Priskilla Ebenancy E. Napitupulu : Hubungan Ketersediaan Koleksi Buku di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dengan Minat Baca Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan, 2009.
USU Repository © 2009
39 mengetahui apa yang tersedia, Anda harus menggunakannya Jadikan
pembaca teratur. Keempat, adalah mengembangkan keterampilan belajar study skillsyang baik yang berhubungan dengan membaca.
• Mengalokasikan waktu untuk membaca
• Cari tempat yang nyaman untuk membaca
• Membaca dengan selektif
• Mengumpulkan materi yang relevan dan menarik
• Menulis ringkasan bacaan penting
• Mendiskusikan bacaan denagan teman
•
Kelima, dalam hal mengembangkan kebiasaan membaca adalah meningkatkan paling tidak keterampilan dasar untuk membaca satu
atau lebih bacaan dalam bahasa asing. Hal-hal khusus untuk membaca bahasa asing:
• Cari materi dalam bidang yang Anda telah kenal
• Membaca dengan selektif
• Hindari penggunaan kamus yang berlebihan
• Gunakan peralatan audio visual
• Bacalah bacaan fiksi atau non fiksi ringan.
Faktor yang mempengaruhi berkembangnya minat baca di kalangan dosen menurut Campbell 1996: 18 adalah sebagai berikut:
Saya yakin bahwa peran dosen dalam hal mendukung mahasiswa untuk meningkatkan kebiasaan membaca sangat menentukan, dan apa yang
dosen tugaskan pada mahasiswa dalam mata kuliah mereka dapat mengubah pendekatan mahasiswanya pada belajar dan membaca.
Pada awal semester, sebaiknya mereka dibagikan suatu daftar bacaan yang panjang, dengan bacaan baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris.
Sistem yang paling efektif adalah dengan memberikan nilai untuk tugas- tugas yang dapat dikerjakan hanya dengan membaca. Mintalah
perpustakaan membeli sejumlah buku lain dalam “reserve list” untuk masa peminjaman terbatas. Para dosen harus menyuruh mahasiswa mereka
untuk mengunjungi perpustakaan secara teratur, dan cara terbaik adalah dengan memberikan teladan. Jadikanlah membaca sebagai kegiatan
bersama pada waktu-waktu tertentu, misalnya dengan membaca keras- keras pada seluruh anggota keluarga.
Dari pernyataan di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa rasa ingin tahu
yang tinggi, keadaan lingkungan fisik yang memadai, keadaan lingkungan sosial yang lebih kondusif, perhatian pemerintah, dosen dan pustakawan akan kegiatan
pembinaan minat baca dapat terpelihara melalui sikap, jika dalam diri tertanam komitmen membaca maka keuntungan yang diperoleh adalah menambah
keuntungan ilmu pengetahuan, wawasan pengalaman dan kearifan pembaca itu sendiri.
Priskilla Ebenancy E. Napitupulu : Hubungan Ketersediaan Koleksi Buku di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dengan Minat Baca Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan, 2009.
USU Repository © 2009
40
2.3.5.3 Faktor Penghambat Minat Baca
Masalah minat baca perlu dilihat secara menyeluruh. Masalah minat baca ini tidak dapat berdiri sendiri, banyak faktor yang mempengaruhinya. Pendapat
tersebut dinyatakan oleh Bunata dalam Saleh 2006:45 yaitu sebagai berikut : 1.
Faktor lingkungan keluarga dalam hal ini misalnya kebiasaan membaca keluarga di lingkungan rumah.
2. Faktor pendidikan dan kurikulum sekolah dan perguruan tinggi yang
kurang kondusif. 3.
Faktor infrastruktur dalam masyrakat yang kurang mendukung peningkatan minat baca masyarakat.
4. Serta faktor keberadaan dan keterjangkauan bahan bacaaan.
Campbell 1996: 2 menjelaskan alasan minat baca belum berkembang di Indonesia:
Pertama, budaya lisan berakar sangat kuat disisni. Cerita rakyat dan hikayat raja dituraunkan secara lisan oleh orang tua-tua dari suatu keluarga
kepada anak-anak dan kemudian cerita ini diturunkan lagi kepada generasi muda berikutnya yang akhirnya kepada anak-ana mereka. Kedua, saat ini
sedang populer kegiatan menonton televisi. Ketiga dan merupakan faktor yang berhubungan dengan minat baca diantara mahasiswa adalah
kurangnya buku-buku, jurnal di perpustakaan universitas. Keempat, juga berhubungan dengan situasi di universitas dan sistem pendidikan.
