Mekanisme Penimbunan Debu Dalam Paru-Paru

tidak dapat membersihkan saluran pernapasan. Akibat iritasi terjadi pula peningkatan produksi lendir, pembengkakan saluran pernapasan dan merangsang pertumbuhan sel sehingga dapat menyebabkan penyempitan saluran pernapasan. Selain itu, dampak paparan debu yang terus menerus mengakibatkan penumpukan debu yang tinggi di paru yang menyebabkan kelainan dan kerusakan seperti penurunan kapasitas paru yang disebut obstruksi dan pneumoconiosis. Salah satu bentuk kelainan paru yang bersifat menetap adalah berkurangnya elastisitas paru yang ditandai dengan penurunan pada kapasitas vital paru. Partikel debu dapat menimbulkan penurunan kapasitas vital paru, sehingga akan mengurangi penggunaan optimal alat pernapasan untuk mengambil oksigen pada proses respirasi Sukarman, 1978. Penimbunan partikel akan merusak epitel dan pergerakan sel fagosit di dekat tempat penimbunan atau dapat menstimulasi sekresi cairan. Partikel yang tertimbun dapat berdifusi ke dalam dan melalui permukaan cairan dan sel dan dengan cepat diangkut oleh aliran darah ke seluruh tubuh ILO. EPA juga menjelaskan adanya hubungan partikel debu terutama respirable dust dengan serangkaian masalah kesehatan yang signifikan yaitu: 1. Memperberat asma 2. Gejala pernapasan akut, termasuk memperberat batuk dan kesulitan atau sakit ketika bernapas 3. Bronkitis kronis 4. Penurunan fungsi paru yang diawali dengan sesak napas

2.4.3 Faktor Yang Memengaruhi Terjadinya Penimbunan Partikel Debu Di

Paru WHO 2000 menjelaskan bahwa penimbunan partikel di paru-paru ditentukan oleh karakteristik partikel, anatomi saluran pernapasan, volume tidal dan pola pernapasan. Di antara karakteristik partikel yang paling mempengaruhi adalah ukuran, bentuk, muatan listrik, kepadatan dan higroskopisitas. Ukuran paru-paru, pola cabang saluran napas, diameter saluran napas, dan panjang, frekuensi, kedalaman dan laju aliran juga mempengaruhi pengendapan partikel. Begitu menimbun di paru-paru, sebagian besar partikel dikeluarkan oleh berbagai mekanisme clearance. Partikel yang tidak dapat larut yang menimbun pada saluran udara bersilia umumnya dibersihkan dari saluran pernapasan oleh aktivitas mukosiliar dalam 24-48 jam. Clearance pada paru dapat terjadi melalui aksi makrofag alveolar atau mekanisme alternatif. Makrofag alveolar merupakan sel fagositik dan dapat bermigrasi. Partikel debu akan dibawa oleh makrofag ke pembuluh limfa atau bronkiolus dan akhirnya dikeluarkan oleh eskalator mukosiliaris Mukono, 2003. Penyerapan penimbunan partikel oleh makrofag dapat berlangsung cepat, tetapi untuk menghilangkan makrofag dari paru-paru membutuhkan waktu beberapa minggu. Secara keseluruhan, partikel yang mengendap di paru dapat dibersihkan namun dalam jangka waktu yang berbeda-beda, baik dalam hitungan minggu, bulan bahkan tahun.

