Kedudukan Kepala Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

8. Kedudukan Kepala Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Sebagaimana diketahui, bahwa dua buah institusi yang harus selalu ada dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD. Keberadaan dua institusi ini sangat diperlukan untuk mengemban pelaksanaan prinsip pembagian kekuasaan di daerah. Pemerintah daerah adalah institusi eksekutif dan DPRD adalah institusi legislatif sebagai representasi rakyat di suatu daerah otonom. 237 Kedua lembaga tersebut mempunyai tugas dan kewenangannya sendiri-sendiri yang diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun terikat dalam tata hubungan antara keduanya. Untuk menganalisis hubungan antara DPRD dengan Kepala Daerah, maka yang pertamaharus diketahui adalah bagaimana kedudukan antara kedua lembaga pemerintahan daerah tersebut menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pada bagian terdahulu sudah dibahas mengenai kedudukan DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah menurut Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka pada bagian ini penulis akan membahas tentang kedudukan kepala daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Pelaksanaan otonomi daerah tidak bisa dilepaskan dari peran kepala daerah sebagai penyelenggara lembaga pemerintahan daerah. Setiap daerah otonom dipimpin oleh seorang kepala pemerintahan daerah yang disebut Kepala Daerah. Kepala Daerah sebagai pimpinan daerah otonom Provinsi disebut Gubernur, untuk 237 Bambang Yudhoyono, Otonomi Daerah, Desntralisasi dan Pengembangan SDM Aparatur Pemda dan Anggota DPRD, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001, hlm. 94. Kabupaten disebut Bupati, dan untuk daerah Kota disebut Walikota. Masing-masing Kepala Daerah tersebut dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah untuk Provinsi disebut Wakil Gubernur, Wakil Kepala Daerah Kabupaten disebut Wakil Bupati dan Wakil Kepala Daerah Kota disebut Wakil Walikota. Kedudukan Kepala Daerah adalah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 238 Dalam hal ini Kepala Daerah mempunyai kedudukan yang sama dengan DPRD, yaitu sama-sama sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 239 Dari aturan normatif ini dapat diketahui bahwa menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, gubernur, bupati, walikota sebagai kepala pemerintahan daerah yang dibantu oleh perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Pasal 1 Angka 3, tetap bersama dengan DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Pasal 1 Angka 4. Kemudian konsep Pemerintah Daerah yang semula mencakup Kepala Daerah dan DPRD menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, yang telah mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan reformasi sebagaimana yang dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, kedudukan Kepala Daerah bersama dengan perangkat daerah lainnya sebagai penyelenggara pemerintahan daerah dirumuskan sebagai Badan Eksekutif Daerah yang bertanggungjawab kepada DPRD, dan DPRD 238 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Ps. 1 Angka 3 239 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Ps. 1 Angka 4 sebagai Badan Legislatif Daerah yang merupakan mitra dan berkedudukan yang sejajar dengan Kepala Daerah. Hal ini berarti bahwa menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Badan Eksekutif Daerah bertanggungjawab kepada Badan Legislatif Daerah. Walaupun kedudukan Kepala Daerah adalah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, namun mengenai hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD ini, dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara disini bermakna bahwa di antara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, tidak saling membawahi. Makna yang terkandung dari hubungan yang demikian adalah adanya kerja sama yang erat untuk memajukan daerahnya dalam rangka mensejahterakan rakyat.

C. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Kepala Daerah