2.4. Infeksi Kecacingan Pada Manusia
Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di negara-negara yang sedang berkembang di daerah tropic adalah penyakit investasi cacing usus. Cacing
umumnya tidak menyebabkan penyakit berat sehingga seringkali diabaikan walaupun sesungguhnya memberikan gangguan kesehatan. Tetapi dalam keadaan investasi berat atau
keadaan yang luar biasa, kecacingan cenderung memberikan analisa yang keliru ke arah penyakit lain dan tidak jarang dapat berakibat fatal.
Cacing-cacing usus pada manusia di antaranya adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanusAncylostoma duodenale yang penularannya
melalui tanah yang dicemari tinja manusia sehingga distribusi frekuensinya masih tergolong tinggi di Indonesia Gandahusada, dkk, 2000.
2.4.1. Cacing Gelang Ascaris lumbricoides
Jumlah orang di dunia yang terinfeksi Ascaris mungkin hanya kedua setelah infeksi cacing kremi, Enterobius vermicularis. Ascaris telah dikenal pada masa Romawi sebagai
Lumbricus teres dikacaukan dengan cacing tanah yang umum dan mungkin telah menginfeksi manusia selama ribuan tahun. Lebih banyak terdapat di daerah yang beriklim
panas dan lembab, tetapi dapat juga hidup di daerah yang beriklim sedang. Garcia, 1996. Nama penyakit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides adalah
ascariasis.
a. Morfologi
Ascaris lumbricoides adalah cacing nematode terbesar, cacing betina dewasa mempunyai bentuk tubuh posterior yang membulat, berwarna putih kemerah-merahan dan
mempunyai ekor lurus tidak melengkung. Cacing betina mempunyai panjang 22-35 cm dan memiliki lebar 3-6 mm. Sementara cacing jantan dewasa mempunyai ukuran lebih kecil,
Universitas Sumatera Utara
dengan panjangnya 12-31 cm dan lebarnya 24 mm, juga mempunyai warna yang sama dengan cacing betina, tetapi mempunyai ekor yang melengkung kearah ventral. Kepalanya
mempunyai tiga bibir pada ujung anterior bagian depan dan mempunyai gigi-gigi kecil atau dentikel pada pinggirnya, bibirnya dapat ditutup atau dipanjangkan untuk
memasukkan makanan. Alat reproduksi dan saluran pencernaan mengapung didalam rongga badan, cacing
jantan mempunyai dua buah speculum yang dapat keluar dari kloaka dan pada cacing batina vulva terbuka pada pembatasan sepertiga bahan anterior dan tengah, bagian ini lebih
kecil dan dikenal sebagai cacing kopulasi. Telur yang dibuahi fertilized berbentuk ovoid dengan ukuran 600 – 70 X 30 – 50
µ. Bila baru dikeluarkan tidak infektif dan berisi satu sel tunggal. Sel ini dikelilingi suatu membrane vitelin yang tipis untuk meningkatkan daya tahan telur cacing tersebut terhadap
lingkungan sekitarnya, sehingga dapat bertahan hidup sampai satu tahun. Disekitar membrane ini ada kulit bening dan tebal yang dikelilingi lagi oleh lapisan albuminoid ini
kadang-kadang dilepaskan atau hilang oleh zat kimia yang menghasilkan telur tanpa kulit decorticated. Di dalam rongga usus, telur memperoleh warna kecoklatan dari pigmen
empedu. Telur yang tidak dibuahi unfertilized berada dalam tinja, bentuk telur lebih
lonjong dan mempunyai ukuran 88 – 94 X 40 - 44µ, memiliki dinding yang tipis, berwarna coklat dengan lapisan albuminoid yang kurang sempurna dan isinya tidak teratur
Soedarto, 1991.
b. Siklus Hidup Cacing Gelang Ascaris lumbricoides
Cacing dewasa biasanya hidup didalam rongga usus muda. Cacing ini mendapat makanan dari makanan hospes yang setengah dicernakan dan mungkin dari sel mukosa
Universitas Sumatera Utara
usus. Cacing jantan atau betina dapat ditemukan terpisah pada orang-orang dengan infeksi yang ringan sekali. Seekor cacing betina mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan 26
juta butir telur, dan sehari rata-rata dikeluarkan 200.000 butir. Telurnya belum membelah bila dikeluarkan oleh hospes dengan tinja. Suhu yang rendah menghambat pertumbuhan
kira-kira 25 C dengan batas antara 21
C dan 30 C. Suhu yang lebih rendah menghambat
pertumbuhan tetapi menguntungkan lamanya kehidupan. Pada suhu 37 C telur hanya
tumbuh sampai stadium delapan sel. Karena telur memerlukan zat arang, maka pertumbuhan terhambat bila terdapat dalam lingkungan yang membusuk. Brown, 1983.
Telur yang infekstif, bila ditelan oleh manusia, menetas di bagian atas usus muda, dan mengeluarkan larva rabditiform berukuran 200-300 kali 14µ, yang menembus
dinding usus yang masuk vena kecil atau pembuluh limfe. Melalui sirkulasi portal larva ini masuk ke hepar, kemudian ke jantung dan paru-paru. Larvanya mungkin sampai di paru-
paru hanya 0,01 mm, maka kapiler tersebut pecah dan larva keluar ke alveoli. Kadang- kadang beberapa larva dapat masuk ke jantung kiri melalui vena paru-paru dan disebarkan
sebagai emboli keberbagai alat dalam badan. Larva bermigrasi atau dibawa oleh bronchiolus ke bronchus, naik ke trachea sampai ke epiglottis, dan turun melalui
oesophagus ke usus muda. Selama masa hidupnya di dalam paru-paru, larva membesar sampai lima kali ukuran semula, yaitu 1,5 mm panjangnya. Setelah sampai di dalam usus
larva mengalami perubahan kelima. Cacing betina yang bertelur didapati dalam waktu kira-kira 2 bulan setelah infeksi, dan hidup selama 12 sampai 18 bulan Brown, 1983.
c. Patologi dan Gejala Klinis