Menurut Leonhardt dalam Saleh 2006: 46 menguraikan faktor-faktor yang menghambat peningkatan minat baca dalam masyarakat dewasa ini adalah:
1. Langkanya keberadaan buku-buku yang menarik terbitan dalam negeri.
2. Semakin jarangnya bimbingan orang tua yang suka mendongeng
sebelum tidur bagi anak-anak. 3.
Pengaruh televisi yang bukannya mendorong anak-anak untuk membaca, tetapi lebih betah menonton acara-acara televisi.
4. Harga buku yang semakin tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota
masyarakat. 5.
Kurang tersedianya taman-taman bacaan yang gratis dengan koleksi buku yang lengkap dan menarik.
Sedangkan menurut Purnomo 1999: 12 menyatakan: “Rendahnya minat baca dikalangan siswa banyak disebabkan oleh kurang
lengkapnya fasilitas perpustakaan, lemahnya sistem pengajaran tentang literatur atau bacaan, dan kurangnya waktu untuk membaca. Disamping
itu, belajar membaca harus dibina sejak kanak-kanak hingga dewasa. Program pembinaan ini perlu dilakukan secara berkelanjutan, dari tingkat
dasar sampai dengan tingkat lanjut”.
Priskilla Ebenancy E. Napitupulu : Hubungan Ketersediaan Koleksi Buku di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dengan Minat Baca Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan, 2009.
USU Repository © 2009
41 Pendapat lain dari Wahyanto 2008 penyebab budaya membaca kita
rendah adalah sebagai berikut: 1.
Akses masyarakat terhadap buku dan bahan bacaan masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh mahalnya buku dan bahan bacaan
yang beredar di negara kita. Mahalnya harga buku ini salah satunya disebabkan oleh regulasi perbukuan di Indonesia yang kurang berpihak
kepada masyarakat. Penerbit masih dibebani pajak kertas, pajak pertambahan nilai dan lain-lain yang menyebabkan harga jualnya
semakin tinggi.
2. Minimnya sarana dan prasarana seperti perpustakaan yang layak dan
memadai. Pada tingkat kabupaten sebenarnya terdapat perpustakaan daerah, tetapi pada umumnya keberpihakan pemerintah daerah di
Indonesia terhadap pemberdayaan perpustakaan masih sangat rendah yang salah satunya disebabkan oleh minimnya dana atau anggaran.
Sebagai akibatnya, koleksi perpustakaan sangat terbatas dan tidak menarik lagi. Untuk membudayakan budaya membaca sampai pelosok
desapun kita terkendala kurangnya perpustakaan sampai tingkat desa. Kalaupun ada juga kurang layak dan tidak memadai.
3. Kurangnya motivasi membaca baik di kalangan keluarga maupun
sekolah. Membaca menjadi alergi dan merupakan kegiatan yang membosankan dibanding dengan kegiatan menonton televisi. Kita
kadang eneg duluan melihat buku atau koran yang sedemikian tebal. Kita merasa tidak mampu membaca buku tersebut secara keseluruhan.
Terlalu berlebihan memvonis bahwa masyarakat Indonesia berbudaya baca rendah tanpa melihat realitas kehidupan masyarakat serta implementasi
kebijakan pemerintah yang telah digariskan. Membaca merupakan keharusan untuk membentuk masyarakat belajar learning society. Namun, seberapa
besarkah niat dan kesungguhan pemerintah sebagai pemegang kebijakan untuk mewujudkan masyarakat pembaca? Kebijakan yang semu akan menyebabkan
semakin merosotnya kualitas bangsa. Apalagi sikap apatis dari sebagian masyarakat terhadap budaya ke arah masyarakat pembaca ini, perlu dirombak
secara bertahap dan berkesinambungan. Untuk itu, harus ada rencana dan strategi jelas, tegas dan matang yang harus dipersiapkan pemerintah dengan melibatkan
segenap komponen. Dari pendapat ahli di atas penulis menarik kesimpulan, banyak hal yang
harus di benahi secara perlahan demi meningkatkan minat baca mahasiswa baik dari pihak keluarga, lingkungan, perguruan tinggi, staf pengajar, perpustakan,
penerbit buku dan mahasiswa sendiri. Dengan demikian pihak-pihak tersebut