2.4.4 Nilai Ambang Batas NAB untuk Kadar Debu PM

1,0 dan PM 2,5 NAB adalah kadar yang dapat diterima oleh tubuh pekerja dengan tidak menunjukkan penyakit atau kelainan dalam pekerjaan sehari-hari dalam kurun waktu 8 jam perhari dan 40 jam perminggu Suma’mur, 1996. Paparan debu yang melebihi NAB akan meningkatkan risiko terjadinya penurunan kapasitas vital paru. Hal ini juga berlaku pada paparan dengan kadar debu rendah apabila lama paparan terjadi dalam waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan penurunan kapasitas vital paru. Respirable dust debu terhirup atau sering disebut fine particles yang merupakan debu dengan diameter berukuran kurang dari sama dengan 2,5 mikron yang dapat masuk kedalam hidung sampai pada sistem pernapasan bagian atas dan masuk kedalam paru-paru bagian dalam. Respirable dust dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti memperberat asma dan gejala pernapasan akut, termasuk memperberat batuk dan kesulitan atau sakit ketika bernapas, bronkitis kronis, dan penurunan fungsi paru yang diawali dengan sesak napas. Berdasarkan komposisi kimia yang terdapat pada batu split mengacu pada tabel 2.2 maka, didapatkan nilai ambang batas menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja sebagai berikut: Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas No Senyawa NAB mgm 3 1. Silika kristal kwarsa 0,1 2. Alumunium oksida 10 3. Kalsium oksida 2 4. Ferri oksida 5 5. Magnesium oksida 10 6. Fosfor pentaoksida 0,85 Berdasarkan tabel 2.3, peneliti menggunakan NAB kalsium oksida sebesar 2 mgm 3 . Hal ini dikarenakan respirabel partikulat tidak boleh melampaui 2 mgm 3 .

2.5 Faktor Karakteristik Individu Yang Memengaruhi Kapasitas Vital

Paru

2.5.1 Masa Kerja

Masa kerja adalah semua perhitungan jumlah tahun masa kerja dalam periode kerja, semakin lama masa kerja seseorang kemungkinan besar orang tersebut mempunyai resiko yang besar mengalami penurunan kapasitas vital paru Tamuntuan, 2013. Dalam penelitian Anugrah 2014, diketahui bahwa masa kerja dapat mempengaruhi kapasitas vital paru pada pekerja. Apabila kondisi paru terpapar dengan berbagai komponen pencemar, fungsi fisiologis paru sebagai organ utama pernapasan akan mengalami beberapa gangguan sebagai akibat dari pemaparan secara terus menerus dari berbagai komponen pencemar. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Dalam lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja dapat mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada karyawan Suma’mur, 1996. Semakin lama seseorang bekerja pada tempat yang mengandung debu akan semakin tinggi resiko terkena gangguan kesehatan, terutama gangguan saluran pernafasan. Debu yang terhirup dalam konsentrasi dan jangka waktu yang cukup lama akan membahayakan. Akibat penghirupan debu, yang langsung dirasakan adalah sesak, bersin, dan batuk karena adanya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan debu untuk beberapa tahun pada kadar yang rendah tetapi diatas batas limit paparan menunjukkan efek toksik yang jelas. Tetapi hal ini tergantung pada pertahanan tubuh dari masing-masing pekerja Sirait, 2010. Khumaidah 2009 menjelaskan bahwa masa kerja mempunyai kecenderungan sebagai faktor risiko terjadinya penurunan kapasitas vital paru seperti obstruksi saluran pernapasan pada pekerja industri yang berdebu sejak mulai mempunyai masa kerja 5 tahun.

2.5.2 Lama Paparan

Lama paparan adalah waktu yang dihabiskan seseorang berada dalam lingkungan kerja dalam waktu sehari Mengkidi, 2006. Lamanya seseorang bekerja pada umumnya berkisar 6 – 8 jam dalam sehari, apabila waktu kerja diperpanjang maka akan menimbulkan ketidakefisienan yang tinggi bahkan menimbulkan penyakit diakibatkan lamanya seseorang terpapar polutan seperti debu yang berada di lingkungan kerja. Bila pekerja terpapar cukup lama oleh debu yang diatas NAB kemungkinan besar akan timbul gangguan saluran pernapasan Suma’mur, 1996. Namun, menurut Harrington dan Gill 2003, penurunan kapasitas paru tidak hanya disebabkan oleh faktor pekerjaan maupun lingkungan kerja, namun ada sejumlah faktor non-pekerjaan yang dapat menjadi faktor yang mempengaruhi, yaitu lain usia, kelamin, ukuran paru, ras, tinggi badan, dan kebiasaan merokok.