2 Trichiuris trichiura
5 9,1
3 Ascariasis lumbricoides dan Trichiuris Trichura
10 18,2
4. Ancylostoma duodenale
4 7,3
5. Trichiuris trichiura dan Ancylostoma duodenale
1 1,8
6. Ascariasis lumbricoides, Trichiuris trichura dan
Ancylostoma duodenale 1
1,8
J u m l a h 55
100,0
Berdasarkan tabel 4.13. dapat diketahui bahwa jenis cacing yang paling banyak ditemui pada tinja responden adalah cacing Ascariasis lumbricoides yaitu sebanyak 34
orang 61,8, dan campuran dari cacing Ascariasis lumbricoides dan Trichiuris trichura yaitu sebanyak 10 orang 18,2.
4.3.2. Karateristik Responden Berdasarkan Kecacingan
Karateristik responden dalam hal ini adalah umur dan jenis kelamin dengan kecacingan disajikan pada tabel 4.9. sebagai berikut :
Tabel 4.14. Distribusi Responden Siswa SD Negeri 030375 Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Dengan Kecacingan di Desa Juma Teguh Kecamatan
Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008
Karateristik Responden
Kecacingan J u m l a h
Terinfeksi Tidak Terinfeksi
Jumlah Orang
Jumlah Orang
Jumlah Orang
Umur Tahun
9 20
90,9 2
9,1 22
100,0 10
19 76,0
6 24,0
25 100,0
11 16
59,3 11
40,7 27
100,0
Jumlah 55
74,3 19
25,7 74
100,0
Universitas Sumatera Utara
Jenis Kelamin
Laki-Laki 31
72,1 12
27,9 43
100,0 Perempuan
24 77,4
7 22,6
31 100,0
Jumlah 55
74,3 19
25,7 74
100,0
Berdasarkan tabel 4.14. di atas diketahui bahwa umur yang terbanyak terinfeki kecacingan adalah umur 9 tahun yaitu 20 orang 90,9, kemudian umur 10 tahun
sebanyak 19 orang 76 dan umur 11 tahun 16 orang 59,3, sedangkan yang tidak terinfeksi kecacingan yang paling banyak pada umur 11 tahun yaitu 11 orang 40,7
kemudian umur 10 tahun yaitu 6 orang 24 dan umur 9 tahun yaitu 2 orang 9,1. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin kebanyakan laki-laki yang terinfeksi kecacingan
sebanyak 31 orang 72,1 dan perempuan sebanyak 24 orang 77,4, sedangkan yang tidak terinfeksi jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang 27,9 dan jenis kelamin
perempuan sebanyak 7 orang 22,6.
4.3.3. Hubungan Perilaku Responden Pengetahuan, Sikap, Tindakan dengan Infeksi Kecacingan
Hubungan perilaku responden dalam hal ini adalah pengetahuan, sikap dan
tindakan dengan infeksi kecacingan. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan responden
dengan infeksi kecacingan dapat dilihat pada tabel 4.15. berikut ini :
Tabel 4.15. Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Responden Siswa SD Negeri 030375 Yang TerinfeksiTidak Terinfeksi Dengan Infeksi
Kecacingan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008
No Pengetahuan
Infeksi Kecacingan Jumlah
Terinfeksi Tidak Terinfeksi
Jumlah Orang
Jumlah Orang
Jumlah Orang
1 Baik
30 61,2
19 38,8
49 100,0
2 Buruk
25 100,0
25 100,0
Jumlah 55
74,3 19
25,7 74
100,0 X
2
= 13.04 df=1
p=0.000
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.15. di atas menunjukkan bahwa pada umumnya responden yang tidak terinfeksi mempunyai pengetahuan yang baik terhadap infeksi kecacingan
sebanyak 19 orang 38,8 sedangkan responden yang terinfeksi dan berpengetahuan buruk sebanyak 25 orang 100. Dari hasil uji statistik Chi Square X
2
diperoleh p0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan infeksi kecacingan.
Untuk mengetahui hubungan sikap responden yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi dengan infeksi kecacingan dapat dilihat pada tabel 4.16. berikut ini.
Tabel 4.16. Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Sikap Responden Siswa SD Negeri 030375 Yang TerinfeksiTidak Terinfeksi Dengan Infeksi Kecacingan di Desa Juma
Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008
No S i k a p
Infeksi Kecacingan Jumlah
Terinfeksi Tidak Terinfeksi
Jumlah Orang
Jumlah Orang
Jumlah Orang
1 Baik
8 29,6
19 70,4
27 100,0
2 Buruk
47 100,0
47 100,0
Jumlah 55
74,3 19
25,7 74
100,0 X
2
= 44.50 df=1
p=0.000 Berdasarkan tabel 4.16 di atas menunjukkan bahwa responden yang tidak terinfeksi
kecacingan dan memiliki sikap yang baik yaitu 19 orang 70,4, sedangkan responden yang terinfeksi kecacingan dan memiliki sikap yang buruk ada 47 orang 100. Dari hasil
uji statistik Chi-Square X² diperoleh p0,05 artinya ada hubungan sikap dengan infeksi
kecacingan. Hubungan tindakan responden yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi dengan
infeksi kecacingan dapat dilihat pada tabel 4.17. berikut ini.
