Kapasitas Vital Paru Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015

intensif oleh jumlah pohon yang banyak. Konsentrasi debu di bawah tajuk pohon lebih rendah daripada konsentrasi debu di luar tajuk pohon pada lingkungan yang jumlah pohonnya banyak. Sebaliknya konsentrasi debu tertinggi pada lingkungan dengan sedikit pohon terdapat di tempat pohon tersebut berada Nurjazuli, 2010. Kecepatan angin juga dapat menjadi penyebab tingginya kadar debu. Pada plant 1, kecepatan angin cukup kencang dibandingkan dua plant lainnya. Hal ini dapat menjadikan debu-debu yang bersifat SPM Suspended Partikulate Matter atau partikel debu melayang yang ada di lokasi pengolahan batu split akan tetap berada di udara dalam waktu yang relatif lama. Gambaran suhu udara pada plant selama proses pengolahan batu split cenderung memiliki suhu yang tinggi. Suhu tinggi dapat terjadi karena penelitian berada pada musim peralihan antara musim kemarau dan musim hujan sehingga suhu udara masih cenderung tinggi. Dari hasil pengukuran suhu udara, diketahui terdapat perbedaan suhu di tiap plant. Menurut Ahrens 2008 variasi suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian suatu tempat. Pada plant 2 dan plant 3 memiliki suhu udara yang lebih rendah dibandingkan plant 1. Hal ini dikarenakan lokasi pengolahan plant 1 lebih rendah dibandingkan dua plant lainnya sehingga memengaruhi suhu udara walaupun perbedaannya relatif kecil. Selain perbedaan ketinggian, pohon juga dapat memengaruhi suhu udara. Diketahui bahwa suhu udara plant 1 lebih tinggi dibandingkan plant lainnya. Tidak adanya pohon di sekitar plant 1 dapat menjadi penyebab tingginya suhu udara di plant tsb. Menurut NCSU, pohon dapat mengurangi suhu udara dengan menghalangi sinar matahari. Pendinginan lebih lanjut terjadi ketika air menguap dari permukaan daun dengan cara konversi air menjadi uap melalui proses kimia untuk menghilangkan energi panas dari udara. Keadaan suhu yang tinggi, tentunya akan berkaitan dengan keadaan kelembaban di lokasi pengolahan batu split. Tingkatan suhu yang tinggi menjadikan keadaan kelembaban menjadi berkurang, begitu pun sebaliknya. Berdasarkan hasil observasi, diketahui masih banyaknya pekerja yang tidak menggunakan masker saat berada di lingkungan kerja. Hal ini dapat menyebabkan penurunan KVP karena pekerja terpapar debu dalam waktu paparan yang lama tanpa perlindungan. Dari penuturan pekerja, alasan pekerja tidak menggunakan masker karena keengganan dari pekerja untuk mengunakan masker meskipun sudah diimbau oleh perusahaan untuk menggunakan masker saat berada di lingkungan kerja. Selain itu, menurut pekerja masker yang disediakan kurang nyaman untuk dipakai dan mengganggu komunikasi antar pekerja.

