan membantu guru dalam mencari bahan yang akan diajarkan.

B. Pengelompokan Siswa

Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda. 15 Yeager mengemukakan bahwa pengelompokan dapat didasarkan atas fungsi perbedaan. Pengelompokan menurut fungsi integrasi adalah pengelompokan yang didasarkan atas kesamaan-kesamaan yang ada pada didik. Pengelompokan tersebut meliputi, yang didasarkan atas umur, jenis kelamin, dan sebagainya. Pengelompokan ini melahirkan pembelajaran yang bersifat klasikal. Pengelompokan yang didasarkan atas fungsi perbedaan adalah yang diaksentuasikan pada perbedaan individual peserta didik. Pengelompokan menurut fungsi perbedaan demikian, melahirkan pembelajaran individual. 16 Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik demikian perlu digolongkan agar mereka berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini memudahkan pemberian layanan yang sama. Oleh karena itu, pengelompokan grouping ini lazim dengan istilah pengklasifikasian clasification. Pengelompokan bukan dimaksudkan untuk mengkotak-kotakkan peserta didik, melainkan justru bermaksud membantu mereka agar dapat berkembang seoptimal mungkin. Dengan adanya pengelompokan, peserta didik juga akan mudah dikenali. Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih mendalam, akan didapati perbedaan antara individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama berkenaan dengan berbedanya peserta didik yang satu dengan yang lain di dalam kelas, dan yang kedua berkenaan dengan berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbagai mata pelajaran atau bidang studi. Perbedaan ini mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara individual 15 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional; Universitas Negeri Malang, Prodi Manajemen Pendidikan, 2004, h.76. 16 Ibid, h. 88.