tangan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sejak Ranperda disetujui bersama. Apabila dalam waktu tersebut tidak ditandatangani, maka Ranperda
tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan dalam lembaran daerah. Tahap ini diatur dalam Pasal 42-43 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004.
d. Pengundangan dan Penyebarluasan
Perda yang telah ditetapkan, agar memiliki kekuatan hukum dan mengikat masyarakat harus diundangkan dalam Lembaran Daerah, yang dilaksanakan oleh
Sekretaris Daerah Pasal 49 ayat 1, 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004. Dengan telah diundangkannya Perda tersebut, maka Perda tersebut mulai berlaku.
Kemudian berdasarkan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 dan Pasal 147 ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah Daerah
wajib menyebarluaskan agar khalayak ramai mengetahui isi serta maksud yang terkandung dalam Perda tersebut.
F. Kedudukan Kepala Daerah dan DPRD Dalam Pembuatan Peraturan Daerah
1. Perencanaan Penyusunan Peraturan Daerah
Undang-undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan bahwa perencanaan penyusunan Peraturan Daerah dilakukan
dalam suatu Program Legislasi Daerah selanjutnya disebut Prolegda.
247
Program legislasi merupakan instrumen perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan yang memuat skala prioritas program legislasi dengan
247
Pasal 15 ayat 2 UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan.
jangka waktu tertentu yang disusun secara berencana, terpadu dan sistematis
248
oleh DPRD dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dalam rangka mewujudkan sistem hukum di daerah.
Program legislasi merupakan pedoman dan pengendali penyusunan peraturan perundang-undangan yang mengikat lembaga yang berwenang membentuk
Peraturan Daerah.
249
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang disusun sesuai dengan program legislasi tidak saja akan menghasilkan
peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk mendukung tugas umum pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan amanat Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat sesuai dengan tuntutan reformasi
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini maupun di masa yang akan datang. Pengelolaan Prolegda diarahkan agar program penyusunan
peraturan daerah dapat dilaksanakan pembentukannya sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 atau Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tidak mengatur secara tegas tentang mekanisme penyusunan
Prolegda. Kedua Undang-undang tersebut juga tidak memerintahkan secara tegas untuk mengatur lebih lanjut tata cara penyusunan dan pengelolaan
248
Pasal 1 angka 10 UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan.
249
A.A. Oka Mahendra, op.cit, hal 114.
Prolegda dalam peraturan pelaksanaan sebagaimana penyusunan Prolegnas. Padahal Prolegda dimaksudkan untuk menjaga agar produk peraturan
perundang-undangan daerah tetap berada dalam kesatuan sistem hukum nasional,
250
maka instrumen perencanaannya juga perlu diselaraskan dengan Prolegnas.
Pedoman penyusunan Prolegda diatur dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 169 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Prolegda.
Keputusan ini ditetapkan pada 26 Agustus 2004 atau 2 dua bulan 4 empat hari setelah ditetapkannya Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Sehingga tampak Keputusan ini belum mengacu kepada Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004.
Mekanisme penyusunan Prolegda secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pimpinan unit kerja menyiapkan Rencana Prolegda setiap tahun sesuai
dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja;
2. pembahasan rencana Prolegda tersebut dikoordinasikan Biro Hukum
Sekretariat ProvinsiBagian Hukum Sekretariat KabupatenKota; 3.
hasil pembahasan Prolegda tersebut diajukan oleh Biro Hukum Sekretariat Provinsi kepada Gubernur dan oleh Bagian Hukum
Sekretariat KabupatenKota kepada BupatiWalikota;
250
M. Solly Lubis, “Dasar-Dasar Paradigmatik Pembentukan Peraturan Perundang- undangan”, Makalah yang disampaikan pada Diklat Legislatif Drafting-Peningkatan Kapabilitas
Aparatur Pemerintah Daerah dalam Penyusunan Perda di Era Otonomi Daerah, diselenggarakan atas kerja sama Badan Diklat Provinsi Sumatera Utara dengan Laboratorium Konstitusi Sekolah
Pascasarjana USU dan JICA Japan International Cooperation Agency Human Resources Development for local Goverment, di Medan 27 Nopember -1 Desember 2006.
4. Prolegda provinsi ditetapkan oleh Gubernur dan Prolegda
KabupatenKota ditetapkan oleh BupatiWalikota.
251
Sehubungan dengan itu, ada beberapa pokok pikiran yang dapat dijadikan pedoman dalam mengatur mekanisme atau tata cara penyusunan Prolegda
sebagai berikut: 1.
Cakupan Peraturan Daerah mengacu kepada Pasal 7 ayat 2 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004 yang menentukan bahwa, Peraturan
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf e meliputi: a Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh DPRD Provinsi bersama
Gubernur; b Peraturan Daerah KabupatenKota dibuat oleh DPRD KabupatenKota berama BupatiWalikota; c Peraturan
DesaPeraturan yang setingkat, dibuat oleh Dewan Perwakilan Desa atau nama lainnya bersama dengan Kepala Desa atau nama lainnya;
2. memperhatikan asas keterbukaan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan, artinya dalam proses penyusunan Prolegda sebagai tahap perencanaan pembentukan Peraturan Daerah harus
bersifat transparan. Masyarakat diberikan kesempatan berpartisipasi dalam penyusunan Prolegda agar Prolegda betul-betul aspiratif;
3. penyusunan Prolegda dilakukan oleh Gubernur, BupatiWalikota
bersama dengan DPRD Provinsi, DPRD KabupatenKota sebagai lembaga yang berwenang untuk membentuk Peraturan Daerah;
4. penyusunan Prolegda di lingkungan Pemerintah dilakukan secara
terkoordinasi, terarah dan terpadu antar unit-unit kerja di lingkungan sekretariat daerah dngan instansi lain yang terkait;
5. dalam Prolegda ditetapkan skala prioritas jangka panjang, menengah
atau tahunan sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat di daerah dan dalam rangka penyelenggaraan otonomi
daerah serta tugas pembantuan;
6. dalam Prolegda perlu ditetapkan pokok materi yang hendak diatur
serta kaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya; 7.
pelaksanaan Prolegda perlu dievaluasi setiap tahun dalam rangka melakukan penyesuaian seperlunya dengan dinamika perkembangan
kebutuhan hukum masyarakat.
252
251
Pasal 3 dan Pasal 5 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 169 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Prolegda.
252
A.A. Oka Mahendra, op.cit, hal 117-118.
Pasal 21 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah menyatakan bahwa pembiayaan
program penyusunan peraturan dalam Prolegda dilakukan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Anggaran DPRD untuk Prolegda
yang disusun di lingkungan DPRD dan anggaran Pemerintah Daerah perencanapemrakarsa program penyusunan Perda untuk Prolegda yang
disusun di lingkungan Pemerintah Daerah.
2. Rancangan Peraturan Daerah Inisiatif Pemerintah