6.3 Hubungan Kadar Debu PM

1,0 Dan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015 Dalam kasus pencemaran udara, debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan Pudjiastuti, 2002. Debu berukuran 1 mikron yang diukur pada penelitian ini termasuk kedalam debu respirabel yaitu debu dengan diameter berukuran kurang dari sama dengan 2,5 mikron yang dapat masuk kedalam hidung sampai pada sistem pernapasan bagian atas dan masuk kedalam paru-paru bagian dalam EPA, 2015. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja, NAB kadar debu di lingkungan industri sebesar 2 mgm3. Berdasarkan analisis univariat, didapatkan hasil bahwa 17 pekerja 70,8 berada di lingkungan kerja dengan kadar debu tidak memenuhi syarat NAB dan 7 pekerja 29,2 berada di lingkungan kerja dengan kadar debu memenuhi syarat NAB. Adapun jumlah pekerja dengan paparan debu tidak memenuhi syarat NAB dan KVP tidak normal sebanyak 3 pekerja 17,6 sedangkan yang memiliki KVP normal sebanyak 14 pekerja 82,4. Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan nilai p sebesar 0,61 yaitu lebih dari 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan hubungan yang signifikan antara kadar debu PM 1,0 dengan KVP. Hasil penelitian ini didukung penelitian oleh Caesar 2011 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara paparan debu dengan kapasitas vital paru pada pekerja bagian produksi kawasan industri peleburan logam Pesarean Tegal. Selain itu, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahriany 2002 yang menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara kadar debu dengan gangguan paru KVP dibawah normal pada pekerja unit produksi tablet industri farmasi x. Menurut Pudjiastuti 2002, partikel-partikel yang besarnya 1 sampai 3 mikron merupakan ukuran paling berbahaya karena akan ditempatkan langsung ke permukaan alveoli paru-paru. Penimbunan partikel akan merusak epitel dan pergerakan sel fagosit di dekat tempat penimbunan atau dapat menstimulasi sekresi cairan. Partikel yang tertimbun dapat berdifusi ke dalam dan melalui permukaan cairan dan sel dan dengan cepat diangkut oleh aliran darah ke seluruh tubuh ILO. Menurut Price 1995, penimbunan debu dalam paru bermula dari debu diinhalasi dalam bentuk partikel debu solid, atau suatu campuran dan asap. Udara masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga fungsi tersebut disebabkan karena adanya mukosa saluran pernapasan yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan mengandung sel goblet. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat pada lubang hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior, ke rongga hidung dan kearah superior menuju faring. Partikel debu yang masuk kedalam paru-paru akan membentuk fokus dan berkumpul dibagian awal saluran limfe paru. Debu ini akan difagositosis oleh magrofag. Debu yang bersifat toksik terhadap magrofag akan merangsang terbentuknya magrofag baru. Pembentukan dan destruksi magrofag yang terus- menerus berperan penting dalam pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru yaitu pada dinding alveoli dan jaringan ikat intertestial Price, 1995. Akibat fibrosis paru akan terjadi penurunan elastisitas jaringan paru pergeseran jaringan paru dan menimbulkan ganggguan pengembangan paru. Bila pengerasan alveoli mencapai 10 akan terjadi penurunan elastisitas paru yang menyebabkan kapasitas vital paru akan menurun dan dapat mengakibatkan menurunnya suplai oksigen ke dalam jaringan otak, jantung dan bagian-bagian tubuh lainnya Price, 1995. Berdasarkan paparan debu yang diterima, diketahui bahwa 2 pekerja 28,6 yang terpapar debu dengan NAB memenuhi syarat memiliki KPV tidak normal. Hal ini dapat terjadi karena pekerja tersebut memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun. Khumaidah 2009 menjelaskan bahwa masa kerja mempunyai kecenderungan sebagai faktor risiko terjadinya penurunan kapasitas vital paru salah satunya obstruksi saluran pernapasan pada pekerja industri yang berdebu sejak mulai mempunyai masa kerja 5 tahun sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar debu PM 1,0 dan KVP. Pekerja yang memiliki KVP tidak normal namun terpapar debu dengan NAB memenuhi syarat juga diketahui tidak menggunakan masker saat berada dilingkungan kerja. Penggunaan masker berkaitan dengan banyaknya partikulat yang tertimbun di dalam organ paru akibat pencemaran yang dapat mengurangi kemampuan fungsi paru, dengan menggunakan alat pelindung diri masker maka dapat mencegah menumpuknya partikulat pencemar dalam organ paru sehingga akan mengurangi terjadinya penurunan fungsi paru Suma’mur, 1996. Berdasarkan penjelasan diatas, walaupun kadar debu masih memenuhi NAB masih terdapat pekerja yang memiliki KVP tidak normal. Maka dari itu, sebaiknya pekerja segera meninggalkan lingkungan kerja apabila pekerjaan telah selesai dan selalu menggunakan masker saat berada di lingkungan kerja. Bagi perusahaan sebaiknya menyediakan masker debu seperti masker N95 karena dapat menyaring partikel debu halus di udara hingga ukuran 0,1 mikron sehingga lebih efektif menahan debu yang dapat terhirup oleh pekerja dan melakukan pengawasan terkait penggunaan masker pada pekerja.