Tabel 4.17. Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Tindakan Responden Siswa SD Negeiri 030375 Yang TerinfeksiTidak Terinfeksi Dengan Infeksi
Kecacingan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008
No Tindakan
Infeksi Kecacingan Jumlah
Terinfeksi Tidak Terinfeksi
Jumlah Orang
Jumlah Orang
Jumlah Orang
Universitas Sumatera Utara
1 Baik
6 27,3
16 72,7
22 100,0
2 Buruk
49 94,2
3 5,8
52 100,0
Jumlah 55
74,3 19
25,7 74
100,0 X
2
= 40.69 df=1
p=0.000 Berdasarkan tabel 4.17. di atas menunjukkan bahwa pada umumnya responden
yang tidak terinfeksi kecacingan memiliki tindakan pada kategori baik yaitu sebanyak 16 orang 72,7 dan kebanyakan responden terinfeksi kecacingan memiliki tindakan yang
buruk sebanyak 49 orang 94,2. Dari hasil uji statistik Chi-Square X² diperoleh p0,05
artinya ada hubungan tindakan dengan infeksi kecacingan.
4.3.4. Hubungan Higiene Perorangan Kebersihan Kuku, Kebersihan Diri, Frekuensi Mandi dengan Infeksi Kecacingan
Hubungan higiene perorangan dalam hal ini adalah kebersihan kuku, kebersihan diri dan frekuensi mandi responden. Untuk mengetahui hubungan kebersihan kuku
responden yaang terinfeksi maupun tidak terinfeksi kecacingan dapat dilihat pada tabel 4.18. berikut ini.
Tabel 4.18. Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Kebersihan Kuku Responden Siswa SD Negeri 030375 Yang TerinfeksiTidak Terinfeksi Dengan
Infeksi Kecacingan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008
No Kebersihan
Kuku Infeksi Kecacingan
Jumlah Terinfeksi
Tidak Terinfeksi Jumlah
Orang Jumlah
Orang Jumlah
Orang
1 Bersih
12 46,2
14 53,8
26 100,0
2 Kotor
43 89,6
5 10,4
48 100,0
Jumlah 55
74,3 19
25,7 74
100,0 X
2
= 16.67 df=1
p=0.000 Berdasarkan tabel 4.18. di atas menunjukkan bahwa pada umumnya responden
yang terinfeksi kecacingan lebih banyak memiliki kebersihan kuku yang kotor yaitu sebanyak 43 orang 89,6 dibandingkan dengan yang memiliki kebersihan kuku yang
bersih yaitu sebanyak 12 orang 46,2. Sedangkan yang tidak terinfeksi kecacingan
Universitas Sumatera Utara
memiliki kebersihan kuku yang bersih sebanyak 14 orang 53,8 dibandingkan responden yang memiliki kebersihan kuku yang kotor sebanyak 5 orang 10,4. Dari
hasil uji statistik Chi-Square X² diperoleh p0,05 artinya ada hubungan kebersihan kuku
dengan infeksi kecacingan. Hubungan kebersihan diri responden yang terinfeksi dan tidak terinfeksi dengan
infeksi kecacingan dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut. Tabel 4.19. Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Kebersihan Diri Responden Siswa
SD Negeri 030375 Yang TerinfeksiTidak Terinfeksi Dengan Infeksi Kecacingan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten
Dairi Tahun 2008
No Kebersihan
Diri Infeksi Kecacingan
Jumlah Terinfeksi
Tidak Terinfeksi Jumlah
Orang Jumlah
Orang Jumlah
Orang
1 Bersih
24 60,0
16 40,0
40 100,0
2 Kotor
31 91,2
3 8,8
34 100,0
Jumlah 55
74,3 19
25,7 74
100,0 X
2
= 9,36 df=1
p=0.002 Berdasarkan tabel 4.19. di atas menunjukkan bahwa pada umumnya responden
yang terinfeksi cacing memiliki kebersihan diri yang bersih yaitu sebanyak 24 orang 60,0 dan yang tidak terinfeksi cacing yaitu 16 orang 40,0, sedangkan responden
yang terinfeksi cacing memiliki kebersihan diri yang kotor yaitu sebanyak 31 orang 91,2 sedangkan yang tidak terinfeksi cacing yaitu 3 orang 8,8. Dari hasil uji
statistik Chi-Square X² diperoleh p0,05 artinya ada hubungan antara kebersihan diri dengan infeksi kecacingan.
Untuk mengetahui hubungan frekuensi mandi responden yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi dengan infeksi kecacingan dapat dilihat pada tabel 4.20. berikut.
Tabel 4.20. Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Mandi Responden Siswa SD Negeri 030375Yang TerinfeksiTidak Terinfeksi Dengan Infeksi
Kecacingan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008
Universitas Sumatera Utara
No Frekuensi
Mandi Infeksi Kecacingan
Jumlah Terinfeksi
Tidak Terinfeksi Jumlah
Orang Jumlah
Orang n
1 Ya
11 47,8
12 52,2
23 100,0
2 Tidak
44 86,3
7 13,7
51 100,0
Jumlah 55
74,3 19
25,7 74
100,0 X
2
= 12.28 df=1
p=0,001 Berdasarkan tabel 4.20. di atas menunjukkan bahwa pada umumnya responden
yang tidak terinfeksi kecacingan lebih banyak yang memiliki frekuensi mandi minimal 2 kali sehari yaitu sebanyak 12 responden 52,2 dibandingkan dengan yang terinfeksi
cacing yaitu 11 responden 47,8 dan responden yang terinfeksi cacing yaitu sebanyak 44 responden 86,3, sedangkan yang tidak terinfeksi cacing memiliki frekuensi mandi
minimal 2 kali sehari yaitu 7 responden 13,7. Dari hasil uji statistik Chi-Square X²
diperoleh p0,05 artinya ada hubungan antara frekuensi mandi dengan infeksi kecacingan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN