Morfologi Cacing Tambang Ancylostoma duodenaleNecator americanus Siklus Hidup Cacing Tambang

Bila infeksi ringan, biasanya asymptomatis tanpa gejala. Bila jumlah cacingnya banyak, biasanya timbul diare dengan faeces yang berlendir, nyeri perut, dehidrasi, anemia, lemah dan berat badan menurun Entjang, 2001.

d. Pengobatan dan Pencegahan

Dahulu infeksi Trichuris trichiura sulit sekali diobati. Obat seperti tiabendazol dan ditiazinin tidak memberikan hasil yang memuaskan. Sekarang dengan adanya mebendazol dengan dosis 2 x 100 mg selama 3 hari atau dosis tunggal 500 mg, albendazol dosis tunggal 400 mg dan oksantel pirantel pamoat dosis tunggal 10-15 mgkgBB, infeksi cacing trichuris trichiura dapat diobati dengan hasil yang cukup baik Gandahusada, dkk, 2000. Sedangkan pencegahannya dapat dilakukan dengan cara yaitu dalam hal pembuangan tinja haruslah memenuhi syarat sehingga dapat mengurangi jumlah infeksi dan jumlah cacing. Hal ini penting diperhatikan bila berhubungan dengan anak-anak yang melakukan defekasi di tanah Garcia, 1996.

2.4.3. Cacing Tambang Ancylostoma duodenale Necator americanus

Infeksi cacing tambang ditemukan pada daerah hangat yang lembab dan mengakibatkan berbagai penyakit pada manusia, meski morbiditasnya lebih banyak disbanding mortalitasnya. Meskipun secara morfologik terdapat perbedaan yang nyata antara dua cacing tambang yang umum terdapat pada manusia cacing dewasanya, stadium diagnostiknya telur ternyata identik Garcia, 1996. Nama penyakit yang disebabkan oleh cacing tambang Ancylostoma duodenale Necator americanus adalah ancylostomiasis.

a. Morfologi Cacing Tambang Ancylostoma duodenaleNecator americanus

Cacing tambang dewasa adalah nematode yang kecil seperti silindris, dan berwarna putih-putih keabu-abuan. Panjang cacing betina adalah 9-13 x 0,35-0,66 mm dan panjang Universitas Sumatera Utara cacing jantan 5-11 x 0,45 mm. Ancylostoma duodenale lebih besar daripada Necator americanus. Cacing ini mempunyai kutikulum yang relatif tebal. Alat kelamin pada jantan adalah tunggal dan pada yang betina berpasangan. Pada ujung posterior cacing jantan terdapat busa caudal yang merupakan membrane yang lebar dan jernih dengan garis-garis seperti tulang iga, bursa ini dipakai untuk memegang cacing betina selama kopulasi. Cacing Necator americanus setelah mati biasanya menyerupai huruf S, sedangkan Ancylostoma duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar, necator americanus mempunyai gigi berbentuk lempeng dari titin, sedangkan Ancylostoma duodenale ada dua pasang gigi berbentuk kerucut Brown, 1983.

b. Siklus Hidup Cacing Tambang

Hospes definitif parasit ini adalah manusia. Cacing tambang mengkaitkan diri pada mukosa usus halus dengan gigi di dalam rongga mulutnya. Cacing betina Necator americanus mengeluarkan telur kurang lebih 9.000 butir perhari, sedangkan Ancylostoma duodenale kurang lebih 10.000 butir perhari. Telur yang dikeluarkan bersama dengan tinja pada lingkungan yang sesuai, akan menetas menjadi larva rhabditiform stadium pertama dalam waktu 24-48 jam. Kondisi optimum untuk perkembangan larva antara lain terlindung dari cahaya matahari yang kuat, terletak pada tanah dengan ukuran partikel dan struktur yang sesuai dan temperature antara 28-32 C untuk Necator americanus, dan antara 20-27 C untuk Ancylostoma duodenale. Pada kondisi yang menguntungkan larva Necator americanus akan mengalami moulting sebanyak dua kali di luar tubuh manusia dan akan berubah menjadi larva filariform yang merupakan larva stadium tiga yang infektif pada manusia. Larva ini secara normal akan bertahan hidup selama 3-6 minggu dan mempunyai life span maksimal 15 minggu. Universitas Sumatera Utara Infeksi pada manusia terjadi ketika larva filariform menembus kulit kaki. Kadang- kadang Ancylostoma duodenale dapat menginfeksi manusia melalui mulut. Setelah menembus kulit, larva akan mengikuti aliran limfe atau pembuluh darah kapiler dan menuju ke paru-paru. Larva kemudian naik ke bronkus dan trachea, dan pada akhirnya masuk ke usus menjadi cacing dewasa. Migrasi melalui darah dan paru-paru ini berlangsung kira-kira 1 minggu, sedangkan siklus dari larva menjadi cacing dewasa berlangsung 7-8 minggu, setelah periode ini larva mengalami perubahan lagi menjadi cacing dewasa muda dan mempunyai rongga mulut sementara untuk mengalami makanan. Kemudian menjadi cacing dewasa yang matang yang bertelur 5-6 minggu setelah infeksi Brown, 1983.

c. Patologi dan Gejala Klinis

Dokumen yang terkait

Hubungan Higiene Perorangan dan Perilaku Anak Sekolah Dasar Dengan Terjadinya Infeksi Kecacingan Di SD Negeri 1 Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2003

7 48 76

Hubungan Perilaku tentang Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan pada Pengrajin Batu Bata di Desa Tanjung Mulia Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005

1 55 91

Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium Di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008

0 29 94

Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga

5 31 138

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

1 9 148

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 16

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 2

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 7

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 33

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 5 5